12/11/2007

Macam-Macam Sentuhan Setan Pada Diri Manusia



Ruqyah-online.blogspot.com-Sentuhan setan itu ada tiga macam, yaitu sentuhan berupa kesurupan, sentuhan menembus jasad manusia tanpa kesurupan, dan sentuhan dengan menguasai dan menimbulkan sakit.

a. Sentuhan Berupa Kesurupan

Sentuhan berupa kesurupan ini terjadi jika jin menguasai badan manusia seperti halnya api menguasai besi. Jin ini menundukkan manusia hingga ia kehilangan kemampuan berpikir dan kemampuan indrawi. Di badannya pun akan tampak sifat, tingkah laku, dan kekuatan jin. Ia tidak lagi bersifat manusia. Hal itu bisa berlangsung selama beberapa detik atau menit atau bahkan terkadang lebih dari satu jam atau hari.
Orang yang mengetahui kesurupan itu merasa bahwa orang yang dilihatnya tidak dalam kondisi yang sadar (tidak normal). Jenis sentuhan ini akan mengenai orang yang lemah dalam beragama.

Allah swt, berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ….” (Al-Baqarah : 275)

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa mereka bangkit dari kubur seperti orang yang sadar dari kesurupan dan kemasukan setan. Tujuannya adalah untuk menegakkan kemungkaran.

Ya’la bin Murrah berkata, “aku melihat Rasulullah saw, tiga kali. Tidak seorang pun melihat beliau sebelumku dan tidak pula orang lain melihat beliau setelahku. Aku keluar bersama beliau dalam suatu perjalanan. Apabila kami sampai di sebagian perjalanan, kami melewati seorang wanita. Saya tidak mengetahui berapa kali kejadian itu.

Wanita itu berkata, ‘Ya Rasulullah, ini bayiku, tertimpa bala, kami tertimpa bala itu beberapa kali dalam sehari. Beliau bersabda, ‘Bawalah (bayi itu) kepadaku. Maka ia pun mengangkatnya kepada beliau, maka bayi itu berada antara beliau dan kelompok musafir. Beliau mendekatkan mulut lalu mengembuskan kepadanya tiga kali dengan mengucapkan, Dengan nama Allah, aku hamba Allah, usirlah musuh Allah.’

(Perawi) berkata, ‘Kami pun kemudian pulang, lalu kami menemui (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing. Beliau bertanya, ‘Apa yang dilakukan bayimu ?” (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing.Wanita itu menjawab, ‘Demi yang mengutusmu dengan haq, kami tidak merasakan sesuatu darinya hingga hari Kiamat.’ Lalu beliau menyembih kambing-kambing itu seraya bersabda, “Turunlah, ambillah satu darinya dan kembalikan sisanya.” (HR. Ahmad)

Utsman bin Abil Ash berkata, “Ketika Rasulullah menjadikan aku sebagai utusan ke Thaif, muncul sesuatu dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan. Ketika aku sadari, aku mendatangi Rasulullah saw. Beliau menyapa,’Ibnu Abil Ash ?” Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bertanya,’Apa yang terjadi padamu?” Aku menjawab,’Ya Rasulullah, muncul sesuatu dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan.’ Beliau bersabda, ‘Itu setan. Mendekatlah (ke sini).’

Aku pun mendekati beliau dan duduk di atas perut kakiku. (Perawi) berkata,’ Beliau memukul dadaku dengan tangan beliau dan meludah pada mulutku seraya mengucapkan, ‘Keluarkan wahai musuh Allah.”Beliau melakukannya tiga kali kemudian berkata,’Lakukan amalanmu ini.” Utsman berkata, aku yakin setan itu tidak akan menggangguku setelahnya.” (Shahih Ibnu Maajah)

Abdullah bin Ubaidillah berkata,”Aku mendengar Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Ali al-Abkari. Datang kepada kami seorang dari Abkari pada bulan Zulka’dah tahun 352. Ia berkata,’Ayahuku menceritakan kepadaku dari kakekku, ia berkata, ‘Aku berada di dalam masjid Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, maka datanglah kepada al-Mutaakkil, temannya, untuk memberi tahu bahwa seorang budah miliknya kesurupan. Ahmad memintanya untuk mendoakan kepada Allah agar disembuhkan. Lalu Ahmad mengambil dua sandal kayu dari tempat wudhu lalu diberikan kepada temannya. Bawalah ini ke kampung Amirul Mu’minin. Duduklah engkau pada bagian kepala budak ini. Lalu engkau katakan kepada jin dalam tubuhnya. Ahmad berkata kepadamu, ‘Manakah yang lebih engkau sukai, keluar dari budak perempuan ini atau terkena tampar dengan sandal ini tujuh puluh kali ?’

Teman ini pun pulang dan mengatakan seperti yang dikatakan Imam Ahmad. Maka jin itu berkata melalui lisan wanita budak ini, ‘(Aku) mendengar dan taat kalau Ahmad memerintahkan kami untuk tidak tinggal di Irak, maka kami tidak menetap di Irak. Ia orang yang taat kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada Allah, maka setiap sesuatu (Allah) jadikan taat kepadanya. Jin itu pun keluar dari budak perempuan lalu budak ini merasa tenang dan melahirkan beberapa anak.”

Ketika Ahmad meninggal, jin ini kembali ke budak wanita tadi. Al-Mutawakkil pun mendatangi temannya, Abu Bakar al-Maruzi dan memberitahukan kondisinya. Lalu al-Maruzi mengambil sandal dan membawa ke budak itu. Lalu ifrit mengatakan kepadanya melalui lisan budak itu, ‘Aku tidak akan keluar dari wanita ini. Aku tidak menaatimu dan tidak menerima perintahmu. Ahmad bin Hanbal menaati Allah, maka Allah memerintahkan kepada kami untuk menaatinya.”
Abul Hasan al-Asy’ari berkata, “Sesungguhnya mereka berkata, “sesungguhnya jin tidak dapat masuk ke dalam badan orang yang kesurupan.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, ‘Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Barangsiapa mengingkari hal itu dan mengaku bahwa syara’ mendustai kejadian itu, maka ia telah berdusta terhadap syara’ tidak ada dalil syar’i yang menafikan hal itu.”

Ibnu Hazam menyatakan, “Hal yang benar adalah setan masuk ke dalam tubuh manusia karena Allah memberikan kemampuan kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan mengembuskan tabiatnya yang kelam dan embusan yang bisa naik ke kepala, sebagaimana ia memberitakan dirinya kepada setiap orang yang kesurupan. Maka Allah jadikan orang itu dalam keadaan kesurupan kala itu sebagaimana yang kita saksikan. Ini merupakan nash Al-Quran.”
Al-Qurthubi menyatakan, “Akal tidak memustahilkan adanya tingkah laku para jin dalam diri manusia. Jasad jin itu halus dan sederhana sebagaimana dikatakan oleh sebagian manusia, bahkan kebanyakan mereka mengatakan,’Andai tubuh itu tebal, benar pula yang mengatakan hal itu.”

Ibnu Hajar berkata,”Kesurupan itu kadang disebabkan karena datangnya jin. Hal ini tidak akan menimpa kecuali terhadap jiwa yang jelek, baik karena jin menganggap baik penampilan manusia atau bahwa kesurupan yang menimpakan penderitaan kepadanya. Ibu Hajar menarjihkan bahwa kesurupan yang menimpa Ummu Zafar seorang sahabiah yang meminta kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar sembuh karena kemasukan jin. Perawi berkata,’Periwayatan ini dari berbagai jalan yang menjelaskan bahwa yang menimpa Ummu Zafar adalah kesurupan jin, bukan kesurupan al-akhlath (kesurupan karena faktor medis) .”

Imam’adz-Dzahabi rahimahullah berkata,”Apabila engkau melihat seorang ahli bidah berkata,’Jangan sebutkan kepada kami dalil dari Al-Quran dan Sunnah tetapi coba buktikan dengan logika, maka ketahuilah bahwa ia adalah Abu Jahal.’ Jika Anda mendapat orang yang mencari ketauhidan seraya berkata, ‘Jangan sebutkan dalil naqli dan aqli, namun buktikan kepada kami dengan perasaan dan emosional, maka ketahuilah bahwa ia adalah iblis yang menampakkan diri dalam bentuk manusia atau menjelma bentuk manusia, maka hindarilah. Jika tidak, maka jidalilah (bantahan keras) dia, dan duduklah di atas dadanya, bacalah ayat kursi kepadanya dan cekiklah ia.”

Salah satu peristiwa yang menjelaskan hal ini adalah bahwasanya al-Hajjal bin Yusuf hendak berpegang dengan opini umum manusia. Ia pun keluar dalam keadaan kurang puas. Ia menemui syekhnya. Ia berkata, “Apa pendapatmu terhadap para pemimpinmu ?” Syekh itu menjawab, “sesungguhnya mereka dalam kegelapan yang menunjukkan bahwa mereka bukan orang yang memadai (kehidupannya).’ Hajjaj bertanya lagi, ‘Bagaimana pendapatmu tentang pemimpinmu al-Hajjaj ?” Ia menjawab, ‘Sesungguhya ia bersifat dengan etika rendahan dan tidak memiliki fadhilah.’

Maka al-Hajaj merasa sedih dengan pertanyaanya itu seraya membaca ayat, “Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu…..” (Al-Maa’idah : 101)
Al-Hajjaj kemudian berkata kepada syekh, Tahukah engkau siapa saya ?’ Syekh itu, menjawab, ‘Tidak’. Al-Hajjaj berkata,’Aku adalah al-Hajjaj.’ Syekh berkata, ‘Saya Zaid bin Amir yang kesurupan setan setiap hari. Aku sedang kesurupan, sehingga aku tidak tahu apa yang aku katakan. Karena itulah manusia tidak menghukumku terhadap perkataan atau perbuatanku dan hal yang timbul tiba-tiba dariku, maka Al-Hajjaj memaafkan karena kepandaiannya untuk mengelak.”

b. Sentuhan yang Menerobos Badan, Tanpa Kesurupan

Jin yang menerobos tubuh manusia dapat terjadi pada orang yang saleh dan yang tidak. Dengan begitu maka akan terasa sakit, tanpa ada kesurupan dan kadang kala berubah menjadi kesurupan. Hal ini terjadi karena si penderita lalai berzikir dan lainnya. Jin tidak mampu menyebabkan kesurupan pada manusia dengan terobosannya kecuali jika ada faktor yang mendukung. Dalam hadits tentang hal ini, diriwayatkan Muslim dan Abu Dawud dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. beliau saw. Bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu menguap maka hendaklah ia menaruh tangannya pada mulutnya, karena setan dapat masuk. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Masuknya jin ke dalam badan itu ada dua macam:

Pertama, masuknya dengan mengganggu. Dalam hal ini, jin mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah hingga membisiki hati dan dada, mengganggu dengan sesuatu yang melalaikan orang itu dari amal saleh, sehingga melupakannya pekerjaan apa yang dilakukannya dan apa yang hendak dikerjakannya, orang itu tidak tahu di mana jin itu dan mengapa hal itu terjadi.

Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Saw, ia berkata bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Sesungguhnya setan itu mengalir pada anak Adam di tempat aliran darah.” (HR. Bukhari)

Syekh Abdul Aziz as-Salman menyatakan bahwa setan menerobos badan manusia dan mengalir sebagaimana aliran darah.

Al-Amit ash-Shan’ani berkata,”Hakikatnya adalah sesungguhnya iblis memiliki tentara yang terdiri dari jin dan manusia yang merupakan bantuan terbesar dalam usaha untuk menyesatkan seorang hamba. Allah telah memberikan kemampuan kepada iblis untuk masuk kedalam tubuh manusia, mengganggu dan membisiki hati manusia dengan”belalainya”. Ia juga masuk ke dalam mulut berhala (patung) dan menyampaikan ucapannya ke dalam pendengaran kaum penyembahnya. Ia juga melakukannya pada orang yang menyembah kuburan karena Allah Ta’ala telah mengizinkannya untuk menerobos anak Adam dengan kuda tunggangan dan kakinya.”

Sebagian orang menyangka bahwa adanya jin yang mengalir di dalam tubuh manusia seperti yang disebutkan dalam hadits Shafiah yang lalu bukanlah dalam arti mengalir yang sebenarnya, melainkan bermakna majaz. Inilah sejumlah dugaan yang ada karena hadits yang menyebutkan masalah ini merupakan keterangan yang pasti dan jelas, tidak ada qarimah (indikasi lain), sehingga dipahami bukan secara makna zahir dan tidak pula secara ilmu kedokteran atau secara logika yang menafikan hal itu.

Jin memiliki kemampuan yang besar untuk itu yang tidak dapat dicapai oleh manusia sebagaimana manusia tidak mampu untuk mengetahui bagaimana cara terjadinya kesurupan. Para jin dapat menggambarkan sesuatu di dalam mimpi dan memberitahukan apa yang ada di dalam hati. Hal ini juga telah disebutkan dalam Sunnah.

Al-Alamah bin Baz rahimahullah berkata, “Bahwa hal yang wajib adalah memahami hadits tersebut secara zahir tanpa menakwilkan dengan pemahaman yang berlawanan dengan makna zahirnya, karena setan merupakan jenis makhluk yang tidak diketahui rincian ciptaannya dan caranya untuk menguasai anak Adam. Hanya Allah swt, yang mengetahui hal itu.”

Kedua, Sentuhan yang menggerakkan. Dalam sentuhan menggerakkan ini, setan menerobos tubuh manusia. Ia melakukan wakhz yaitu menusuk dari dalam tubuh, kadang menembus hingga keluar. Lebih lanjut, ia bereaksi buruk hingga menyebabkan penyakit berat seperti kolera dan lainnya.

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abu Musa ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,“Umat ini musnah karena tusukan (peperangan) dan thaun (koleral) Mereka bertanya, “ Ya Rasulullah, tusukan ini kami mengetahuinya, apa itu tha’un ?” Beliau menjawab, ‘Tusukan musuhmu yakni jin dan setiap yang merupakan syahadah (syahid bagi yang mati karenanya).” (Shahih al-Jaami’)

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan mengenai sabda wakhz. Ahli bahasa berkata yaitu tusukan apabila tidak mengenai sasarannya, disebut dengan wakhz karena ia menusuk dari dalam batin manusia ke keluar. Pengaruh yang ditimbulkannya terjadi dari dalam terlebih dahulu, kemudian baru memberi efek keluar. Terkadang tusukan itu tidak tertembus, berbeda dengan tusukan manusia yang dimulai dari luar kemudian ke dalam dan meninggalkan bekas di bagian luar dulu kemudian bari ke bagian dalam.

Himnah binti Jahsy mengatakan pernah aku mengeluarkan haid yang sangat banyak, lalu aku menemui Nabi saw. Aku berkata, “Ya Rasulullah, aku perempuan yang sangat banyak berhaid. Apa pendapatmu tentang itu yang menyebabkan menghalangi untuk shalat dan puasa ?” Beliau menjawab, ‘Aku menjelaskan Anda tentang al-Kursuf, karena ia dapat menghilangkan darah.” (Perawi) berkata, ‘(Darah) lebih banyak daripada itu. Beliau bersabda, “Gantungkanlah.”(Perawi) berkata, ‘Hanya ia mengalir (banyak). Beliau bersabda kepadanya, ‘(itu) hanyalah salah satu gerakan (yang dilakukan) setan.” (HR. Abu Dawud)

Al-Jauhari berkata, ar-rakdhu, gerakan seseorang, di antara firman Allah Ta’ala, “(Allah berfirman), ‘Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (Shaad : 42)
Imam Badruddin menyatakan bahwa setan bereaksi dalam hal cairan khusus. Dengan demikian ia dapat menyebabkan berlebihannya cairan badan. Karena itu pula, tukang sihir dengan bantuan setan bereaksi untuk mencucurkan darah pada wanita dan aliran darah dari kemaluannya., sehingga hampir saja membinasakannya. Inilah yang dinamakan sebagai an-nazif. Dalam hal ini para tukang sihir dibantu oleh setan, begitu pula dengan darah (pada kemaluan perempuan). Maka ucapkan Nabi saw. Sebagiannya membuktikan kebenaran, ini merupakan pengobatan dan penjagaan diri.


c. Sentuhan Berupa Tusukan dan Menguasai

Pertama, Sentuhan tusukan. Dalam hal ini setan memukul dengan kakinya dan menusuk dengan dua jarinya dari luar dan melemparkan anak panahnya dan seterusnya yang merupakan usahanya untuk menimbulkan pemusuan antara dirinya dan anak Adam. Rasulullah saw, bersabda, “Tidak (seorang bayi pun) yang dilahirkan melainkan ia disentuh setan lalu (bayi) itu menangis kecuali Maryam dan anaknya, karena firman-Nya kepada ibunya,

Allah Ta’ala berfirman: ‘… dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (Ali Imran : 36)

Dalam riwayat Abu Hurairah Nabi saw berkata,“Setiap bani Adam ditusuk setan pada lambungnya dengan dua jarinya ketika dilahirkan, kecuali Isa bin Maryam, (setan) datang untuk menusuk maka ia menusuk pada hijab (penghalang).”

Salah satu dalil yang menunjukkan bahwa tusukan itu berlaku umum adalah riwayat Ibnu Maajah dari hadits Zainab istri Abdullah bin Mas’ud r.a, “Sesungguhnya ruqyah (syirkiyyah), tamimah dan tiwalah itu syirik.”

(Perawi) mengatakan lalu aku keluar pada suatu malam. Aku melihat seseorang air mataku menetes bila memandangnya. Apabila aku membaca ruqyah, maka air mata pun berhenti (bercucuran), apabila tidak (membacanya lagi) maka air mata bercucuran. Ia berkata, “Itulah setan, apabila engkau menaatinya maka ia meninggalkanmu, dan apabila engkau mengingkarinya maka ia menusuk dengan jarinya pada matamu, namun jika engkau melakukan sebagaimana yang diperbuat Rasulullah saw, maka itulah yang lebih baik bagimu dan lebih pantas untuk kesembuhanmu. Berkorbanlah dengan cucuran air matamu dan katakanlah. “Hilanglah penyakit, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak terulang lagi penyakit.” (HR Ibnu Maajah)

Kedua, Sentuhan istihwaz. Yaitu seseorang yang dikelilingi setan dari segala sudut. Sebagian mereka ada yang mengganggu, ada yang menyembur dan ada pula yang menguasainya dengan mengganggunya, dan menyemburnya terhadap yang tidak ber-ta’awwuz dan doa. Orang yang dikuasainya itu kebingungan. Ia tidak dapat membedakan mana yang makruf sehingga ia menganggap mungkar. Ia tidak mengetahui yang mungkar sehingga ia menganggap makruf. Hal itu tentu memberikan pengaruh bagi jiwa dan anggota badan dengan kondisi keragu-raguan. Orang yang itu akan mengerjakan sesuatu tanpa tujuan. Ia merasa senang mengerjakan sesuatu yang bukan keinginannya karena setan menguasainya. Mereka yang mengalaminya adalah kaum fasik dan pelaku maksiat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (Al-Mujaadalah : 19)

Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya bahwa setan menguasai hati mereka sehingga sering melupakan mereka untuk berzikir kepada Allah azza wa jalla. Ia meriwayatkan dari Abu Darda bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah tiga kampung atau pelosok yang tidak dilaksanakan shalat di antara mereka melainkan setan menguasai mereka, maka hendaklah kamu berjamaah karena serigala hanya memakan kambing yang berpisah (dari jamaahnya)” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa’i)

Ia menambahkan bahwa as-Saib berkata mengenai shalat berjamaah. Firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) yang maha pemurah (Al-Qyran), kami adakan baginya setan(yang menyesatkan maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf : 36)

Al-Baghawi menyatakan mengenai berpaling dari zikir kepada Ar-Rahman, sehingga ia tidak merasa takut kepada siksa-Nya dan tidak mengharapkan ganjaran-Nya. Nuqayyidh lahusy syaithan artinya kita yang dipengaruhi setan dan dikuasainya, yang dijadikan teman, tak pernah berpisah dengannya, dihiasai sifat buta kepadanya dan mengkhayalkan bahwa itulah hidayah.

No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...