Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ul Fatawa 10/195 : “Ruqyah artinya memohon perlindungan. Al Istirqa’ adalah memohon dirinya agar diruqyah. Ruqyah termasuk bagian dari doa.”
Sa’ad Muhammad Shadiq dalam Shira’Bainal Haq wal Bathil halaman 147 berkata : “Ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.”
Ruqyah menurut para Ulama adalah suatu bacaan dan doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan.
Ruqyah dapat dikatakan sebagai komunikasi Ilahiah yang antara lain aspeknya berupa dzikir dan doa.
a. Dzikir.
Secara harfiah dzikir berarti ingat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ingat pada Allah.Ada banyak bentuk amalan dzikir, salah satunya adalah membaca ayat-ayat suci Ak-Qur’an. Dengan berdzikir hati menjadi tenang sehingga terhindar dari kecemasan . Al-Qur’an sendiri menerangkan hal ini dalam surat Ar Ra’d ayat 28 yang berbunyi:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS.Ar Ra’d:28)
b. Do’a.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat bacaan yang mengandung ayat-ayat berupa do’a yang disebut dengan do’a Qur’ani. Hawari (dalam perkawinan dan keluarga,1997) mengatakan do’a dalam kehidupan seseorang muslim menempati posisi psikologis yang strategis sehingga bisa memberi kekuatan jiwa bagi yang membacanya. Do’a mengandung kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang keduanya merupakan hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit. Dengan berdo’a, ibadah mempunyai roh dan kerja atau amal memiliki nilai modal spiritual.
Melakukan terapi ruqyah secara teratur adalah salah satu manifestasi dari menjalani kehidupan secara reigius dan banyak mengandung aspek psikologis didalamnya. Bahkan bagi seorang muslim, ini tidak hanya sebagai amal dan ibadah, namun juga menjadi obat dan penawar bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
Dalam Al-Qur’an banyak diutarakan ayat-ayat mengenai obat (syifa’un) bagi manusia yang disebut dalam Al-Qur’an, diturunkan untuk mengobati jiwa yang sakit, seperti pada ayat-ayat Al-Qur’an berikut :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia!Telah datang nasihat dari Tuhanmu sekaligus sebagai obat bagi hati yang sakit ,petunjuk serta rahmat bagi yang beriman.” (QS.Yuunus:57)
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Kami turunkan dari Al-Qur’an ini, yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang mukmin.”(Al Israa’:82)
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang karena ingat kepada Allah. Ketahuilah, dengan ingat kepada Allah hati menjadi tenang.”(QS.Ar Ra’d:28)
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“....Katakanlah Muhammad,”Bagi segenap orang-orang yang beriman Al-Qur’an menjadi petunjuk dan juga obat.”(QS.Fushshilat:44).
Dalam pemahaman agama Islam kalbu atau jiwa merupakan pusat dari diri manusia. Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia berpangkat pada kalbu.
Ini sesuai dengan salah satu arti kata qalb yaitu inti, pusat, sentral. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berbagai bentuk gangguan jiwa berpangkal dari kalbu yang didominasi oleh dorongan hawa nafsu negatif (iri, dengki, memaksakan kehendak, anti sosial, dorongan berbuat kejahatan) dengan kata lain mempunyai hati yang sakit.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa dalam diri manusia ada “segumpal daging” (menunjuk aspek fisik dari kalbu), yang jika”daging” itu baik atau sehat maka baiklah (sehatlah) seluruh diri manusia dan sebaliknya; ”daging itu tidak lain adalah kalbu (aspek rohani manusia).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbagai bentuk gangguan mental berpangkal pada aspek kalbu sebagai pusat dari diri manusia. Ini sama sekali bukan berarti psikoterapi Islam dalam hal ini terapi ruqyah mengesampingkan peranan dimensi fisik, psikologis dan sosial.
Suatu bentuk gangguan mental (psikopatologi) bisa juga berpangkal pada dimensi fisik, psikologis atau sosial. Maka peran agama Islam dalam terapi ruqyah lebih memfokuskan pada dimensi spiritual (dengan memberikan Psikoterapi dan konseling secara Islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa Rasulullah) selain dimensi fisik, psikologis atau sosial.
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...