12/11/2007

BANTAHAN TERHADAP PENGINGKAR KERASUKAN JIN


Ruqyah-online.blogspot.com-Akhir-akhir ini telah ada fatwa dari sebuah organisasi Islam di Indonesia yang mengingkari masuknya jin dalam tubuh manusia dan selain itu ada juga penolakan dari sebagian orang yang hanya menggunakan akal tanpa didasari dengan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun golongan yang mengingkari hal ini mempunyai 4 dalil yaitu :

1. Tidak ada dalil dalam Al-Qur’an dan hadits shahih yang menyatakan, bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
2. Sebagian mereka beralasan karena sebagian ulama mengatakan, bahwa ini adalah perkara yang batil, dan sesungguhnya jin tidak bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
3. Hal ini tidak masuk akal, dimana tidak mungkin bagi dua makhluk yang berbeda tabiatnya bersatu dalam satu bentuk.
4. Jin adalah makhluk yang diciptakan dari api sedangkan manusia dari tanah. Jika jin merasuki manusia, maka ia akan membakarnya.

Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada mereka yang mengatakan, bahwa disana tidak ada dalil yang menyatakan masuknya jin dalam tubuh manusia.” Sebenarnya dalil-dalilnya sangat jelas dan banyak yang di antaranya adalah sebagai berikut :
Pertama : Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)

Imam Al-Qurtubi berkata, “Pada ayat ini terdapat dalil atas kesalahan penolakan orang-orang yang menolak adanya kerasukan jin dan menganggap bahwa setan itu tidak akan dapat memasuki tubuh manusia.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Orang-orang yang memakan riba” yaitu mereka tidak dapat berdiri kecuali sebagaimana berdirinya orang-orang yang kerasukan setan.”

Imam Ath-Thabari berkata, “Mereka tidak berdiri di akhirat nanti dari kubur-kubur mereka, kecuali sebagaimana berdirinya orang-orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Maksudnya adalah, setan membuatnya gila di dunia. Dan orang yang dirasukinya akan jatuh karenannya yaitu karena kegilaan.”

Kedua : Dalil-dalil dari As-Sunnah (hadits)

1. Dari Utsman bin Abi Al-Ash Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Ketika aku bekerja untuk Rasulullah di Thaif, tiba-tiba aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa. Maka, setelah itu aku pergi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan Rasul berkata, “ Ibnu Abi Al-Ash ?”Aku menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Rasul bertanya, “apa yang membuatmu datang kemari ?” Aku berkata, “Wahai Rasulullah aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu aku sedang shalat apa.” Nabi bersabda, “Itu adalah setan, mendekatlah kemari !” Aku pun mendekat kepada Nabi, lalu aku duduk di atas, telapak kakiku.” Ibnu Abi Al-Ash berkata, “Lalu Nabi memukul dadaku dengan tangannya dan meniup mulutku sambil berkata, “Keluarlah musuh Allah,” Nabi melakukannya sebanyak tiga kali.”Dan selanjutnya beliau berkata, ‘Teruskanlah pekerjaanmu.”

2. Utsman bin Basyar menuturkan,“aku mendengar Utsman bin Abi Al-Ash Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku mengadu kepada Rasulullah Shalllahu Alaihi wa Sallam karena sering lupa akan ayat-ayat Al-Qur’an, lalu Rasul memukul dadaku dengan tangannya seraya berkata “Wahai setan, keluarlah dari dada Utsman.” Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.” Lalu Utsman berkata, “Setelah itu aku tidak pernah lagi lupa akan Al-Qur’an dan selalu suka (senang) mengingatnya.”

Ketiga : Pendapat para Ulama

Al-Allamah Al-Albani ketika mengomentari hadits ini berkata, “Di dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas, bahwa setan bisa memasuki tubuh manusia sekalipun dia seorang mukmin yang saleh. Hal ini juga terdapat pada banyak hadits, dan aku telah menerangkan salah satunya pada pembahasan yang lalu pada nomor 485 dari riwayat Ya’la bin Murrah yang mengatakan, “Aku bepergian bersama Rasulullah, dan aku melihat sesuatu yang sangat ajaib dari beliau.” Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa seorang perempuan datang kepada Rasul dan berkata, “Anakku ini terkena penyakit gila sejak tujuh tahun yang lalu dan selalu kambuh dua kali sehari.” Rasulullah berkata, “Dekatkanlah ia kepadaku.” Wanita itupun segera mendekatkan anaknya kepada Rasul. Beliau lalu menyenbur dengan ludahnya seraya berkata, “Keluarlah musuh Allah, aku adalah Rasulullah.” (HR.Al-Hakim)

Al-Asyari berkata, bahwa menurut mereka bangsa jin dapat memasuki tubuh manusia, sebagaimana Allah berfirman,“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)

Abdullah bin Ahmad bin Hambal menuturkan : “Aku berkata kepada ayahku,”Sesungguhnya beberapa kaum menganggap bahwa bangsa jin tidak dapat memasuki badan manusia.” Maka ayahnya menjawab, “Wahai anakku, mereka itu dusta. Beliau mengucapkan hal tersebut dengan lisannya sendiri”

Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Adanya jin terbukti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kesepakatan umat terdahulu, begitu juga dengan dapatnya jin masuk ke dalam tubuh manusia sudah menjadi kesepakatan ulama Ahlussunnah wal jama’ah. Masalah ini merupakan perkara yang dapat disaksikan dan dirasakan oleh siapa pun yang memperhatikannya. Jin dapat masuk ke tubuh seseorang dan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dipelajarinya, bahkan tidak ia mengerti. Terkadang ia memukul-mukul hingga apabila mengenai seekor onta, maka onta tersebut akan mati, sementara orang yang kerasukan tidak merasakannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” Dan Nabi bersabda, “Sesungguhnya setan itu mengalir di dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah,” dan sabda-sabda Rasulullah yang lain.”

Syaikh Utsaimin berkata, “Di antara permusuhan jin dan manusia adalah bahwa jin merasuki manusia lalu mendorongnya dan membiarkannya kejang-kejang hingga pingsan, atau membawanya kepada sesuatu yang membahayakan, seperti melemparkannya ke dalam lubang atau air hingga tenggelam, atau api hingga terbakar. Allah telah menyamakan orang-orang yang memakan harta riba ketika bangkit dari kuburan dengan orang yang kerasukan jin. Allah berfirman. “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”(Al-Baqarah : 275)
Ibnu Jarir berkata, “Ia juga yang membuatnya gila dan merasukinya.”

Ibnu Katsir berkata, “Melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan ketika dia dirasuki setan.”

Al-Baghawi berkata, “Setan merasukinya maksudnya adalah, bahwa orang yang memakan riba dibangkitkan pada Hari Kiamat seperti orang yang kerasukan.”

Ilmu Qayyim berkata dalam bukunya Zad Al-Ma’ad tentang penyakit kerasukan. Ia berkata, “Kerasukan itu ada dua jenis ; Kerasukan roh-roh kotor yang ada di bumi yaitu jin, dan kerasukan yang berasal dari percampuran berbagai hak yang hina. Yang kedua inilah yang banyak dibicarakan oleh para dokter tentang sebab dan cara penyembuhannya. Sedangkan kerasukan roh-roh, maka para dokter spesialis dan para ahli, mereka mengakui hal ini dan tidak menolak keberadaannya. Mereka juga mengakui bahwa cara penyembuhannya adalah dengan cara menjumpakannya dengan roh-roh yang baik, hingga ia menolak pengaruhnya dan melawan perbuatannya serta menghentikannya.”

Kemudian Ibnu Qayyim berkata, “Jenis kerasukan seperti ini tidak diingkari keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak punya kesempatan untuk mengetahui rahasia-rahasia ruh (bodoh). Aku akan mengemukakan beberapa hadits yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan pengaruh kekuatan ruh serta kemauan yang kuat untuk menyembuhkannya. Demikianlah, kalaulah sekiranya kerasukan itu mempunyai sebab-sebab, di antaranya bersifat materi, kejiwaan dan ruhani atau pun yang lainnya, maka tidak selayaknya kita mengingkari apa-apa yang tidak kita ketahui.

Bumi ini dengan rahasia-rahasia (misteri) alam. Ilmu telah mulai membuka sebagian rahasia tersebut dan pada waktu yang bersamaan, hal itu janganlah dapat dijadikan kesempatan oleh para Dajjal dan tukang sihir untuk mempergunakan kebodohan manusia atau kepolosan mereka. Maka, hendaklah kita terlebih dahulu merujuk kepada hal-hal yang bersifat material yang sangat banyak dan mudah didapat.

Dan apabila makhluk itu lemah dan tidak dapat membuka tabirnya, maka hendaklah kita menghadap kepada Pencipta dengan cara mengimani-Nya , memohon kepada-Nya dengan cara yang benar, dan mempercayai-Nya sebagaimana para Nabi meminta tolong kepada-Nya hingga Allah menghilangkan bahaya dari mereka dan menyelamatkan mereka dari kesedihan. Dan Al-Qur’anlah sebaik-baik saksi atas kebenaran ini. Wallahu a’lam.

Ibnu Qayyim juga mengatakan, “Merupakan suatu kewajiban untuk orang yang bisa mendatangkan jin supaya tidak mempergunakannya pada hal-hal yang buruk sebagaimana yang dilakukan para Dajjal dan para dukun. Meskipun demikian, merupakan kewajiban, agar semangat kita melawan Dajal dan para dukung tidak sampai para taraf mengingkari keberadaan jin. Karena mereka benar-benar ada dan mereka juga mukallaf (mendapat beban syariat) sebagaimana manusia, serta dapat memberi bahaya kepada manusia dengan seiring Allah sebagaimana manusia dapat memberi bahaya pada manusia yang lain. Adapun bahaya ini bukan hanya sebatas gangguan dan godaan saja, akan tetapi bisa juga dalam hal-hal yang bersifat materi yang berkaitan dengan manusia seperti pada makanan, minuman dan pakaiannya bahkan pada badannya. Jadi, tidak ada dalil yang mengingkari keberadaanya.

Ya’la bin Murrah Radhiyallahi Anha ia berkata, “Dari Nabi, bahwa beliau didatangi oleh seorang perempuan dengan anaknya yang terkena penyakit gila, maka Nabi berkata kepadanya, “Keluarlah musuh Allah, aku adalah Rasulullah, “Ya’la berkata, “Lalu anak itu pun sembuh dan wanita tersebut memberi hadiah kepada Nabi berupa dua ekor domba dengan sedikit makanan dan minyak samin. Rasulullah berkata, “Wahai Ya’la, ambil makanan, minyak samin dan satu ekor domba, lalu selebihnya kembalikan kepada wanita itu.”

Rasulullah bersabda,“sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia pada pembuluh darah.”
Ketika mengomentari hadits ini, Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi berkata, “Kita harus tetap memunculkan hadits Rasulullah yang mengatakan, “Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia pada pembuluh darah”karena sebagian orientalis berusaha membuat keraguan seputar hadits ini.”

Kita katakan kepada mereka yang membuat keraguan-raguan, dan berusaha mendapatkan celah untuk tempat mereka meniupkan racun, “Sesungguhnya darah itu terdiri dari banyak unsur yang mengalir di dalamnya, seperti besi, fosfat, kalsium dan unsur-unsur lainnya sebagaimana yang telah diperlihatkan kepada kita oleh penelitian-penelitian modern. Bahkan, mikroba dan kuman-kuman yang merupakan bentuk materi, bisa melubangi kulit dan masuk ke darah dan bertahan di dalamnya selama masa perkembangannya sampai menjadi banyak hingga akhirnya terjadi peperangan antara kuman-kuman tersebut dengan sel darah putih. Sedangkan setan tidak tercipta dari sebuah materi, akan tetapi dia tercipta dari bahan yang lebih halus, bahkan merupakan sesuatu yang sangat halus. Lalu, bagaimana kita mengingkari bahwa ia mampu menembus kulit dan berjalan di dalam darah sebagaimana mengalirnya puluhan benda keras, sedang kita tidak merasakannya ?

Adapun orang yang mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh manusia, karena manusia berasal dari tanah sedangkan jin tercipta dari api, jadi jika ia menyentuh manusia, maka ia akan membakarnya, kepada mereka saya katakan bahwa manusia diciptakan dari tanah, namun sekarang ia bukanlah tanah. Demikian juga dengan jin yang diciptakan dari api, namun sekarang mereka bukanlah api.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian kaum bidah yakni mu’tazilah dan lainnya, mengingkari bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Alasan mereka adalah karena alam jin berbeda dengan alam manusia. Jin diciptakan dari api sedangkan manusia diciptakan dari tanah. Adalah salah sama sekali.

Al Qadhi Badruddin mengatakan bahwa dalil yang menunjukkan bahwa jin tidak selamanya tetap berada dalam unsur api adalah sabda Nabi saw “Musuh Allah, iblis, datang dengan membawa meteor dari api untuk ditaruh pada mukaku.” (HR. Muslim dan an-Nasa’I)

Penjelasannya adalah bahwa andai jin tetap dalam kondisinya yaitu unsur keapiannya maka tidak perlu setan atau ifrit membawa nyala api lagi karena mereka menimbulkan api, dan jika tangan setan atau ifrit atau bagian tubuhnya menyentuh anak Adam, sungguh akan membakarnya.

Jadi, menjadi sebuah ketetapan bahwa jin dapat berubah dari unsur keapiannya. Oleh karena itu, ada alasan bagi mereka untuk mengingkari bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh karena adanya perbedaan alam dan apabila memang ada riwayat yang mengatakan bahwa jin memiliki tubuh yang “lembut” sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka, maka tidak ada yang menghalangi bercampur zat lembut (jin) dengan zat yang padat seperti tubuh manusia.

Imam adz-Dzahabi mengatakan bahwa jin memang bertubuh lembut. Dan tidak dapat diingkari pula adanya pencampuran jin dengan roh manusiawi, sebagaimana halnya bercampurnya antara darah dan dahak, meskipun ia berbentuk padat. Banyak contoh lain mengenai pencampuran zat yang lembut dengan zat padat. Roh merupakan sesuatu yang lembut yang dapat masuk ke dalam jasad sarat dengan kehendak Allah Ta’ala.

Disebutkan dalam As-Sunnah bahwa roh para muhajirin berada di dalam kantong burung hijau yang berkicau di dalam surga, dengan izin Allah, berada di jasad yang bukan jasad aslinya. Ia memiliki etika dan aksi yang khusus.

Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Masruq, “Aku bertanya kepada Abdullah mengenai ayat, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Ali Imran : 169)

Abdullah menjawab, “Sesungguhnya kami telah bertanya tentang itu, lalu beliau bersabda, “Ruh mereka berada dalam rongga burung hijau yang memiliki kantornya tergantung di Arsy, mereka pergi dan datang dari surga kapan saja mereka kehendaki.” (HR. Muslim)

Malaikat merupakan roh yang berakal dan jasad-jasad yang hakiki. Meskipun berbeda alam dengan manusia, ada malaikat yang Allah wakilkan untuk masuk ke dalam rahim wanita dan berada pada mani, menuliskan rezeki, qadar, dan ajal calon manusia.

Hudzaifah bin Asid meriwayatkan bahwa Nabi saw, menyampaikan, “Malaikat masuk ke mani setelah mani itu berada dalam rahim selama 40 atau 45 malam, lalu (malaikat) bertanya, ‘wahai rabb! Apakah ia sengsara atau bahagia ?’Maka ia pun menulisnya, menulis amalnya, pengaruhnya, ajalnya dan rezekinya, kemudian dilipat lembaran (shahifah), tidak ada yang ditambah dan tidak pula dikurang.” (HR. Muslim)

Dalam As-Sunnah disebutkan mengenai keluarnya malaikat ini dari rahim wanita setelah sempurna penciptaan mani dan pembentukannya, dengan membawa catatan qadar di tangannya.

Amir bin Watsilah berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Apabila mani sudah berumur 42 malam, maka Allah mengutus malaikat lalu membentuknya, menciptakan pendengaran dan penglihatannya, kulit dan dagingnya, tulangnya, kemudian (malaikat itu) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Apakah laki-laki atau wanita ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya. Kemudian (malaikat itu) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Ajalnya ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya. Kemudian (Malaikat) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Rezekinya ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya, kemudian malaikat keluar dengan (membawa) lembaran (catatan) di tangannya, ia tidak menambah terhadap apa yang diperintahkan dan tidak pula mengurangi.” (HR.Muslim)

Inilah kenyataannya, bahwa malaikat masuk ke dalam jasad wanita sebagaimana dijelaskan dalam hadits pertama. Ia membentuknya, menulisnya, lalu setelah itu keluar dengan membawa catatan di tangannya sebagaimana dijelaskan pada hadits kedua padahal ia merupakan makhluk yang memiliki ruh dan jasad. Tidak ada yang menghalangi untuk melaksanakan perintah Allah azza wa jalla, termasuk, masuknya jasad lembut seperti jin ke dalam badan manusia, dan menimbulkan penyakit dan mudharat ?

Masuknya materi padat ke dalam badan manusia merupakan suatu hal yang nyata, misalnya makanan dan minuman, sebagian zat kecil hidup seperti bakteri, dan cacing yang masuk ke dalam badan lalu hidup di dalamnya.

Semua alasan yang mereka kemukakan dalam menolak masuknya jin dalam tubuh manusia adalah keliru sehingga tidak dapat dijadikan pegangan. Alasan mereka yang mengatakan bahwa tidak ada dalil syariat yang membuktikannya, maka telah kami bantah di panjang lebar pendapat para ulama yang terpercaya dan perkataan-perkataan para ahli tafsir dan ahli hadits yang menyatakan kebenaran merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.

Perkataan mereka bahwa materi jin dan manusia sungguh berlainan sehingga keduanya tidak mungkin bersatu kami bantah dengan menyatakan bahwa perbedaan materi tidak mesti menyebabkan demikian. Perhatikanlah roh manusia, dimana ia bisa masuk ke dalam jasadnya ketika ia masih berada di dalam rahim ibunya, yang dengannya ia bisa hidup, padahal materi roh tidak sama dengan materi jasad. Oleh sebab itulah para ulama Ahlussunah menyepakati akan adanya peristiwa kerasukan jin ini. Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah juga membantah para pengingkar ini dengan mengatakan, ‘Pernyataan itu jelas-jelas tidak benar dari banyak sisi, di antaranya adalah bisa masuknya air ke dalam tumbuhan, api ke dalam besi, saripati makanan ke dalam tubuh manusia, dan jin ke dalam tubuh manusia. Jadi, roh itu, sekali pun halus dapat masuk ke dalam jasad.” Nah, demikian pulalah jin.

Ada yang mengatakan, “Sesungguhnya makna dari masuknya jin ke dalam tubuh seseorang hanyalah sekadar membayang-bayanginya saja, dan itulah yang dimaksud dengan kerasukan jin.” Perkataan ini memang masuk akal, namun kita sering mendengar masuknya ia ke dalamnya, bahkan sampai menguasai hatinya.

Adapun alasan mereka bahwa jin itu adalah berasal dari api sedangkan api itu jelas-jelas akan membakar tubuh manusia sehingga keduanya tidak mungkin akan bisa bersatu, maka telah kami bantah pernyataan ini pada penjelasan kami yang lalu.

Yang jelas, hendaklah kita menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah, perkataan para imam Ahlussunnah wal jama’ah dan para ulama yang terpercaya sebagai rujukan. ***


No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...