2/06/2008

Dari Istanbul untuk Perjuangan Palestina

Intifadhah sudah berjalan selama 20 tahun. Tapi tak ada kata selesai untuk berjuang, apalagi menyerah kalah. Umat Islam harus menyatukan barisan. Itulah pesan utama dari Kongres Al-Quds Internasional yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, beberapa waktu lalu.

Sebuah perhelatan internasional digelar di Istanbul, ibu kota Turki, 15-17 Nopember 2007 M. Di kota yang pernah menjadi pusat Khilafah Utsmaniyah itu, berkumpul 5.000 orang dari 65 negara. Mereka adalah para tokoh yang peduli terhadap Masjid Al-Aqsha dan nasib bangsa Palestina. Dari Indonesia, tercatat nama-nama, antara lain: Dr Hidayat Nurwahid (Ketua MPR-RI), KH Shiddiq Amien, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam, Dr Tutty Alawiyah, Ketua Yayasan Asy-Syafi'iyah, dan lainnya. Sementara itu, tokoh-tokoh dari dunia Islam yang hadir adalah Dr Akram Adlouni, Sekjen Al-Quds International Institution, Syekh Mohammed Hussein, Mufti Besar Al Quds; Raid Shalah, Ketua Gerakan Islam Palestina 1948, Prof Dr Salih Mahdi Samarrai (Chairman Islamic Center Japan) dan Dr Nawaf At-Takruri, Ketua Rabithah Ulama Palestina di Suriah.

Acara yang berlangsung di Feshane International Fair Congress and Culture Center ini terselenggara sebagai hasil kerja sama antara Al-Quds International Institution yang diketuai Syekh Dr Yusuf al-Qaradhawi yang bermarkas di Beirut, Libanon dengan Union of NGOs of the Islamic World dan Union of Voluntary Organizations in Turkey.

Dr Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI) dalam pembukaan acara kongres bertindak sebagai pembicara pertama, lalu dilanjutkan oleh tokoh dari negara lain. Kegiatan Kongres Al-Quds Internasional di Istanbul, secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian: seminar, workshop dan pameran. Untuk kegiatan pameran, ditampilkan fakta dan data serta foto-foto dari berbagai negara tentang kejahatan Zionis Israel terhadap Masjid al-Aqsha dan kekejamannya terhadap rakyat Palestina yang tidak berdosa.

Di akhir acara, peserta Kongres Al-Quds Internasional merumuskan buah pikirannya dan menyusun Deklarasi Istanbul untuk menjaga kemuliaan Kota Suci Al- Quds dari kejahatan Zionis Israel yang melakukan tindakan diskriminasi, rasis dan pembersihan etnik Arab.
Di antara butir-butir Deklarasi tersebut adalah: “Penjajahan Zionis atas Al-Quds-kawasan Baratnya sejak tahun 1948 dan kawasan timurnya sejak tahun 1967, merupakan tindakan yang bersifat rasial dan terorisme, berbentuk pemukiman dan penyerobotan.

Penjajahan itu melawan arus sejarah dan hadir sebagai sisa-sisa fenomena kolonialisme yang berdasarkan kezaliman, penindasan, dan pemaksaan hak-hak. Penjajahan harus diakhiri di Palestina, Dataran Tinggi Golan, dan di Kawasan Pertanian Shebaa (Sheeba Farms). Karenanya, kekuatan-kekuatan yang melawan kolonialisme, kezaliman dan penjajahan harus mendukung keteguhan dan perlawanan rakyat Palestina demi memerdekakan bangsa itu. Zionisme adalah gerakan yang bersifat rasis dan teroris; dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan Zionisme sebagai bentuk rasisme, dan dikuatkan lagi dalam Konferensi Durban pada tahun 2001.”

KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) yang datang menghadiri kongres, berjumlah sembilan orang: Ferry Nur, S.Si (Sekjen KISPA), Amrozi.M.Rais (Direktur COMES), M.M Nasution (Eramuslim Digest), Ahmad Sarwat (Website Eramuslim), Ahmad Zairofi (Majalah Tarbawi), Dasrial Radjudin, M. Zein, Masnadi, Dzikrullah dan Shanti.
Saat mengikuti Kongres Al Quds di Istanbul, KISPA menyerahkan bantuan umat Islam Indonesia kepada Al-Quds International Institution berjumlah Rp.104.955.000 diterima langsung oleh Fouad Ismail Lemhomad, General Meneger Al Quds International Institution, untuk selanjutnya akan disalurkan kepada rakyat Palestina yang sedang menderita karena korban penjajah Zionis Israel.

Istanbul dahulunya dikenal dengan Konstantinopel yang dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium Constantine I, merupakan kota bersejarah, kota perjuangan dan kejayaan umat Islam. Kota inilah yang pernah diceritakan Rasulullah saw akan direbut kaum muslimin dari tangan kekaisaran Byzantium. Rasulullah saw pernah ditanya,”Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Herakliuslah yang akan terkalahkan lebih dahulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” (HR. Ahmad, ad-Darimi, Al Hakim).


Ferry Nur, Sekjen KISPA
Copyright © 2007 Sabili.co.id. All rights reserved.





No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...