12/30/2007

Atraksi menusukkan benda tajam ke dalam kulit

Adegan ini tidak bisa direkayasa dan benar-benar terjadi !!! Sebagaimana jarum atau kawat stainless bisa ditusukkan ke kulit hingga tembus.

Melihat seramnya gambar di atas, maka Anda pasti bertanya tanya ?? Bagaimana orang bisa melakukan atraksi seperti itu ?? Bagaimana mungkin orang bisa menahan rasa sakit yang amat sangat ketika ditusuk oleh jarum dan kawat stainless yang sangat banyak menembus kulit mereka ?? Apakah mereka menggunakan ilmu ghaib ??

Sesungguhnya semua orang mempunyai kemampuan untuk melakukan atraksi seperti terlihat pada gambar di atas.

Rahasianya adalah bagaimana seseorang mengendalikan rasa sakit yang dialaminya atau dengan memusatkan konsentrasi pada hal lain yang bisa mengalihkan rasa sakit.

Pada atraksi menusukkan jarum atau kawat stainless pada kulit hingga tembus selain latihan yang bersifat teknis dan fisik seseorang harus menguasai metode “menguasai” rasa sakit yang dialaminya.

Ada teori psikologi yang akan menjelaskan bagaimana konsentrasi akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain.

Dalam tarikh (sejarah) Islam seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Sayyidina Ali pernah terkena panah dalam suatu peperangan, kemudian beliau meminta panah tersebut dicabut tatkala khusyuk konsentrasi menjalankan shalat…Ternyata waktu dicabut tidak terasa sakit atau ketika Umar Bin Khattab ketika sedang shalat ditombak oleh musuhnya namun tetap melanjutkan shalat hingga seolah-olah tidak merasakan sakit. Penjelaskan fenomena ini dengan gate system theory, menurut teori ini rangsang yang masuk ke dalam otak dapat dihambat oleh rangsang lain, dalam kasus ini adalah konsentrasi khusyuk dalam shalat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi penuh dalam shalat (khusuk), yaitu hanya mengingat Allah SWT atau konsentrasi pada satu titik (dalam hal ini shalat) akan menutup rangsangan sakit yang akan terbawa ke otak.

Jadi pada kasus orang yang seolah-olah bisa menahan rasa sakit ketika ditusuk hal ini dapat terjadi karena pemain debus itu bisa menutup rangsangan rasa sakit yang akan terbawa ke otak dengan berkonsentrasi mengarahkan fikirannya pada satu titik sehingga karena sebab pemusatan tersebut mampu “mematikan” rasa sakit.

Alvan Goldstein telah menemukan semacam morfin alamiah yang ada pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius morphin atau yang sering disingkat dengan endorphin/endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut “opiat endogen”. Zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Berdasarkan keterangan beberapa ahli ini dapat disimpulkan bahwa dalam diri manusia telah mempunyai zat semacam morfin yang memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle).

Dengan shalat secara khusyuk dan bisa berkonsentrasi dengan baik maka akan menstimulir kelenjar pituitrin atau kelenjar hifofise di otak untuk mengeluarkan dan mengaktifkan endogegonius morphin sehingga secara fisiologis sewaktu shalat khusyuk kita benar-benar terasa sangat nikmatnya hingga tidak merasakan lagi rangsangan dari luar.

Kisah lain adalah kisah para wanita di zaman Nabi Yusuf AS. Karena terpesona dan sangat khusyuk menikmati ketampanan Nabi Yusuf AS para wanita tersebut tidak menyadari bahwa pisau yang digunakan untuk mengupas buah telah meleset mengenai jari jemari mereka hingga berdarah.

Suatu contoh kecil, saya (Perdana Akhmad) pernah sewaktu masih duduk di bangku SD memancing ikan di sungai saking khusyuk dan konsentrasinya memancing, saya sama sekali tidak menyadari ketika memindahkan kaki, jempol kaki saya terkait mata pancing hingga menembus kaki saya. Saya saat itu sama sekali tidak merasakan sakit ketika mata pancing itu menembus jempol kaki kecuali hanya merasakan sesuatu benda telah masuk dan menembus jempol kaki. Ketika mata pancing itu telah menembus jempol kaki saya, saya pun merasa tidak terlalu sakit melainkan hanya merasakan jempol saya itu terasa tebal dan terasa kesemutan.

Selain itu dalam “mengandalikan” rasa sakit diperlukan adanya tehnik auto sugesti[1] pada diri kita. Kami beri contoh pada bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon ampunan, doa maupun permohonan yang lain. Hal ini sesuai dengan arti shalat itu sendiri, yaitu shalat berasal dari bahasa Arab berarti doa mohon kebajikan dan pujian. Hal ini didukung oleh De Porter dan Hernacki dalam bukunya Quantum Learning yang menyebutkan bahwa konsep ini berasal dari konsep. Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugertopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar.

Jadi dengan kita shalat kita memberikan efek mensugesti diri sendiri untuk menjadi lebih baik karena kita terus mengulang-ulang doa, permohonan dalam shalat yang akan masuk ke dalam alam bawah sadar kita untuk bisa berikhtiar atau berusaha agar cita-cita yang kita inginkan tercapai karena ridho dan pertolongan Allah.

Pada kasus orang yang seolah-olah bisa menahan rasa sakit ketika ditusuk hal ini dapat terjadi karena pemain debus itu telah mensugesti dirinya dengan ucapan-ucapan “keyakinan” yang diulang-ulang hingga masuk pada alam bawah sadar[2], sehingga ketika pada saat atraksi pemain debus walaupun merasakan sakit ketika jarum atau kawat stainless menembus kulitnya tetapi sebagai akibat dari kuatnya dia mensugesti diri sendiri dia dapat menahan bahkan “menikmati” rasa sakitnya. Pada kasus atraksi debus ini, bisa saja ketika ditusuk hingga tembus bukanlah berarti ia tidak merasakan sakit sama sekali melainkan karena mentalnya telah siap maka rasa sakit tidak dihiraukannya.

Hal ini dapat juga dilihat pada fenomena kaum syi’ah di Iran ketika memperingati wafatnya Ali mereka melakukan prosesi melukai diri sendiri dengan berbagai macam senjata tajam hingga tubuh mereka berlumuran darah. Atau ketika masyarakat Kristen di Philiphina merayakan meninggalnya Yesus Kristus ditiang salib, beberapa dari mereka melukai diri sendiri dengan cara tangan atau kaki mereka dipaku sampai tembus sembari kepala mereka dihiasi mahkota duri tanaman mereka dicambuki hingga berdarah-darah di tiang salib. Fenomena ini karena sebab mereka telah mensugesti diri mereka sendiri secara berulang-ulang[3], hingga terbentuk keyakinan yang sangat kuat yang masuk dalam alam bawah sadar mereka yang membentuk pribadi yang berani melukai diri sendiri bahkan menikmati rasa sakit yang mendera mereka.

Adapun tehnik yang biasa dilakukan pemain debus dalam menusuk kulit hingga tembus adalah :

1. Terus belajar berkonsentrasi dengan baik.
2. Sebelum melakukan atraksi sering melakukan tehnik auto sugesti.
3. Mensterilkan alat tusuk (jarum atau kawat stainless) dari kuman atau bibit penyakit dengan mencucinya ke dalam larutan alkohol.
4. Ketika menusuk, janganlah ragu-ragu !! Tusuklah pada bagian kulit yang tebal dan hindari terkena tulang atau organ bagian dalam tubuh yang fital ( dengan kata lain hanya menembus kulit dan daging saja).
5. Usahakan ketika menusuk dengan kecepatan yang tinggi untuk meminimalisir rasa sakit (jika sudah sering melakukannya, terbiasa dan berpengalaman menusukkannya bisa saja dengan gerakan lambat).
6. Ketika kulit sudah tertembus yakinlah bahwa rasa sakit pada saat kulit sudah tertembus tidaklah sesakit ketika baru ditusukkan ( persamaan yang mudah adalah pada saat kita melakukan donor darah, ketika jarum masuk ke dalam kulit rasanya akan sakit. Namun ketika jarum tersebut sudah berasa dalam kulit maka rasanya hanya seperti ketika digigit semut kecil saja).
7. Ketika akan menarik kembali jarum atau kawat yang menembus kulit kita, tariklah dengan secepat mungkin untuk meminimalisir rasa sakit.
8. Bersihkan dan obati luka dengan mengusapnya dengan alkohol atau memberi antiseptik untuk mencegah infeksi.
FOOTNOTE
[1] Auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
[2] Dalam hal ini bisa berupa mantra-mantra yang diucapkan pemain debus. Namun mantra yang diucapkan kebanyakan mengandung unsur syirik dan bid’ah. Maka bagi kita yang berakidah tauhid, ucapan yang aman adalah ucapan yang membangkitkan rasa percaya diri seperti “Saya pasti mampu melakukannya dengan izin Allah”
[3] Bentuk sugesti yang terbentuk pada diri mereka adalah sugesti bersifat religius, di mana mereka yakin prosesi melukai diri sendiri yang dilakukan merupakan bentuk cinta terhadap “keyakinan religi”.