1/31/2008

MEMAHAMI MAKNA TAUHID ‎

Penulis : Al Ustadz Asasuddin

Kategori : Pilar Aqidah

ي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

(Artinya; Sesungguhnya mereka (-para nabi-) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdo`a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.) ( Al Anbiya':90)

Ibadah adalah amalan yang paling dicintai dan diridloi. Karena itu, tidaklah ALLAH menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada NYA dengan mentauhidkan NYA . ALLAH suabahanahu wa ta’ala berfirman:

(Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada Ku.) (Adz-Dzariyaat: 56)

Demikian pula allah mengutus para rasul-NYA dengan membawa misi yang sangat agung ini sebagaimana firman-NYA:

(Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah ALLAH (-saja-), dan jauhilah Thaghut itu.").( An-Nahl: 36)

Maka kewajiban bagi hamba untuk mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada ALLAH. Barang siapa memalingkan ibadah ini untuk selain ALLAH, seperti berdo'a kepada selain ALLAH, menyembelih dan bernadzar untuk selain DIA, meminta tolong atau ber-istighotsah -ketika musibah terjadi- kepada orang yang telah mati, atau kepada yang hidup -di dalam urusan yang hanya ALLAH sajalah yang mampu-, maka dia telah melakukan perbuatan syirik besar yang mengeluarkanya dari agama Islam.

Fenomena ini banyak terjadi disebabkan kejahilan seseorang terhadap hakekat makna ibadah yang merupakan intisari dari kalimat tauhid la ilaha illallah . Banyak kita jumpai orang meminta hajat serta mendekatkan diri kepada orang orang yang telah mati, dengan alasan mereka adalah orang sholih yang dekat kepada ALLAH serta memilki kewibawaan di sisi-NYA yang karena itu manusia bisa meminta syafaat kepada nya, atau meminta kepada mereka untuk bisa mendekatkan diri kepada ALLAH. Mereka lupa atau barangkali tidak mengerti bahwa Al Qur'an telah menjelaskan tentang hakekat kesyirikan orang-orang jahililyyah -yang diperangi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , sebagaimana di dalam firman-Nya:

(Artinya: Dan mereka menyembah selain ALLAH yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan. Dan mereka berkata: "(-Mereka-) itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada ALLAH apa yang tidak diketahui-NYA, baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci ALLAH dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (-itu-).) (Yunus:18)

(Artinya: Ingatlah, hanya kepunyaan ALLAH-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain ALLAH (-berkata-): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada ALLAH sedekat-dekatnya."Sesungguhnya ALLAH akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih pada nya. Sesungguhnya ALLAH tidak menunjuki orang-orang pendusta dan sangat ingkar.) (Az-Zumar:3)

Yang dimaksud yaitu orang orang yang menjadikan wali wali-ALLAH sebagai perantara antara dia dengan ALLAH -untuk mendapatkan hajatnya-.

Berkata Al Imam Asy-Syaukani rahimahullah di dalam Nailul Author: “Sesungguhnya Islam menangis melihat kerusakan yang disebabkan karena pengagungan terhadap kubur kubur, bermunculanya keyakinan orang-orang bodoh -seperti keyakinan orang orang kafir terhadap berhala-berhala-.” Bahkan lebih besar kesyirikanya, di mana mereka meyakini bahwa mayit mampu mendatangkan manfaat serta menolak mudlorot, sehingga mereka menjadikan nya sebagai tempat untuk meminta hajat dan tempat menggantungkan terkabulkanya permohonan. Mereka meminta-minta hajatnya ,layaknya seorang hamba meminta kepada rabb-nya. Mereka bersafari ke tempat tersebut, mengusap ngusap kuburnya, serta beristighotsah kepada nya. Secara garis besar mereka tidak menyisakan sedikitpun dari apa yang diperbuat orang orang jahiliyyah terhdapap berhala berhalanya kecuali mereka melakukanya, innalillahi wainna ilahi raji'un.

ALLAH subahanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

(Artinya: Dan barangsiapa menyembah sesembahan lain di samping ALLAH, padahal tidak ada satu dalilpun bagi nya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir ( -musyrik-) itu tiada beruntung.) (Al Mukminun : 117)

Dan Tauhid merupakan hak-ALLAH yang harus ditunaikan oleh seorang hamba. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah r di dalam sebuah haditsnya:

عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

{ رواه البخاري}

(Dari Mu'adz bin Jaba, ia berkata, “Ketika aku bonceng di belakang Rasulullah di atas keledai, Beliau berkata: Hai Mu'adz! Tauhukah kamu, apa hak ALLAH atas hamba-NYA? Mu'adz menjawab: ALLAH dan rasul-NYA lah yang mengetahuinya. Rasulullah menjawab: Hak ALLAH atas hamba- NYA, agar hamba itu beribadah hanya kepada NYA dan tidak mempersekutukan NYA dengan selain-NYA.)(HR: Al Bukhariy).

Ketiga: Tauhid Al Asma' wash-shifat, yakni mengesakan ALLAH di dalam nama dan sifat-NYA. Artinya, seseorang hamba menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi ALLAH sebagaimana yang telah ALLAH tetapkan sendiri di dalam Kitab-NYA dan juga melalui lisan rasul-NYA. Kemudian disertai dengan meniadakan atau membersihkan ALLAH dari sifat-sifat kekurangan dan tercela. Dalam hal ini perhatikanlah apa yang ALLAH tegaskan melalui firman-NYA:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

(Artinya: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan DIA, dan DIA-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.) ( Asy-Syura:11)

Allahu A'lam bishshowab.

Al Irsyad ila shohihil i'tiqod, DR sholih bin Fauzan, Fathul Qodiir





No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...