12/09/2007

Hidup Sehat dan Selamat Dunia Akhirat

SHALAT VS REIKI, SENAM PERNAPASAN TENAGA DALAM DAN YOGA

Ruqyah-online.blogspot.com-Drs.Sentot Haryanto, M.Si dalam bukunya Psikologi Shalat membahas mengenai aspek-aspek psikologis dalam Ibadah Shalat. Drs.Sentot Haryanto, M.Si membahas efek kesehatan jasmani dan rohani dalam ibadah shalat.Penjelasannya adalah sebagai berikut:


1. BERWUDHU

Seseorang yang akan menjalankan shalat harus bersih dari hadats baik itu hadats besar maupun hadats kesil,sehingga ia harus mensucikan dirinya dengan berwudhu apabila berhadats kecil dan atau mandi apabila berhadats besar (junub).Sesungguhnya wudhu memiliki efek refreshing,penyegaran,membersihkan badan dan jiwa,serta pemulihan tenaga.Wudhu disamping sebagai sebagai persiapan untuk shalat bukan hanya membersihkan tubuh kita dari kotoran tetapi juga membersihkan jiwa dari kotoran.Sehingga ada yang mengatakan bahwa wudhu juga memiliki dampak fisiologis.Hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu dalam mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.Oleh karena itu dapat dipahami apabila ada seseorang yang sedang marah oleh Rasulullah disarankan untuk mengambil air wudhu,yaitu sesuai dengan sabdanya:”Apabila engkau sedang marah,maka berwudhulah”

Allah Ta’ala telah berfirman:”.....dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu,dan menghilangkan dari kamu gangguan syetan dan untuk menguatkan hatimu...” (QS.Al-An’faal:11)

2. SHALAT

Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama Islam,baik dilihat dari perintah yang diterima oleh Rasulullah secara langsung dari Allah maupun dimensi-dimensi yang lain (keunggulan shalat).Mnurut Ash Shiddieqy (1983) seluruh fardlu dan ibadah selain shalat diperintahkan oleh Allah SWT kepada Jibril untuk disampaikan kepada Muhammad.Hanya perintah shalat ini Jibril diperintahkan menjemput Muhammad untuk menghadap Allah.

Quraish Shihab (1992) menambahkan bahwa kenapa “oleh-oleh” yang dibawa Rasul dari perjalanan Isra’Mi’raj adalah kewajiban shalat,sebab shalat merupakan sarana penting guna mensucikan jiwa dan memelihara ruhani.

Berikut ini akan saya jelaskan keunggulan shalat pada aspek kesehatan fisik maupun psikis dan keselamatan dunia akhirat:

a. Aspek Olah Raga

Kalau diperhatikan gerakan-gerakan didalam shalat,maka terlihat mengandung unsur gerakan-gerakan olah raga;mulai dari takbir,berdiri,duduk akhir (atahiyat) sampai mengucapkan salam.Prof.Dr.HA Saboe (1986) dalam bukunya Hikmah Kesehatan Dalam Shalat berpendapat bahwa hikmah yang diperoleh dari gerakan-gerakan shalat sangat banyak artinya bagi kesehatan jasmaniah,dan dengan sendirinya akan membawa efek pula pada kesehatan ruhaniah atau kesehatan mental atau jiwa seseorang.Selanjutnya dijelaskan bila ditinjau dari sudut ilmu kesehatan,setiap gerakan,setiap sikap,serta setiap perubahan dalam gerak dan sikap tubuh pada waktu melaksanakan shalat,adalah yang paling sempurna dalam memelihara kondisi tubuh.Ahli lain yang mengkaji pengaruh gerakan shalat adalah Syaikh Hakim Abu Ghulam Moinuddin (1985) mengungkapkan bahwa shalat dikerjakan dengan delapan posisi yang masing-masing memberikan efek terhadap diri seseorang.Ahli lain menyebut ada 12 atau lebih posisi shalat (lihat Rifa’i,1976,Saboe,1996).

Adapun efek atau manfaat pada masing-masing posisi menurut Moinuddin adalah sebagai berikut:

Posisi 1
“Posisi tubuh tegak berdiri saat persiapan untuk shalat dengan posisi kedua belahtangan dilemaskan disamping kiri kanan tubuh dengan kondisi relaks.maka tubuh merasa dibebaskan dari beban karena pembagian beban yang sama pada kedua kaki.Punggung lurus sehingga akan memperbaiki postur.Pikiran dikendalikan oleh akal budi.Pandangan dipertajam dengan memfokuskan pada lantai tempat sujud.otot-otot punggung bagian atas dan bawah dilemaskan.Pusat otak bagian atas dan bawah dipadukan membentuk suatu kesatuan tujuan.”

Posisi 2
Posisi tangan setelah takbir masing-masing mazhab berlainan,ada yang tangannya terlepas seperti orang yang berdiri biasa,namun ada yang tangannya di bawah pusar atau di (atas) dada (lihat Saboe,1986),adapun efeknya adalah:

“Memperpanjang konsentrasi,menyebabkan pengendoran kaki dan punggung,menimbulkan perasaan kerendahan hati,kesederhanaan dan kesalehan.Dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau doa menyebabkan atau merangsang ketenangan tubuh,jiwa dan fikiran.Suara vokalnya akan merangsang jantung,kelenjar gondok (thyroid),kelenjar pineal,kelenjar bawah otak,kelenjar adrenal dan paru-paru serta akan membersihkan dan meringankan semua organ tersebut.”Ditambahkan oleh Saboe gerakan ini akan mempunyai efek:

“....pada saat berdiri kedua tangan dilipatkan di atas pusat (pusar),sikap tangan yang demikian merupakan sikap relaks atau istirahat paling sempurna dan sendi pergelangan tangan (articulatio-metacarpalia) serta otot-otot dari kedua tangan ada dalam keadaan istirahat penuh.Sirkulasi darah,terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah bening dan jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik;sehingga gerakan kedua sendi menjadi lancar dan dapat menghindarkan diri dari timbulnya penyakit persendian,misalnya rematik....(Saboe,1986)”

Posisi 3
“Pada posisi Ruku’; Sepenuhnya melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah dan betis.Darah dipompa ke batang tubuh bagian atas.Melonggarkan otot-otot perut,abdomen dan ginjal.Postur ini menambah kepribadian,menimbulkan kebaikan dan keselarasan bathin”.

“Dengan melakukan ruku’ maka tulang punggung (vertebrae) akan tetap dalam kondisi yang baik,karena persendian di antara badan-badan ruas tulang belakang (corpus vertebrae) tetap tinggal lembut dan lentur....dan akan mempermudah atau menghindari kesulitan bagi ibu hamil.Gerakan ini dapat pula menghindarkan atau menyembuhkan penyakit kerekutan atau membengkoknya tulang punggung (scoliose)...(Saboe,1986)”

Posisi 4
“Posisi i’tidal;Darah segar begerak naik kebatang tubuh pada postur sebelumnya kembali kearah semula dengan membawa toksin.Tubuh santai kembali dan melepaskan ketegangan.”

Posisi 5
“Posisi Sujud; Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah “kegombyoran”dibagian tengah.Menambah aliran darah ke bagian atas tubuh,terutama kepala (mata,telinga dan hidung) serta paru-paru;memungkinkan toksin-toksin dibersihkan oleh darah.mempertahankan posisi benar dari janin wanita hamil.mengurangi tekanan darah tinggi.Menambah elastisitas tulang itu sendiri.Menghilangkan egoisme dan kesombongan.Meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Allah.Menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati yang tertinggi dan ini adalah esensi dari shalat”.

“Pada saat bersujud dengan meletakkan jari tangan atau telapak tangan disamping lutut dan semua otot akan kontraksi,maka bukan saja otot akan menjadi besar dan kuat,tetapi urat-urat darah sebagai pembuluh nadi (arteria) dan pembuluh darah balik (venae) serta urat-urat getah bening (lympha) akan terpijit atau terurut,sehingga peredaran darah dan lympha akan lancar.Disamping itu membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan pengerutan dinding-dinding pembuluh darah (artetio sclerosis)....akan menghasilkan energi panas yang diperlukan proses pencernaan makanan yang diperlukan oleh tubuh sebagai zat hidrat arang,zat telor,lemak,vitamin,garam,besi,kapur,fosfor dan zat cair serta lainnya....,aliran darah akan semakin lancar untuk membuang zat-zat kotor yang asalnya dari zat makanan tersebut...(Saboe,1986)

Posisi 6
“Bagi laki-laki tumit kanan ditekuk dan bobot kaki serta bagian tubuh bertumpu pada tumit kaki tersebut. Sikap ini membantu menghilangkan efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltik usus besar. Pada wanita, kedua kaki disatukan di bawah tubuhnya. Tubuh kembali ke posisi pengendor yang besar dan postur ini akan membantu pencernaan dengan mendesak turun isi perut.

Posisi 7
“Pengulangan sujud yang lama dalam beberapa detik akan membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah dan syaraf. Merasakan keringanan tubuh dan kegembiraan emosional. Penyebaran oksigen ke seluruh tubuh lebih lancar dan menyeimbangkan sistem syaraf dan para simpatik.

Posisi 8
“….pada posisi sikap duduk iftirosy (tahiyat pertama) sebenarnya kita duduk dengan otot-otot pangkal paha (musc. Glutaeus maximusmedius, musc. Obtutator externus internus, musc perilormis) dimana di alamnya terdapat salah satu syaraf pangkal paha yang besar (nervus ischiadius) di atas kedua tumit kita. Tumit dilapisi oleh sebuah otot (musc. Triceps surae) yang berfungsi sebagai bantal. Dengan demikian maka tumit menekan otot-otot pangkal paha serta syaraf pangkal paha…dan pijitan tersebut menghindarkan atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha (neuralgia) yang terasa sakit, nyari, sengal…(Saboe, 1986)”.

Disimpulkan oleh Moinuddin (1985;1999) dalam satu hari paling sedikit kita melaksanakan tujuh belas rakaat yang terdiri atas sembilan belas posisi yang terpisah pada tiap-tiap rakaatnya. Total ada 119 postur per hari atau 3.570 postur perbulan atau 42.840 postur pertahun. Rata-rata umur orang dewasa empat puluh tahun, maka telah melakukan 1.713.600 postur (apakah ada dalam Yoga,senam pernapasan tenaga dalam,chikung,taichi,falungong, yang bisa menyaingi pose dan gerakan dalam shalat yang sangat kompleks dan sempurna?). Siapa pun yang melaksanakan akan terlindung dan tercegah dari sekumpulan penyakit ringan dan berat, seperti: serangan jantung dan problema jantung lainnya, empisema (bengkak pada rongga paru-paru), radang sendi (arthiritis); problem kandung kemih, ginjal dan usus besar, infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun, penyakit pegal pada pinggang dan tulang belakang. Bahkan menurut Moinuddin gerakan shalat yang utama (berdiri, ruku’ dan sujud), maka fisiknya akan membentuk huruf Arab alif, dal dan mim (ADAM) :

Beberapa penelitian mengenai pengaruh olah raga terhadap prestasi belajar, salah satunya dilaoporkan oleh Ancok (1985). Penelitian ini mengambil sampel anak-anak SD yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi olah raga jogging sedangkan kelompok yang kedua tidak diberikan perlakuan. Hasilnya menunujukkan bahwa anak-anak yang diberi olah raga prestasinya lebih baik daripada yang tidak.

Efek lain dari shalat ini ternyata bagi para ibu yang hamil akan memberikan efek ketenangan pada bayi, mengatur posisi janin dan dapat mempermudah proses kelahiran (lihat Moinuddin, 1985;Saboe 1986). Menurut Vonschreber (Saboe, 1986) gerakan-gerakan shalat merupaka cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti dan pengerian yang luas sekali, mencakup gerakan dengan tujuan untuk mempertinggi daya prestasi tubuh, menjadi lincah, mudah bergerak dan menambah kekuatan serta daya tahan.

Di samping itu shalat juga akan mengurangi kecemasan yang lebih nyata dan lebih besar bila dibandingkan dengan olah raga biasa yang sifatnya isometrik, karena olah raga ini (selain shalat) hanya menyangkut unsur badan saja dan mengeluarkan energi (Nizami dalam Adi, 1985). Djamaludin Ancok (1989) mendukung penelitian dengan subyek anak-anak SMA yang menemukan hasil adanya hubungan negatif antara keteraturan shalat dengan kecemasan. Hal ini berarti bahwa semakin seseorang rajin melakukan shalat (teratur) berarti akan semakin rendah kecemasannya. Ditambahkan oleh Ancok (1989) bahwa shalat yang dilakukan secara khusuk, terutama shalat pada malam hari (tahajud) akan membantu terciptanya rasa khusuk tersebut.

b. Aspek Relaksasi Otot
Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relakasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat. Menurut Walker, dkk. (1981) ada bagian-bagian tubuh tertentu yang harus digerakkan atau dikontraksi selama melakukan relaksasi otot :

 Bagian kepala : mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah, dan rahang (jaws).
 Leher (neck)
 Bahu (sholders)
 Lengan bawah 9forearms) dan lengan atas (arms upper)
 Siku (elbows)
 Pergelangan tangan (wrist)
 Tangan dan jari-jari (hand & fingers)
 Dada (chest)
 Perut
 Tulang belakang dan punggung (up & down spine & back)
 Pinggang (waist) dan pantat (buttock)
 Paha (thights)
 Lutut (kness), betis (calves of legs)
 Pergelangan kaki (ankles)
 Kaki dan jari-jari kaki (feet & toes).

Gerakan-gerakan tersebut di atas tercakup dalam gerakan-gerakan shalat. Selanjutnya Walker, dkk. (1981) mengutip beberapa hasil penelitian bahwa relaksasi otot ini ternyata dapat mengurangi kecemasan, tidak dapat tidur (insomnia), mengurangi toleransi sakit dan membantu mengurangi merokok bagi pada perokok yang ingin sembuh atau berhenti merokok (lihat pula Prawitasari, 1988). Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Johana Endang Prawitasari (1988) dengan menggunakan teknik relaksasi otot dan relaksasi kesadaran indera, hasilnya menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut ternyata efektif untuk mengurangi keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis.

c. Aspek Relaksasi Kesadaran Indra
Ada dua macam relaksasi, yaitu relaksasi otot dan relaksasi kesadaran indera. Relaksasi kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membayangkan pada tempat-tempat yang mengenakkan.

Pada saat shalat seseorang seolah-olah terbang ke atas (ruh) menghadap kepada Allah secara langsung tanpa ada perantara. Setiap bacaan dan gerakan senantiasa dihayati dan dimengerti dan ingatannya senantiasan kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman-Nya : ”Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk mengingat Aku (QS. Thaha/20:14)”. Digambarkan oleh Bey Arifin (1978) dalam bukunya Samudera Al-Fatihah, bahwa dalam shalat memang benar-benar terjadi dialog antara hamba dengan Tuhannya, yaitu berdasarkan hadits;

“Kami berada di belakang imam (bershalat), maka berkatalah imam itu kepadaku :”Bacalah Al-Fatihah dalam hatimu, karena aku telah mendengar Rasulullah saw mengatakan : “Telah berfirman Allah Azza wa Jalla: Aku bagi shalat (di sini maksudnya ialah Fatihah) antara-Ku menjadi dua bagian (maksudnya: seperdua untuk-Ku dan seperdua lagi untuk hamba-Ku) dan bagi hamba-Ku apa yang mereka minta. Apabila hamba-Ku berkata : Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, Allah menjawab : “HambaKu memuji-Ku dan apabila hamba-Ku berkata : Arrahmaanir Rahim, Allah menjawab : “Hamba-Ku memuji-Ku”; dan apabila hamba-Ku berkata: Maaliki Yaumiddin, Allah menjawab: “Hamba-Ku memuliakan-Ku”, dan apabila hamba-Ku berkata:Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin, Allah menjawab: “ini seperdua untuk-Ku dan seperdua untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku, apa yang ia minta”, dan apabila hamba-Ku berkata: Ihdinash shiraathal mustaqim, shiraathal ladzina an’amta’alaihim, ghairil maghdluubi’alaihim walaadh-dhaalliin, Allah menjawab: “Ini semuanya untuk hamba-Ku, dan bagi hambaku-Ku apa yang ia minta (HR. Muslim dari Abu Hurairah)”.

Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam shalat memang benar-benar terjadi dialog antara hamba dan Khalik, sehingga seseorang tidak akan merasa kesepian.Proses inilah yang dapat disebut dengan relaksasi kesadaran indera dan relaksasi ini banyak dipergunakan untuk mengatasi kecemasan, stres, depresi, tidak dapat tidur atau gangguan kejiwaan yang lain.

d. Aspek Ketenangan Diri
Shalat memiliki untuk menenangkan diri bila dijalankan dengan benar dan khusyuk. Dalam kondisi khusyuk seseorang hanya akan mengingat Allah SWT (dzikrullah) bukan mengingat yang lain, hal ini seperti firman-Nya : “….dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thaha/2/14).Menurut Arif Wibisono Adi (1985) shalat akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain.

Dalam tarikh (sejarah) Islam seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Sayyidina Ali pernah terkena panah dalam suatu peperangan, kemudian beliau meminta panah tersebut dicabut tatkala menjalankan shalat…ternyata waktu di cabut tidak terasa sakit.Dr. Djamaludin Ancok (1989) menjelaskan fenomena ini dengan gate system theory, menurut teori ini rangsang yang masuk ke dalam otak dapat dihambat oleh rangsang lain, dalam kasus ini adalah shalat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi penuh dalam shalat (khusuk), yaitu hanya mengingat Allah SWT, akan menutup rangsangan lain yang akan terbawa ke otak.

Alvan Goldstein telah menemukan semacam morfin alamiah yang ada pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius morphin atau yang sering disingkat dengan endorphin/endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut “opiat endogen”. Menurut Kastama, dkk (1990) zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak.

Berdasarkan keterangan beberapa ahli ini dapat disimpulkan bahwa dalam diri manusia telah mempunyai zat semacam morfin yang memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle). Ditambakan oleh Haryanto (1990; 1994) apabila seseorang memasukkan atau kemasukan zat morfin ke dalam tubuh, misalnya mereka yang menyalahgunakan narkotika; berarti dia dengan sengaja memasukkan morfin ke dalam tubuhnya, maka akan terjadi penghentian produksi endorfin.

Apabila dilakukan penghentian morfin dari luar secara mendadak, misalnya ia berhenti dari menyalahgunakan narkotika, ternyata tubuh tidak dapat dengan segera memproduksi endofin tersebut.Jadi menurut teori atau pendekatan ini shalat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh untuk memproduksi endorfin. Hal ini berarti agama Islam sebenarnya telah memberikan semuanya kepada manusia baik secara fisik maupun bathin, termasuk mereka yang ingin mencari pengalaman-pengalaman batin atau pengalaman spiritual.

e. Aspek Auto Sugesti
Bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon ampunan, doa maupun permohonan yang lain. Hal ini sesuai dengan arti shalat itu sendiri, yaitu shalat berasal dari bahasa Arab berarti doa mohon kebajikan dan pujian. Menurut Thoules (1992) auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.

Hal ini di dukung oleh De Porter dan Hernacki (1992) dalam bukunya Quantum Learning yang menyebutkan bahwa konsep ini berasal dari konsep Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugertopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar.

Jadi dengan kita shalat kita memberikan efek mensugesti diri sendiri untuk menjadi lebih baik karena kita terus mengulang-ulang doa,permohonan dalam shalat yang akan masuk kedalam alam bawah sadar kita untuk bisa beriikhtiar atau berusaha agar cita-cita yang kita inginkan tercapai berkat ridho dan pertolongan Allah.

f. Aspek Pengakuan dan Penyaluran (Katarsis)
Setiap orang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi, baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam maupun dengan Tuhannya. Kominikasi akan lebih dibutuhkan tatkala seseorang mengalami masalah atau gangguan kejiwaan. Shalat dapat dipandang sebagai proses pengakuan dan penyaluran, proses katarsis atau kanalisasi terhadap hal-hal yang tersimpan.
Shalat merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Dengannya manusia dapat berdialog secara lengsung tanpa perantara dengan sang Pencipta, Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kasih serta Sayang, ia setiap saat dapat senantiasa katarsis (Adi, 1985; Subandi di dalam Ichwanie, 1990). Sehingga hal ini menyadari bahwa dirinya tidak sendirian (lonely), tidak merasa kesepian, slalu ada yang melihatnya, ada yang memelihara, memperhatikan dan menolongnya, yaitu Allah SWT. Adanya perasaan ini akan melegakan perasaannya dan akan membantu proses penyembuhan. Hal ini didukung oleh pendapat Zakiah Daradjat (1983) bahwa shalat, dzikir, dia dan permohonan ampunan kepada Allah merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada ketenangan dan ketentraman jiwa.

Menurut HA. Aziz Salim Basyarahil (1999) dalam bukunya Shalat, Hikmah, Falsafah dan Urgensinya menyebutkan bahwa shalat diibaratkan sebagai strum aki (accu), yaitu alat penghimpunan tenaga listrik. Kalau akinya baik, maka baik pula jalannya mesin, tetapi kalau rusak maka akan kacau pula mesinnya. Sehingga diharapkan seusai shalat tenaganya akan pulih kembali dan akal pikiran menjadi jernih.

M. Utsman Najati (1985) menambahkan bahwa di samping membebaskan tenaga psikis manusia dari ikatan kegelisahan, hubungan ruhaniah antara manusia dan Tuhannya selama shalat berlangsung akan membekalinya dengan kekuatan ruhaniah yang selanjutnya akan mempengaruhi harapan, menguatkan kemauan dan memberikan kekuatan luar biasa yang memungkinkan untuk menanggung berbagai derita yang dialaminya. Berbagai pernyataan tersebut didukung oleh Carell (Muthahhari, 1992) bahwa doa merupakan gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena keadaan itu jiwa manusia terbang melayang kepada Tuhan. Ditambahkan oleh Suharno (1992) bahwa pemecahan hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan itu sendiri ke nilai spiritual, sehingga manusia akan memperoleh keseimbangan mental karena keyakinan tersebut.

g. Sarana Pembentukan Kepribadian
Kepribadian seseorng senantiasa perlu dibentuk sepanjang hayatnya, dan pembentukannya bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Shalat merupakan pekerjaan yang mudah. Shalat merupakan kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan atau kegiatan amalan tahunan (shalat Idul Fitri dan Idul Adha) dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan: disiplin, taat waktu, bekerja keras, mencintai kebersihan, senantiasa berkata yang baik, membentuk pribadi “Allahu Akbar”.

 Disiplin, taat waktu, dan kerja keras
Masalah waktu di era global ini merupakan hal yang sangat penting dan diperhatikan, apalagi kalau sudah menyangkut bisnis, sehingga sering kita menterjemahkan waktu sebagai :”time is money”. Bahkan menurut Toffler hal ini sudah kuno, yang betul adalah “waktu adalah lebih banyak uang (time is much money)”. Shalat diperintahkan untuk umat Islam lewat Nabi Muhammad saw telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT, mulai dari Shubuh, Dluhur, Asyar, Maghrib dan Isya’. Hal ini sesuai dengan firman-Nya :“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah kepada Allah di waktu berdiri, duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An-Nisa/4:103).

Demikian pula shalat-shalat sunat juga ada waktu-waktu tertentu untuk mengejakannya, misalnya shalat tahajud, sebaiknya dilakukan 1/3 malam terakhir. Hal ini didukung oleh beberapa Hadist Nabi (Sa’id Hawwa, 1987) :

“Amr bin Abasah berkata : “Aku bertanya, Wahai Rasulullah saw malam apakah yang lebih didengar? Ia bersabda : “Pertengahan malam yang terakhir.” (HR. Abu Dawud)”.
“Shalat sunat yang paling baik adalah shalat malam (Hadist Hasan).
“Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Dawud. Ia tidur separuh malam dan bangun sepertiga malam dan tidur perempatnya (HR. Mutafaq’alaih)”
.
Sehingga shalat telah dan senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk disiplin, taat waktu, sekaligus menghargai waktu itu sendiri, dan kerja keras. Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan ketaatan pada aturan dan supremasi hukum. Amburadulnya bangsa Indonesia terutama di era reformasi, salah satu penyebabnya karena tidak ada ketaatan pada hukun atau tidak ada supremasi hukum. Hal ini menyebabkan orang bertindak seenaknya bahkan aparat saja dikejar-kejar, mobilnya dibakar bahkan orangnya dibunuh!Suatu yang sangat ironis sekali, di mana bangsa Indonesia ini yang terbesar umat Islam namun tingkah lakunya belum menunjukkan ke Islamannya.

Sebenarnya masalah waktu telah ditegaskan dalam Al-Qur’an dengan sumpah Allah yang berkaitan dengan waktu, misalnya :”Demi waktu (Ashar); demi waktu fajar, demi waktu dluha” dan sebagainya. Di sisi lain bahwa akhlak (tingkah laku/budi pekerti) dalam Islam mempunyai posisi yang sangat penting, sehingga hadist Nabi mengemukakan :”Tidaklah aku diutus ke dunia ini, kecuali untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti/tingkah laku manusia.”

 Mencintai kebersihan
“Kebersihan adalah bagian dari iman”. Hadist Nabi Muhammad saw ini sudah begitu dihafal umat Islam, namun sayang masih banyak yang belum dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di beberapa tempat ibadah atau pondok pesantren yang tempat wudlunya kotor, kamar mandi atau WC-nya bau, lingkungannya terkesan kumuh, pakaiannya lusuh dan sebagainya.

Shalat mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersih, baik itu bersih lahiriah maupun bersih bataniah. Apabil ingin mengerjakan shalat, seseorang harus mengetahui syarat dan rukunnya shalat. Salah satu syarat shalat itu diangap sah atau tidak kalau ia bersih dari najis dan hadats, misalnya bersih pakaian, bersih tempat dan bersih badan. Hal ini semua dibicarakan dalam ilmu fiqih (syariat) mengenai bersuci (taharah), misalnya cara wudlu, tayamum, mandi, istinja’ dan sebagainya. Disamping itu juga dituntut keberhasilan btim, yaitu senantiasa ikhlas hanya untuk Allah, sesuai dengan ikrarnya bahwa “shalatku, perjuanganku, hidup dan matiku hanya untuk Allah semata”.

 Senantiasa berkata yang baik
Pepatah mengatakan “diam itu emas”, namun hal ini juga sulit untuk dapat dilaksanakan. Ajaran Islam juga memberikan tuntutan : “Kalau engkau beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah engkau berkata yang baik atau lebih baik diam” (Hadits). Dalam kenyataannya, hal ini juga amat sulit untuk dijalankan oleh umat Islam. Setiap hari masih kita lihat, kita dengar, kita baca antara umat Islam saling mengejek, menjelekkan, menghujat atau menyalahkan. Bahkan dalam suatu dialog di TV, seorang politikus muslim dari partai Islam mengatakan bahwa dalam berpolitik sah-sah saja bohong. Naudzubillah.

Shalat yang dimulai dari wudhu, mandi atau tayamum, doa wudhu, keluar dari rumah, masuk masjid, shalat sunat, shalat wajib, wirid dan doa, sampai keluar dari masjid senantiasa ada tuntunannya untuk mengucapkan hal-hal yang baik (doa). Diharapkan shalat akan memberikan dampak yang baik sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak perlu (mubadzir), “ngrumpi, ngrasani, apalagi mengumpat, misuh” dan ucapan-ucapan lain yang tidak ada tuntunan dalam agama dan ini merupakan salah satu ciri dari orang mukmin. Para mubaligh sering mengingatkan hendaknya umat Islam dapat meniru lebah. Lebah senantiasa memakan hal-hal yang baik dan mengeluarkan yang baik pula, yaitu madu atau seperti kupu-kupu. Lebah atau kupu-kupu berarti senantiasa berkata yang baik, berkata yang mengenakkan, menyejukkan hati, sehingga yang mendengarkan akan merasa enak baik kawan maupun lawan. Bahkan dalam Islam perumpamaannya sangat indah dan sangat etis sekali, yaitu :”Tegakah kamu, maukah kamu memakan daging saudaramu sendiri ? Tegakah kamu, sudikah kamu meminum darah saudaramu sendiri?”. Itulah perumpamaan yang diajarkan dalam Islam. Namun sayang umat Islam sendiri justru melakukan setiap hari, yaitu makan atau minum daging atau darahnya teman sendiri, yaitu berupa menghujat sesama muslim. Naudzubillah.

 Membentuk pribadi “Allahu Akbar”
Apabila diperhatikan yang paling banyak diucapkan dalam shalat adalah “takbir (Allahu Akbar, Allah Yang Maha Besar)”. Setiap pergantian posisi senantiasa diucapkan takbir. Hanya pergantian antara ruku’ ke berdiri saja yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa shalat diharapkan akan membentuk kepribadian “Allahu Akbar”, artinya bahwa yang perlu “diakbarkan, diagungkan, dibesarkan” hanyalah Allah sedangkan yang lain adalah kecil.

Memang pada saat shalat yang diakbarkan adalah Allah Yang Maha Segalanya, namun sering di luar shalat menjadi lain. Misalnya waktu di masjid Allah yang di akbarkan, namun sewaktu di luar shalat mungkin yang diakbarkan adalah uang (dolar yang maha kuasa), jabatan, partai, pimpinan, anak, istri, wanita, dan sebagianya.

Diharapkan semua persoalan hendaknya dikembalikan kepada Allah, sehingga tidak akan menimbulkan perasaan sombong, ujub, takabur, arogan, congkak, “adigang-adigung-adiguna”, dan perasaan negatif lainnya, karena Allah tidak menyukai orang yang sombong. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadist nabi: “Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya masih terdapat perasaan sombong, meskipun hanya satu zarah (atom)”. Dengan kata lain, misalnya individual rolem social rolem political role, family role dan sebagainya akan senantiasa diawali dengan Allahu Akbar (Allah Yang Maha Besar, yang lainnya kecil).

 Manusia yang seimbang
Seorang muslim diajarkan untuk senantiasa seimbang dalam kondisi apapun, ia senantiasa ada di tengah-tengah, misalnya antara “kikir dan boros, antara dunia dan akhirat, antara benci dan cinta” dan sebagainya atau sebaliknya terlalu benci terhadap dunia, demikian pula kita tidak boleh terlalu benci atau terlalu cinta terhadap seseorang. Umat Islam senantiasa ada di tengah-tengah, dalam bahasa Jawa ada istilah “sak madyo”. Mislanya dalam sebuah hadist:”Bekerjalah kamu untuk urusan dunia seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi beribadahlah kamu seolah-olah besok (atau setelah ibadah tersebut) engkau akan mati”. Dalam Al Qur’an surat Al-Qashash/28:77 : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah padamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi…”.

Shalat dijalankan selama satu hari semalam dan telah diatur sedemikian rupa oleh Islam. Hal ini mengisyaratkan akan adanya keseimbangan dalam hidup kita, yakni tidak hanya memikirkan urusan dunia saja. Pagi-pagi sudah diawali dengan shalat subuh, kemudian kita bekerja di tengah hari berhenti sejenak untuk istirahat (Ishoma : istirahat, shalat dan makan) yaitu shalat Dzuhur, kemudian diselingi shalat Ashar dan pada malam hari ada shalat Magrib dan Isya’. Keseimbangan ini sangat penting untuk mendukung kesehatan mental seseorang, karena banyak sekali mereka yang mengalami gangguan jiwa yang berkaitan dengan masalah kerja ini. Ada yang kecanduan kerja (workaholic), ada yang mengalami sindroma hari libur (holiday syndrome) dan tidak jarang yang masuk ke rumah sakit jiwa, ketergantungan obat atau bahkan berakhir dengan bunuh diri.

 Cinta damai, penyebar kedamaian (dinamis sosial)
Islam oleh para orientalis barat sering digambarkan sebagai “seseorang dengan wajah yang bengis dengan membawa pedang yang berlumur darah di tangan kanan dan tangan kiri ada Al Qur’an”. Artinya dalam penyebarannya, Islam diidentikkan dengan kekerasan dan darah. Di samping itu Islam juga sering dikaitkan dengan teroris dan kekejaman.

Shalat adalah serangkaian ucapan dan gerakan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Diakhiri dengan salam inilah yang mengisyaratkan bahwa seorang muslim semestinya mencintai kedamaian, menyebarkan keselamatan kearah kanan dan kiri. Artinya di sekeliling dia harus senantiasa damai. Kalimat “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (semoga keselamatan, rahmat dan barokah dari Allah senantiasa ada pada saudara sekalian)”… diucapkan ke kanan dan ke kiri seolah-olah memutar 180 derajat.

Uamt Islam diharapkan tidak membuat kerusakan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungannya, tidak akan merusak, menjarah, menjadi teroris, mengebom, menumpahkan darah tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama dan sebagainya. Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan, orang-orang yang melebihi batas. Shalat diakhiri dengan salam inilah yang mengisyaratkan bahwa setelah menghadap Allah, yaitu awalnya adalah “Allahu Akbar (Takbiratul Ikhram)” namun akhirnya harus membawa dampak ke dimensi sosial. Artinya antara hubungan dengan Allah (habluminallah) dan hubungan dengan manusia (habluminanas) itu merupakan satu kesatuan. Ha ini telah ditegaskan dalam ajaran Islam bahwa tidak ada dikotomi antara hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia, misalnya ayat-ayat yang berkaitan dengan iman senantiasa berkaitan dengan amal saleh, shalat selalu berkaitan dengan zakat, kelahiran anak berkaitan dengan aqiqah, syukur berkaitan dengan shalat dan qurban, dan sebagainya. Bahkan manusia akan senantiasa diliputi kehinaan dimanapun ia berada, keculi mereka yang berpegang pada tali Allah dan tali dengan manusia (QS. Ali Imran/3:112).

“Pada Hari Akhir Allah berseru : “Wahai anak Adam! Aku sakit, tetapi kalian tidak menjenguk-Ku”. “Wahai Tuhanku, bagaimana aku menjenguk-Mu,sedangkan Engkau adaah Tuhan alam semesta”, Jawab manusia. Allah berfirman: “Bukankah kamu tahu bahwa Si Fulan diantara hamba-Ku yang sakit, tetapi kalian tidak pernah menjenguknya, kalian akan temui Aku di sana ? “Wahai anak Adam ! Aku lapar, tetapi kamu tidak memberi-Ku makan:, “Bagaimana hamba bisa memberi Engkau makan, Tuhanku, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta ?” Tuhan menajawab: “Bukankan kamu tahu bahwa si Fulan diantara hamba-Ku kelaparan, dan mengharapkan diantara hamba-Ku memberinya makan, tetapi kamu tidak memberinya makan?” Jika kamu memberinya makan, kamu akan menemukan balasannya di Hari Akhirat”. (HR. Abu Hurairah)”.

Dari semua penjelasan yang telah saya kemukakan diatas mengenai kemampuan ibadah shalat jika dikerjakan dengan sempurna dan bersungguh-sungguh dengan menghadirkan “hati” dalam beribadah dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.Ada pertanyaan yang harus kita jawab!Masihkah kita lebih memilih Reiki,Tenaga Dalam,Yoga sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani pada diri kita walau pun ada sangat banyak perusakan akidah dan khalthatu fikrah?Masihkah kita menggadaikan iman kita demi kesehatan maupun ketenangan yang semu,padahal ada banyak mudharat dibanding manfaat pada Reiki,Tenaga Dalam,Yoga?

MEDITASI VS BERDZIKIR DAN MEMBACA AL-QUR’AN

Meditasi berasal dari bahasa Inggris “meditation” yang kemudian diucapkan dalam bahasa Indonesia menjadi meditasi.Dalam bahasa sansekerta dikenal dengan istilah samadhi yang kemudian oleh bangsa kita terutama yang berkultur jawa disebut dengan “semadi”atau “tapa-brata”

Meditasi saat sekarang kelihatannya merupakan alternatif untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi orang-orang yang sibuk. Terutama stres. Hal ini tidak hanya di negara Barat tapi juga berkembang di negara timur, misalnya Zen Mediation, Transendental Mediation, dan Yoga.
Pengertian meditasi secara umum adalah sebagai suatu daya pemusatan bathin kearah percaya kepada Tuhan untuk tujuan kesempurnaan hidup manusia baik rohaniah maupun jasmaniah.

Menurut Sri Mulyono Hartono,pendiri atau pimpinan dan pelatih “Prana Meditasi Group”meditasi adalah salah satu upaya penjernihan bathin yakni pengendapan pikiran,rasa dan emosi untuk menciptakan ketenangan bathin.

Cara latihan meditasi pengendapan pikiran,rasa dan emosi untuk menciptakan ketenangan bathin menurut para meditator adalah sebagai berikut:

1. Duduk bersila secara santai dan tenang,seluruh otot harus dikendorkan.
2. Menutup mata lalu bernapas secara wajar dan kosongkan pikiran.
3. Lupakan semua masalah yang ada,biarkan bayangan-bayangan atau fikiran-fikiran yang datang dalam hati sampai merasa keheningan yang total.

Meditasi dapat dilakukan dimana saja asal keadaan daerah atau alamnya baik dan tenang secara kesehatan,namun diutamakan dalam meditasi adalah pada tempat-tempat yang diyakini memiliki sumber energi prana yang banyak atau tempat-tempat keramat seperti tempat ibadah,kuburan orang sakti,wilayah angker dan tempat-tempat lainnya yang diyakini memiliki keutamaan dan kekuatan ghoib.

Sesungguhnya dalam pelaksanaan meditasi dikatakan merupakan suatu cara dan bentuk dari penenangan diri dengan mengosongkan fikiran adalah salah satu bentuk kebodohan,sebab jika kita sama sekali kosong dari mengingat Allah maka hati kita akan mati.Seperti yang dijelaskan dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari r.a Rasulullah bersabda,”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berzikir kepada-Nya,bagaikan orang yang hidup dengan orang mati.”

Jika kita ingin menenangkan diri dan mengharapkan jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi kita haruslah mengingat Allah dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan dengan berzikir kepada Allah agar hati kita menjadi tenang dan bahagia.Dzikir dapat dilakukan dimana saja pada tempat yang suci dan kapan saja dan tidak mengharuskan pada tempat khusus dengan posisi tubuh atau pengaturan nafas yang khusus. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلََّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka berteguh hatilah dan Berzikirlah kepada Allah sebanyak mungkin,supaya kamu bahagia”(Al-Anfal:45)

Allah Ta’ala juga telah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ(57)قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ(58)
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu nasihat daripada Tuhan kamu serta penawar bagi hati yang di dalam dada, juga petunjuk dan rahmat bagi orang-orang Mu’minin. Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmatNya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Hal itu adalah lebih baik dari (harta) yang mereka kumpulkan.” (Yunus: 57-58)

Mengingat Allah bukannya dengan meditasi mengosongkan fikiran atau hanya memusatkan fikiran saja dalam mengingat Allah melainkan haruslah dengan bacaan yang disyari’ahkan.seperti yang dituntunkan Rasulullah seperti membaca Laa ilaaha illallaahu.Rasulullah bersabda :”seutama-utamanya dzikir yaitu Laa ilaaha illallaahu”

Selain itu dalam mengingat Allah agar hati menjadi tentram haruslah orang itu benar-benar beriman yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.”(QS.Ar Ra’d(13):28)

Dari penjelasan yang telah saya jelaskan diatas maka jelaslah dari segi akidah saja meditasi ala perguruan sihir energi atau tenaga dalam dan ilmu kesaktian itu sangat banyak unsur penyesatannya.Maka apakah kita tidak kembali pada tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan cara-cara yang disyari’atkan dengan berdzikir dan membaca atau mendengarkan Al-Qur’an untuk kesehatan jiwa dan raga?

Dalam bukunya “cara Islam mengobati sihir dan gangguan jin” Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawi menceritakan ada sebuah yayasan Islam di Amerika Serikat,tepatnya di Kota Florida,yang bergerak dibidang kedokteran telah mengadakan beberapa kali studi tentang pengaruh pengobatan dengan Al-Qur’an terhadap orang-orang yang menderita penyakit jiwa.Berbagai alat teknologi modern telah mereka gunakan dalam mendeteksi kemungkinan adanya pengaruh secara medis dari pengobatan tersebut terhadap tubuh orang-orang yang tidak sehat mental.

Dalam sebuah surveinya,dari sekian banyak penderita yang terdiri dari orang-orang Islam,baik Arab maupun non Arab yang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepadanya,tercatat bahwa Al-Qur’an mampu menenangkan hati sebagian besar mereka.Sebab,terbukti bahwa Al-Qur’an sekalipun mereka tidak memahaminya karena bukan orang Arab telah berhasil mengendorkan jaringan Syaraf.Percobaan ini dilakukan dengan dua cara,yaitu mendeteksi reaksi psikologis mereka melalui alat computer,dan memantau reaksi psikologis mereka melalui alat computer,dan memantau reaksi fisik mereka,seperti jaringan urat syaraf,tekanan darah,denyut jantung,dan lain-lainnya,melalui cara-cara tertentu yang juga menggunakan alat tekhnologi modern.

Percobaan di atas juga pernah dilakukan terhadap 5 orang non-muslim (3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan)yang rata-rata berumur 22 tahun.Kepada mereka dilakukan sebanyak 210 kali percobaan.Kepada mereka dilakukan 40 kali tidak dibacakan apapun kepada mereka,percobaan kedua sebanyak 85 kali dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka,dan percoban ketiga sebanyak 85 kali dengan cara membacakan kata-kata mutiara berbahasa Arab tapi bukan dari ayat-ayat Al-Qur’an.ternyata percobaan pertama tidak menghasilkan apa-apa sama sekali,percobaan yang kedua menghasilkan perubahan positif sebanyak 65%,sedangkan percobaan yang ketiga menghasilkan perubahan positif sebanyak 35%.

Dr.Muhammad Naghasy,mantan guru besar pada Universitas Islam di Madinah,telah menulis sebuah buku tentang ayat-ayat Ruqyah yang disebutkan di dalam hadits-hadits Rasulullah saw.Didalam bukunya itu ia mengatakan,”Ayat-ayat ini jika dibacakan kepada orang-orang yang menderita penyakit jiwa menahun dan membahayakan,niscaya dada mereka terasa sempit yang memaksa mereka untuk berteriak dan menangis dengan teriakan dan tangisan yang seperti biasanya (teriakan dan tangisan orang gila).Terkadang mengucur keringat dingin dari tubuh mereka disertai dengan tubuh yang gemetar luar biasa dengan ucapan-ucapan yang serampangan dari mulut mereka.Namun setelah itu mereka kembali pulih seperti semula seolah-olah tidak pernah dihinggapi oleh penyakit tersebut.”

Ada seorang dokter muslim yang berasal dari India yang telah menetap di Inggris selama lebih kurang dua puluh tahun,bahkan telah menjadi warga Negara sana,dan telah membuka ruang praktek di rumahnya bagi orang-orang yang ingin berobat padanya,telah mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam mengobati pasiennya.Sungguh telah banyak orang yang sembuh ditangannya,dengan izin Allah.Ketika ia ditanya mengenai cara-cara pengobatan yang telah dilakukannya,yakni saat berkunjung ke Mesir,ia menjawab,”Dengan menggunakan kehendak dan kekuatan;bukan kekuatan dan kehendakku,melainkan kekuatan dan kehendak yang terkandung di dalam Kalamullah (Al-Qur’an) yang akan melumpuhkan penyakit yang bercokol di tubuh seseorang.”

Ada peneliti Indonesia bernama Ratna Juwita,selain melakukan wawancara terhadap responden pengamal dzikir,juga meneliti efek dzikir terhadap relaksasi (ketenangan) dengan mengukur denyut jantung mereka sebelum dan sesudah berdzikir menggunakan alat pengukur denyut jantung Sanyo Pulse Meter Model HRM 200E.Ditemukan bahwa ada penurunan frekuensi denyut jantung yang signifikan setelah berdzikir.Itu berarti bahwa dzikir memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap relaksasi.

Ada beberapa penelitian yang mencoba melihat pengaruh dzikir terhadap gelombang-gelombang otak atau EEG (electro encyphaloraphic) yaitu dengan cara membandingkan sebelum dan sesudah melaksanakan dzikir yang hasilnya menunjukkan bahwa dengan dzikir otak lebih banyak mengeluarkan gelombang-gelombang alfa yang berhubungan dengan ketenangan atau kondisi relaks.

Memang dalam kenyataannya meditasi pengosongan fikiran juga dapat menghasilkan ketenangan namun sesungguhnya itu ketenangan semu sebab ada sangat banyak mudharat dibanding manfaat bermeditasi ala Hindu atau Budha terutama dalam masalah akidah dan tipu daya syaitan didalam meditasi yang kita harus hindari.Maka tinggalkanlah meditasi yang penuh dengan bid’ah itu.
Wallaahu a’lam bishshawab

No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...