12/29/2007

Rahasia Kebal Api

Kata "sulap" menurut kamus[1] adalah pertunjukan berbuat sesuatu yang menakjubkan, silap mata. Jadi tentu saja yang ditampilkan dalam sulap terlihat mustahil.

Magic adalah istilah bahasa Inggris untuk sulap. Mungkin dari sinilah berkembang semacam prasangka bahwa sulap itu magic (dalam bahasa Indonesia, magic lebih diartikan sebagai ilmu hitam, atau segala sesuatu yang berbau mistik).

Padahal tidak demikian, sulap hanyalah trik.

Tidak ada satu pun manusia yang sakti di bumi ini. Seseorang primitif sewaktu melihat pesawat, ia menganggapnya dewa karena ia belum tahu triknya, bila kita sudah tahu triknya maka tidak ada lagi kata aneh.

Maka di antaranya trik dan teknik rahasia debus yang akan kami bongkar adalah :


1. Rahasia Kebal Api

Pada tahun 1885, suku Indian Navayo menjadi masyhur karena tari-tarian apinya. Mereka menari-nari telanjang bulat mengelilingi api unggun besar sambil membawa obor. Mereka menyapu-nyapukan nyala api itu pada badan mereka dan badan teman-temannya yang turut menari dengan cara yang mengagumkan sekali. Akan tetapi ternyata, bahwa mereka sebelum menari sudah menggosok dulu badan mereka dengan lumpur. Dengan cara yang demikian mereka tak mudah terbakar kulitnya.

Di Jepang terkenal apa yang dinamakan HI-Wattari, yakni suatu upacara keagamaan shinto. Paderi-paderi shinto berjalan di atas arang yang membara. Memang menakjubkan bagi mereka yang menyaksikan untuk pertama kalinya. Pertunjukan itu dilakukan di halaman Kuil. Sebelum berjalan di atas arang api itu, paderi-paderi menanggalkan pakaiannya yang indah-indah dan lebih dulu menginjakkan kaki mereka pada semacam tikar basah yang ditaburi dengan sebangsa tepung atau garam. Lalu mereka berjalan di atas arang-arang yang menyala itu dengan tenang tidak ada bahaya apa-apa.

Sesungguhnya garam yang ditabur-taburkan di atas tanah pada ujung bidang yang membara itu adalah campuran garam dan sulfat rangkap aluminium dan potasium.

Sejak itu diketemukan bahan-bahan lain untuk membuat kebal terhadap api. Misalnya campuran amonium fosfat, amonium sulfat dan amonium chorat. Pakaian-pakaian yang digunakan oleh pemain-pemain dalam opera-opera menjadi tak bisa terbakar dengan menggunakan campuran dari chloride seng.

Rumus melawan panas yang mula-mula diumumkan adalah sejenis bubur yang bisa terlihat. Akan tetapi kemudian orang menemukan pula resep-resep dari rempah-rempah yang tidak terlihat. Resep pertama yang digunakan adalah dari albertus magnus, yaitu sebagai berikut :

"Campurkan air dari Marshmallow (sejenis tanaman yang bisa dibuat gula-gula) dan Linda (sejenis tanaman juga). Ambillah putih telur dan campurkanlah dengan air buah radix. Kedua campuran diaduk-aduk sebaik-baiknya. Lalu campuran ini digosokkan pada tangan atau bagian tubuh mana saja yang akan dibuat tahan api. Setelah adonan yang berupa bubur ini menjadi kering, urapkan lagi bubur itu pada bagian-bagian tubuh yang hendak dibuat tahan api. Besi yang membara diletakkan pada bagian badan yang telah diurapi ini tidak akan mengakibatkan luka bakar”.


Ada juga resep lainnya yang digunakan orang supaya bisa berjalan di atas besi yang terbakar atau mencuci tangannya dalam timah yang mendidih. Resep ini terdiri dari : “Setengah ons rumput sumphiro[2] yang dilebur kedalam dua ons spiritus, satu ons storax yang cair, satu ons air raksa dan dua ons homatius. Semuanya itu digiling menjadi tepung. Apabila adonan ini digosokkan ke dalam jumlah yang cukup pada kaki, maka tak akan ada luka-luka. Apabila diinjakkan pada sebatang besi yang membara tidak akan luka bakar. Dengan menggosokkannya pada tangan, maka tangan itupun bisa dicuci dengan timah yang mendidih”[3].

a. Atraksi Makan Arang yang Membara


Untuk makan arang-arang yang membara, tehnik yang biasa dipakai pemain debus dengan membuat api yang panas dari arang kayu yang didapat dari berbagai macam batang pohon yang kayunya bisa dibuat arang. Disini sisipkanlah di antara arang kayu itu beberapa potong kayu cemara yang empuk yang sama besarnya dengan arang itu. Apabila kayu cemara terbakar sampai hangus, maka tak ada bedanya dengan arang kayu biasa, kecuali apabila pemain debus menusuknya dengan garpu. Garpu itu akan menghujam sangat mudah pada kayu cemara yang tekstur kayunya empuk namun garpu tidak akan bisa menembus arang selain dari batang pohon cemara.


Selain dari pada itu, arang yang dibuat dari kayu yang bukan dari kayu pohon cemara akan benar-benar membara dengan sangat panas, sedangkan arang dari pohon cemara tidak akan membara dan tidak terlalu panas. Sehingga bisa diletakkan di atas lidah tanpa berakibat apa-apa seperti luka bakar, apalagi jika lidah sudah dibasahi dengan air ludah sebanyak-banyaknya. Untuk atraksi biasanya pemain debus menusuk arang cemara itu dengan garpu, lalu masukkan ke dalam mulut dan kunyah-kunyahlah seperti hendak memakannya[4].

b. Atraksi Menjilati Besi Membara
Dalam atraksi ini, sebatang besi tongkat dari besi dipanasi sampai merah membara lalu pemain api menjilatinya namun lidah mereka tidak terbakar hangus. Rahasianya adalah lidah harus diurapi dengan strerax encer, di mana bahan kimia ini bisa dibeli di apotek. Lidah dengan demikian kebal terhadap panas namun pada saat atraksi janganlah menempelkan lidah terlalu lama pada besi yang membara melainkan lakukanlah secepat mungkin dan bibir hendaknya juga diurapi dengan strerax, sehingga jika terkena besi panas tidak akan berakibat apa-apa[5].


c. Lidah tahan timah mendidih
Ada atraksi pemain-pemain debus yang menuangkan timah mendidih di atas lidahnya, suatu keberanian yang cukup mendebarkan hati para penonton.

Tetapi yang kelihatannya seperti timah itu bukanlah timah yang asli, melainkan suatu campuran logam-logam yang titik didihnya rendah sekali atau mudah meleleh dengan panas api yang rendah. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Tujuh bagian Bismuth, empat bagian timah hitam (lead), dua bagian timah putih (tin), satu bagian cadmium ditambah dengan sedikit air raksa (kwikzilver). Mula-mula campurlah timah hitam dan timah putih. Tambahkan kepada campuran itu bismuth dan kemudian campurlah cadmium dengan campuran tersebut. Jika diletakkan di atas lidah, maka campuran (adonan) ini menjadi dingin.

Ada seorang pemain api yang mengambil sedikit dari campuran tersebut. Melelehkannya di dalam sendok besar, kemudian menuangkannya seperempat bagian ke dalam sendok kecil, lalu segera dituangkan diatas lidah yang sudah dibasahid engan air ludah yang cukup banyak. Logam seperti timah itu lalu membeku keras, akan tetapi masih panas juga. Maka seorang penonton dipersilahkan memegang sendok besar dan pemain menjatuhkan logam itu dari mulutnya ke dalam sendok besar itu. Kalau penonton mau menyentuhnya, maka terbukti logam itu masih panas[6].

d. Tangan Dijilati Api Berkobar-kobar

Sang pemain debus menyingsingkan lengan bajunya dan dengan sebuah obor besar dari minyak tanah, membakar sekujur tangannya namun tangannya tidak terbakar sama sekali. Rahasianya adalah dalam permainan ini, yang penting cara menyinggungkan api obor pada kulit, yaitu jangan ditekankan dan tidak boleh berhenti, melainkan sambil digerakkan agak cepat dari sisi satu kesisi lainnya atau maju mundur sehingga tidak sempat membakar.


Bisa juga dalam atraksi kebal api ini menggunakan bantuan zat kimia khusus seperti dengan menggunakan Arab Bishom atau lem Arab yang diusapkan secara merata ke tangan. Selain itu bisa menggunakan storack cair atau ramuan yang terdiri dari amonium fosfat, amonium sulfat dan amonium chorat yang bisa didapatkan pada toko-toko yang menjual bahan kimia[7].


f. Atraksi Berjalan di atas api yang membara.


Demonstrasi debus berjalan di atas api cukup menarik tetapi memiliki resiko cukup tinggi jika kurang penguasaan dalam teknis bisa menimbulkan luka bakar pada bagian kaki.

Melihat gambar ini, mungkin Anda akan bertanya-tanya. Benarkah ada manusia biasa tahan api sehingga kulitnya tidak terbakar ketika bersentuhan dengan api atau bara api ?


Yang perlu diketahui sesungguhnya sifat api dapat membakar apabila ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda lain. Sedangkan jika persentuhan itu hanya sesaat maka paling hanya meninggalkan kesan hangat saja.


Dengan demikian, maka api tidak menimbulkan luka bakar jika kita bisa mengatur irama atau kecepatan. Maka demonstrasi debus dengan berjalan di atas api sangat sedikit resikonya karena seseorang akan berupaya untuk melangkah agak cepat ketika kakinya bersentuhan dengan api.
Untuk lebih jelasnya, kami akan menjelaskan tehnik para pemain debus sebelum dan pada saat melakukan atraksi berjalan diatas api, yang akan kami jelaskan sebagai berikut :
· Ambil arang kayu secukupnya .
· Buat arang tersebut berjajar seperti titian atau jembatan dengan lebar antara 10-11cm dan sepanjang minimal 3 meter.
· Tuangkan minyak tanah sehingga seluruh arah tersiram secara merata.
· Nyalakan arang dengan korek api dan ketika api sudah mulai menyala, anda silahkan untuk berjalan di atas api.

Pemain debus yang sudah berpengalaman tidak akan pernah ragu bahkan langsung menginjak api tersebut dengan telapak kaki mereka. Rahasianya adalah dengan mengetahui sifat api, bahwa api hanya membakar jika ada waktu yang cukup untuk bersinggungan dengan benda yang diam.

Catatan:
Langkah-langkah aman agar demonstrasi jalan di atas api bisa berjalan dengan mulus, yaitu memperhatikan unsur kecepatan langkah dan seseorang harus berjalan pada titian api tersebut selama api baru saja menyala. Dengan demikian, resikonya lebih kecil. Dan resiko besar dari demonstrasi ini adalah apabila kobaran api telah lama hingga arang telah menjadi membara.
Jika memang arang sudah membara dengan sangat panas, pemain debus bisa saja tetap melangkah dan bahkan bisa berjalan bahkan dengan langkah yang lambat, dengan catatan harus menggunakan zat-zat kimia khusus seperti Arab Bishom atau disebut dengan lem Arab. Ada juga dengan memanfaatkan strorak cair yang lumurkan di seluruh bagian kaki pemain debus[8].

FOOTNOTE
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua 1996, hal. 971
[2] Sumphiro adalah tumbuh-tumbuhan yang terdapat di pantai-pantai Eropa sebangsa kaktus. Strorax adalah ekstrak yang didapat dari berbagai pohon styracaccous. Homatius adalah biji besi yang menjadi berwarna sawo matang (brown homatite)

[3] Dikutip dengan perubahan dan penyempurnaan dari buku karya L.T. Prabowo yang berjudul “Permainan Kebal Api” Penerbit CV. ANEKA Solo. Halaman 13-14.
[4] Dikutip dengan perubahan dan penyempurnaan dari buku karya L.T. Prabowo yang berjudul “Permainan Kebal Api” Penerbit CV. ANEKA Solo. Halaman 19-20.

[5] Dikutip dengan perubahan dan penyempurnaan dari buku karya L.T. Prabowo yang berjudul “Permainan Kebal Api” Penerbit CV. ANEKA Solo. Halaman 20-21.

[6] Dikutip dengan perubahan dan penyempurnaan dari buku karya L.T. Prabowo yang berjudul “Permainan Kebal Api” Penerbit CV. ANEKA Solo. Halaman 22-23.

[7] Dikutip dengan perubahan dan penyempurnaan dari buku karya L.T. Prabowo yang berjudul “Permainan Kebal Api” Penerbit CV. ANEKA Solo. Halaman 44.

[8] Dikutip dengan perbaikan dan penyempurnaan dari buku karya Masruri yang berjudul “ Buku Pedoman Atraksi Tenaga Dalam” Jilid 1. Penerbit CV. GUNUNG MAS Pekalongan. Halaman 55.