2/06/2008

Apa benar Jakarta Akan tenggelam ?

BANJIR seakan tak pernah pergi dari ibukota. Memang sudah dari sononya istilah orang Betawi, kalau Ibukota ini adalah daratan rendah. Tapi, kegiatan pemerintahan yang dipusatkan di kota yang dulu bernama Batavia ini, menjadikan kota ini disulap menjadi gedung-gedung nan mewah.

Lantas apakah benar kalau banjir tak mau pergi dari Ibukota? Pertanyaan itu coba dijawab beberapa pengamat.

Ada yang bilang tidak bisa dan ada yang bilang hanya bisa dikurangi. Tapi inti jawaban dari para pengamat, banjir tak pernah pergi dari Jakarta!

banjir-jakarta




Lantas bagaimana jika banjir benar-benar tak bisa pergi dari Jakarta? Apakah kota modern yang sudah menerapkan teknologi canggih benar-benar tak mampu mengatasi banjir? Jika ya, maka apakah perlu ibukota dipindahkan?

Pertanyaan-pertanya an tersebut tampaknya hanya tinggal menunggu jawaban. Banjir air rob pada akhir November lalu di Jakarta Utara (meski tak turun hujan), seakan memberikan sinyalemen Jakarta akan terkepung air, bahkan terapung.

Ada yang mengatakan fenomena itu merupakan dampak dari perubahan iklim. Pendapat ahli perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi tampaknya bisa membuktikan. Dia meramalkan pada 2050 nanti, 24 persen wilayah Jakarta akan terendam air laut secara permanen.

Ramalan Doktor lulusan University of Hamburg itu merupakan buah penelitannya yang dilakukan sejak 2005 di Jakarta, khusus meneliti pengaruh perubahan iklim terhadap ibukota. Dia melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan iklim di Jakarta dengan menghitung laju kenaikan temperatur di Jakarta dan kenaikan muka air laut.

Dosen yang merampungkan tesisnya mengenai perubahan iklim di Max Planck Institute of Meteorology itu, membuat satu model digital yang dapat menyajikan gambar tiga dimensi dari pengaruh penurunan muka air tanah dengan laju kenaikan muka air laut. Dengan model buatannya itu, Armi meramalkan banjir permanen yang akan mengurangi luas wilayah geografis Jakarta dalam jangka panjang.

Armi merancang modelnya itu dengan memasukkan faktor penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah yang terjadi di Jakarta sudah mencapai angka 0,85 centimeter per tahun. Faktor penyebabnya, tuturnya, penggunaan air tanah oleh warga Jakarta dan maraknya pembangunan gedung pencakar langit di ibukota.

ber

Penurunan tanah di Jakarta sudah terasa akibatnya. Menurutnya, sekitar 40 persen wilayah Jakarta sekarang ini lebih rendah dari permukaan laut. “Kebetulan kawasan itu berada di bagian utara Jakarta,” katanya. Wilayah itu, tambahnya, kini terancam oleh banjir menahun akibat pasang surut air laut.

Sementara kenaikan muka air laut dihitungnya dari mengolah data pencatatan periode ulang pasang surut air laut selama 17,8 tahun. Hasilnya, jelasnya, kenaikan muka air laut di wilayah Jakarta mencapai 0,57 centimeter per tahun.

Hasilnya mencengangkan. Ternyata laju kenaikan penurunan tanah di Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan naiknya muka air laut. “Jakarta itu lebih cepat turunnya dibandingkan dengan naiknya muka air laut,” kata Armi.

Peneliti Indonesia yang akan menjadi pembicara kunci dalam pertemuan internasional mengenai Global Climate Chane di Bali itu, memperlihatkan hasil estimasi banjir permanen yang akan terjadi pada 2050 nanti di wilayah Jakarta. Air laut, paparnya, secara permanen akan masuk ke dalam wilayah Jakarta sampai sejauh 8 kilometer. “Untuk daerah yang rendah nggak bisa diselamatkan lagi,” katanya.

Banjir permanen itu akan merendam wilayah di antaranya Tanjung Priok, Bandara Soekarno-Hatta, Pademangan, Koja, Cilincing, hingga masuk ke Penjaringan.

Armi juga memprediksi 24 persen wilayah di utara Jakarta, (banjir permanen) masuk sampai merendam ke jalan tol di Penjaringan, Tanjung Priok tidak berfungsi lagi, Bandara Soekarno-Hatta pun akan mulai hilang tahun 2035.

Jika semua ramalan dari hasil penelitian Armi benar. Maka hanya satu jawabannya, Selamat Tinggal Jakarta!. Tapi kita tetap harus optimistis. Lakukan hal kecil sekalipun untuk mengurangi potensi banjir di Jakarta. Salah satunya buanglah sampah pada tempatnya. Mudah sekali bukan

Ahmad Dani - Okezone



No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...