6/25/2008

Debat dengan HTI Tentang Siksa Kubur

Assalamu 'alaikum Wr Wb.

Baru-baru ini saya terlibat diskusi dengan aktifis Hizbut Tahrir mengenai ada tidaknya siksa kubur. Beliau mengutip surat Yassin ayat 51-52 yang intinya menyatakan bahwa di alam kubur itu mayit tidur sampai ditiupkannya sangkakala di hari berbangkit.

Saya mohon ustadz memberi saya dalil shahih atau pun buku rujukan yang dapat saya gunakan untuk membuka wawasan kami agar mengetahui siapa yang lebih benar.

Terima kasih,

wassalam

Lina
linalin_62@yahoo.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Memang sering kali kita dengar bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengingkari adanya siksa kubur. Beberapa orang yang mengaku sebagai HTI pun juga memang seringkali mengajak berdebat tentang masalah siksa kubur ini.

Dan ada beberapa literatur, salah satunya buku Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, yang jelas-jelas menyebutkan bahwa Hizbut Tahrir memang mengingkari siksa kubur.

Buku ini sebenarnya terjemahan dari bahasa Arab, yaitu Al-Mausu'ah Al-Muyassarah fi Al-Adyan wa Al-Madzahib Al-Mu'ashirah. Penerbitnya adalah An-Nadwah Al-'Alamiyah li Asy-Syabab Al-Islami - Riyadh.

Dalam versi terjemahannya dituliskan pada halaman 91 ada disebutkan, "Hizb Al-Tahrir melarang anggotanya percaya kepada siksa kubur dan munculnya Dajjal."

Lain Anak Buah Lain di Petinggi

Namun yang menarik, ketika kami tanyakan urusan siksa kubur ini kepada pihak pimpinan resmi HTI, yaitu Bapak Al-Khattat, di mana beliau memang pimpinannya, justru beliau sendiri malah menolak tuduhan bahwa mereka mengingkari siksa kubur.

Secara tegas beliau mengatakan bahwa HTI tidak mengingkari siksa kubur, dan menjelaskan bahwa itu hanyalah issue. Hal itu disampaikan langsung olehnya kepada kami dalam kesempatan kunjungan para petinggi HTI ke Eramuslim, Rabu 12 September 2007 yang lalu.

Berita kunjungan HTI ke Eramuslim bisa dilihat pada http://www.eramuslim.com/berita/int/7913183157-silaturahmi-wacana-khilafah-bukan-milik-hti-tapi-milik-umat.htm

Sayangnya saat kami tegaskan, kalau memang ternyata itu hanya issue, mengapa pihak HTI tidak membuat semacam klarifikasi bahwa mereka ternyata tidak mengingkari siksa kubur. Jawaban yang Al-Khattat sampaikan saat itu cukup jenaka, dia bilang, "Wah ustadz, kalau urusan itu sih saya cuma bilang, 10 kali 10 sama dengan cepek." Maksudnya capek deh kalau ngurusin begituan."

Mungkin maksud beliau dan teman-teman di HTI, bahwa mereka tidak mau mengurusi hal itu dan tidak perlu menanggapinya, karena hanya cuma issue belaka. Bahkan mereka bilang bahwa yang ditulis di buku itu tidak benar.

Karena penasaran, kami tanyakan sekali lagi, dan beliau tetap mengatakan bahwa HTI tidak mengingkari masalah siksa kubur. Ya sudah, lha wong bilang tidak mengingkari siksa kubur kok, masa kita mau paksa.

Mungkin teman anda yang mengaku HTI itu boleh anda berikan jawaban dari Al-Khattat ini bahwa HTI, setidaknya menurut jawaban AL-Khattat, tidak mengingkari masalah siksa kubur.

Masalah siksa kubur disebutkan di dalam Al-Quran Al-Kariem

Dan kalau kita merujuk kepada literatur yang original dari para ulama, kita akan menemukan bahwa ternyata masalah siksa kubur itu jelas dan tegas disebutkan di dalam Quran.

Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.(QS. Ibrahim: 27).

Dari Al-Barra' bin Azib bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ketika seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, datanglah seseorang. Kemudian bersyahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka itulah yang dimaksud dengan ‘Allah SWT meneguhkan orang beriman dengan ucapan yang teguh. (HR Bukhari)

Kalau kita buka kitab Shahih Muslim, hadits nomor 2871, ada hadits nabawi yang menjelaskan bahwa ayat ini terkait dengan pertanyaan malaikat di dalam kubur.

Hadits itu adalah hadits yang shahih, dishahihkan oleh dua begawan ahli hadits, dan diamini oleh pakar hadits lainnya. Silahkan cek di dalam kitab-kitab hadits lainnya. Misalnya kitab Sunan Abi Daud no 4750, Sunan Ibnu Majah np 4269, Musnad Imam Ahmad no. 18575, dan Sunan At-Tirmizy no. 3120.

An-Nasai dalam kitab Al-Mujtaba jilid 4 halaman 101 juga dalam sunan Al-Kubra, meriwayatkan dari Al-Barra' menyebutkan bahwa ayat ini turun terkait dengan adanya siksa kubur.

Ayat Lainnya

Dan masih banyak ayat Quran lainnya yang menyebutkan keberadaan adzab kubur. Misalnya

…Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.(QS. At-Taubah: 101)

Di ayat ini teramat jelas bahwa Allah SWT menyiksa orang zalim itu dua kali, yaitu pada alam kubur dalam kematiannya yaitu setelah nyawa dicabut hingga menjelang hari kiamat. Dan berikutnya adalah siksaan setelah hari kiamat yaitu di neraka.

Demikian juga yang Allah SWT lakukan kepada Fir’aun yang zalim, sombong dan menjadikan dirinya tuhan selain Allah SWT. Allah SWT mengazabnya dua kali, yaitu di alam kuburnya dan di akhirat nanti. Di alam kuburnya dengan dinampakkan kepadanya neraka pada pagi dan petang. Ini merupakan siksaan sebelum dia benar-benar dijebloskan ke dalamnya dan terjadinya pada alam kuburnya.

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat., "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (QS. Al-Mu’min: 46)

Ayat ini lalu dikuatkan juga dengan ayat lainnya yang juga menyebutkan ada dua kali kematian, yaitu kematian dari hidup di dunia ini dan kematian setelah alam kubur.

Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan untuk keluar?"(QS. Al-Mu’min: 11)

Siksa Kubur Dikuatkan Oleh Hadits-hadits Shahih

Selain ayat Quran di atas, urusan keberadaan siksa kubur ini juga dikuatkan oleh banyak hadits shahih lainnya. Misalnya hadits berikut ini:

Rasulullah SAW bersabda, ”…Lalu ruh jahat itu dikembalikan ke dalam jasadnya dan dua malaikat mendatanginya seraya bertanya, ”Siapakah rabb-mu? Orang itu menjawab, ”hah..hah..aku tidak tahu”. Malaikat itu bertanya lagi, ”Siapakah manusia yang diutus kepada kalian?”. “hah..hah..aku tidak kenal”, jawabnya. Lalu diserukan suara dari langit bahwa dia telah mendustakan hamb-Ku. Maka dekatlah dengan neraka dan dibukakan pintu neraka hingga panas dan racunnya sampai kepadanya. Lalu kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang iganya saling bersilangan. Dan didatangkan kepadanya seorang yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan baunya busuk dan berkata kepadanya, ”Berbahagialah dengan amal jahatmu. Ini adalah hari yang kamu pernah diingatkan. Dia bertanya, ”siapakah kamu, wajahmu adalah wajah orang yang membawa kejahatan?” “Aku adalah amalmu yang buruk”. “Ya Tuhan, jangan kiamat dulu”.(HR Ahmad dalam musnadnya 4/287 hadits no. 4753 dan Abu Daud 4/239 hadits no. 18557 – hadits Shahih).

Selain itu juga ada hadits lainnya:

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di kuburnya dan ditinggalkan oleh teman-temannya, maka dia masih mendengar suara sandal mereka." Imam Bukhari menambahkan, ”Sedangkan orang munafik dan kafir diserukan kepada mereka, ”

Saran dan Masukan

Kalau kita belajar agama Islam dengan benar, lewat para ulama, juga lewat literatur resmi, seperti kitab-kitab tafsir yang muktamad, maka seharusnya tidak perlu terjadi debat seperti yang anda alami. Sebab urusan alam barzakh dan siksa kubur itu adalah sesuatu yang hak, bukan hanya disebutkan di dalam sunnah nabawiyah saja, tetapi bahkan ayat Al-Quran pun telah menyebutkannya.

Mungkin teman anda itu akan kebingungan kalau diberitahu bahwa urusan siksa kubur itu ternyata telah disebutkan di dalam Quran. Karena itu sebaiknya anda jangan kesal dan marah dulu.

Teman anda itu mungkin tidak salah sepenuhnya, karena dia memang belum sampai derajat berilmu, baru sekedar baca sana dan dengar sini, Mungkin gurunya baru mengajarkan sedikit ilmu, atau mungkin juga gurunya memang kurang berilmu. Maka kewajiban kita kepada orang yang demikian bukan mengejek, memaki atau mencomooh.

Kewajiban kita adalah mengajarkan, memberinya ilmu yang benar dan hak, sebagaimana yang kita terima dari para ulama yang hak juga. Semoga dengan berbagi ilmu, kita tidak mengedepankan emosi dan rasa sok tahu, sebaliknya kita menghormati ilmu itu sebagai sesuatu yang harus dipelajari.

Belajar dan Belajar

Buat mereka yang masih agak kurang faham tentang masalah alam kubur, mungkin tidak ada salahnya kalau belajar lebih banyak lagi. Rasanya tidak terlalu naif kalau lebih banyak membuka kitab, baik kitab tauhid, atau pun tafsir, untuk lebih mendalami masalah ini.

Sebenarnya tidak perlu gengsi-gengsian, juga tidak perlu kita terlalu menonjolkan urusan kelompok, jamaah, atau identitas yang lain. Sebab kebenaran itu bukan milik kelompok, buka milik ormas, bukan milik HTI, IM, Tablgih, Salafy atau apa pun. Tetapi kebenaran itu bisa dicapai kalau kita banyak menimba ilmu, banyak belajar dan banyak membaca. Tentunya belajar kepada ahlinya di bidang ilmu tersebut.

Jangan sampai kita belajar otomotif kepada tukang service mesin jahit. Bisa hancur mesin kita dibuatnya. Karena ilmunya beda.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...