Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya :
Apakah hukumnya puasa Asyura?
Jawaban :
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh bulan Muharram, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian!, lalu beliau mengerjakan puasa pada hari itu dan memerintahkan muslimin untuk berpuasa padanya” [Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Puasa Hari Asyura 2004. Muslim Kitab Syiyam/Bab Puasa Hari Asyura 1130]
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyalahu anhuma yang disepakati keshahihannya bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa padanya. Ditanyakan kepada beliau tentang keutamaan puasa hari itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
Artinya : "Aku mengharap kepada Allah untuk menghapuskan dosa setahun yang sebelumnya" [Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Disukainya berpuasa tiga hari tiap bulan atau puasa di hari Arafah 1162]
Akan tetapi Rasul Shallallahu alaihi wa sallam sesudah itu memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya yakni tanggal 9 Muharram atau satu hari sesudahnya yakni tanggal 11 Muharram.
Atas dasar itu, yang paling utama adalah berpuasa pada hari kesepuluh (10 Muharram) lalu merangkaikan satu hari sebelumnya, atau satu hari sesudahnya. Tambahan di hari kesembilan lebih utama daripada hari kesebelas.
"Sebaiknya engkau, wahai saudaraku muslim, berpuasa hari Asyura, demikian juga hari kesembilan Muharram" [Majmu Fatawa Arkanul Islam edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pustaka Arafah]
Pada bulan Muharrom terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa yang besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebatilan, dimana Allah telah menyelamatkan Musa Alaihis salam dan kaumnya dan menenggelamkan Fir'aun dan kaumnya. Hari tersebut mempunyai keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dahulu. Dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan Asyura. [Durusun Aaimun, Abdul Malik Al-Qosim, ha;. 10]
DISYARIATKAN PUASA ASYURA
Berdasarkan hadits-hadits berikut.
Artinya : " Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa yang ingin berpuasa puasalah dan siapa yang tidak ingin tidak usah berpuasa" [Haadits Riwayat Bukhari : 2001]
"Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka mengatakan : Hari ini adalah hari yang agung dimana Allah telah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan pasukan Fir'aun, lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah”. Nabi Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda : Saya lebih berhak atas Musa dari pada mereka, lalu beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu" [Hadits Riwayat Bukhari : 3397]
KEUTAMAAN PUASA ASYURA
"Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya : Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan" [Hadits Riwayat Bukhari 1902, Muslim 1132]
Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadits berikut. Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya : "Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu” [Hadits Riwayat Muslim 1162, Tirmidzi 752, Abu Dawud 2425, Ibnu Majah 1738, Ahmad 22031]
ASYURA ADALAH HARI KE SEPULUH
Berdasarkan hadits berikut.
Dari Ibnu Abbas : "Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabatberkata : Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashoro. Maka beliau bersabda : Tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa hari ke sembilan. Ibnu Abbas berkata : Tahun berikutnya belum datang, Rasulullah keburu meninggal." [Hadits Riwayat Muslim 1134, Abu Dawud
2445, Ahmad 2107]
Imam Nawawi berkata : "Jumhur ulama salaf dan kholaf berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari ke sepuluh." Yang berpendapat demikian diantaranya adalah Sa'id bin Musayyib, Al-Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rawahaih dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan (dzohir) teks hadits dan tuntunan lafadznya. [Syarah Shahih Muslim 9 hal. 205]
Hanya saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk berpuasa hari kesembilan sebagai penyelisihan terhadap ahlul kitab, setelah dikhabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashoro. Oleh karena itu Imam Nawawi berkata : Asy-Syafi'i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berpendapat ; disunahkan untuk berpuasa hari kesembilan dan kesepuluh karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa hari kesembilan dan ke sepuluh. Ulama berkata : Barangkali sebab puasa hari kesembilan bersama hari kesepuluh adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadits tersebut memang terdapat indikasi ke arah itu”
Al-Alamah Muhammad Shidiq Hasan Khon berkata : “Mayoritas ulama menyunahkan untuk berpuasa hari ke sembilan dan ke sepuluh” [Raoudhotun Nadiyah hal.558]
Imam Syaukani mengatakan : "Bagi yang ingin berpuasa Asyura hendaknya berpuasa pada hari sebelumnya” [Sailul Jarar juz 2 hal. 148]
Namun dalam masalah ini ulama berselisih. Selain ada yang berpendapat seperti diatas, sebagian ulama berpendapat hendaknya berpuasa satu sebelum dan sesudahnyanya berdasarkan hadits :
Artinya : " Rasulullah bersabda : Berpuasalah hari Asyura, dan berbedalah dengan orang Yahudi, (dengan) berpuasalah hari sebelumnya dan sesudahnya" [Hadits Riwayat Ahmad 2155]
Seperti dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma'had 2 hal. 76 dan Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam Fathul Barii 4 hal. 772. Hanya saja hadits tersebut di dhoifkan oleh beberapa ulama seperti Imam Syaukani dalam Naulul Author 2 hal. 552. Kata beliau : Riwayat Ahmad ini dhoif mungkar, diriwayatkan dari jalan Dawud bin Ali dari bapaknya dari kakeknya. Ibnu Abu Laila juga meriwayatkan dari Dawud bin Ali ini. Al-Alamah Mubarokfuri menukil Imam Syaukani ini dalam Tuhfatul Ahwadzi 3 hal. 383. Imam Al-Albani juga mendhoifkannya dalam ta'liq Shohih Ibnu Khuzaimah yang dinukil oleh Syaikh Muhammad Musthofa Al-Adzomi dalam tahqiq Shohih Ibnu Khuzaimah 3 hal. 290. Syaikh Syu'aib dan Abdul Qodir Al-Arnauth dalam tahqiq kitab Zadul Ma'had 2 hal. 69.
Maka yang rojih adalah pendapat pertama yang disunnahkan untuk berpuasa satu hari sebelumnya.
[Diringkas dari Buletin Dakwah Al-Furqon Edisi 6 Th I, Muharrom DalamPandangan Islam oleh Abu Nu’aim Al-Atsari, Penerbit Ma'had Al-Furqon Gresik Jawa Timur]
Berikut ini adalah 13 hadis mengenai hari Asyura dari Kumpulan Shahih Muslim.
- Dari Abu Qatadah Al Anshari ra., katanya Rasulullah saw. ditanya orang tentang puasa hari 'Arafah. Jawab beliau, "Semoga dapat menghapus dosa tahun yang lalu dan yang akan datang." Kemudian beliau ditanya pula tentang puasa hari 'asyura. Jawab beliau, "Semoga dapat menghapus dosa tahun yang lalu." (HR Muslim Bab 14 no 95)
- Dari 'Aisyah ra., katanya: "Dizaman jahiliyah, orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura, dan rasulullah saw. pernah pula mempuasakannya. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau mempuasakannya bahkan memerintahkan supaya umatnya mempuasakannya pula. Maka tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, beliau bersabda, "Siapa yang suka puasa di hari 'Asyura silahkan, dan siap yang tidak suka, tidak mengapa." (HR Muslim Bab 14 no 56)
- Dari 'Abdullah Ibnu 'Umar ra., katanya: "Kaum Jahiliyah puasa padahari 'Asyura. Sedangkan Rasulullah saw. dan kaum muslimin pernah juga mempuasakannya sebelum perintah wajib puasa Ramadhan diturunkan. Maka ketika puasa Ramadhan telah diwajibkan, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya hari 'Asyura itu suatu hari diantara hari-hari kebesaran Allah. Karena itu siapa yang puasa hari itu silahkan dan siapa yang tidak mau, boleh meninggalkannya." (HR Muslim Bab 14 no 57)
- Dari Abdurrahman Ibnu Yazaid ra., dia menceritakan bahwa Asy'ab bin Qais ra., pernah datang ke rumah 'Abdullah ketika dia sedang makan. Lalu kata 'Abdullah, "Ya, Abu Muhammad! Mari silahkan makan!" Jawab Asy'ats, "Bukankah hari ini hari 'Asyura?" Jawab Abdullah, "Tahukah engkau, apakah hari 'Asyura itu?" Kemudian dia melanjutkan, "Hari 'Asyura ialah suatu hari dimana Rasulullah saw. pernah puasa sebelum perintah wajib puasa Ramadhan diturunkan. Tatkala kewajibn puasa Ramadhan telah turun, maka puasa 'Asyura ditinggalkan beliau."(HR Muslim Bab 14 no 58)
- Dari Jabir bin Samurah ra., katanya: "Rasulullah saw. menyuruh kami puasa pada hari 'asyura, dan beliau mendorong kami serta memperhatikan kami melaksanakannya. Tetapi ketika puasa Ramadhan telah diwajibkan, kami tidak lagi disuruh beliau, tetapi tidak pula dilarang dan tidak lagi diperhatikannya apakah kami puasa atau tidak." (HR Muslim Bab 14 no 59)
- Dari Ibnu 'Abbas ra., katanya: "Ketika Rasulullah saw. belum lama tiba di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi puasa pada hari 'Asyura. Lalu mereka ditanya perihal itu (apa sebabnya mereka puasa pada hari itu). Jawab mereka, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Israil atas Fir'aun. Karena itu kami puasa pada hari ini untuk menghormati Musa." Maka bersabda Rasulullah saw., "Kami lebih pantas memuliakan Musa daripada kamu." Lalu beliau perintahkan supaya kaum muslimin puasa pada hari 'Asyura." (HR Muslim Bab 14 no 60)
- Dari Ibnu 'Abbas ra., katanya: "Ketika Rasulullah saw. belum lama tiba di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi puasa pada hari 'Asyura. Maka bertanya beliau kepada mereka, "Hari apakah ini, sehingga anda semua mempuasakannya?" Jawab mereka, "Hari ini hari besar, dimana Allah memenangkan Musa serta kaumnya, dan menenggelamkan Fir'aun serta kaumnya. Karena itu Musa puasa setiap hari ini untuk menyatakan syukur, lalu kami mempuasakannya pula." Maka bersabda Rasulullah saw., "Kami lebih pantas dan lebih berhak memuliakan Musa daripada kamu semua." Lalu Rasulullah saw. puasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan kaum muslimin puasa pada hari itu." (HR Muslim Bab 14 no 61)
- Dari Abu Musa ra., katanya: "Hari 'Asyura adalah hari yang dimuliakan orang-orang yahudi dan dijadikannya hari raya. Maka bersabda Rasulullah saw., "Puasalah kamu di hari 'Asyura itu." (HR Muslim Bab 14 no 62)
- Dari Abu Musa ra., katanya: "Penduduk Khaibar puasa pada hari 'Asyura dan menjadikannya sebagai hari raya, dimana wanita-wanita mereka memakai perhiasan dan pakaian-pakaian yang indah pada hari itu. Lalu Rasulullah saw. bersabda., "Puasalah kamu (pada hari itu)!"(HR Muslim Bab 14 no 63)
- Dari Ibnu Abbas ra., katanya dia ditanya orang tentang puasa hari 'Asyura. Lalu jawabnya, "Aku tidak tahu kalau Rasulullah saw. mempuasakannya untuk mendapatkan keutamaannya atas seluruh hari, selain hari ini ('Asyura) dan bulan ini (Ramadhan)." (HR Muslim Bab 14 no 64)
- Dari Abdullah bin Abbas ra., dia menceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram) dan memerintahkan kaum muslimin supaya puasa, para sahabat berkata, "hari ini adalah hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani." Lalu Rasulullah saw. bersabda: "Apabila masih menyaksikan tahun yang akan datang, insya Allah kita puasa pada tanggal sembilan Muharram." Kata 'Abdullah selanjutnya, "Ternyata tahun depan itu, beliau wafat." (HR Muslim Bab 14 no 65)
- Dari Salamah bin Akwa' ra., dia menceritakan bahwa Rasulullah saw. mengutus seorang laki-laki suku Aslam pada hari 'Asyura dan memeirntahkan kepadanya supaya mengumumkan kepada orang banyak: "Siapa yang belum puasa hari ini hendaklah dia puasa, dan siapa yang terlanjur makan, hendaklah dia puasa juga sejak mendengar pengumuman itu sampai malam." (HR Muslim Bab 14 no 66)
- Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz bin 'Afra' ra., katanya: "Suatu pagi 'Asyura, Rasulullah saw. memerintahkan petugas keperkampungan orang Anshar yang berada disekitar Madinah, untuk menyampaikan pengumuman: "Siapa yang puasa sejak pagi hari hendaklah disempurnakannya puasanya, dan siapa yang tidak puasa hendaklah dia puasa setelah mendengar pengumuman ini." Semenjak itu kami puasa pada hari 'Asyura, dan kami suruh anak-anak kecil kami, insya Allah. Kami bawa mereka ke mesjid dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Apabila ada yang menangis minta makan, kami berikan setelah waktu berbuka tiba." (HR Muslim Bab 14 no 67)
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...