2/12/2008

Ruqyah Datang Jin Hengkang

Malam itu saya sedang menghadiri undangan selamatan 7 bulanan hamilnya istri Komandan Kompi. Waktu saya datang, acara sudah dimulai. Ustadz Salam sedang berceramah. Masih ingat kan dengan sosok Ustadz Salam? Itu lho, yang kabarnya bisa meruqyah alias terapi gangguan jin dengan ayat suci Alquran dan doa.

Setelah selesai acara, kami sempat ngobrol-ngobrol. Ternyata beliau memang sering meruqyah di wilayah Sorawolio.

“Dok, Sorawolio tuh basisnya klenik di Bau-Bau. Waktu saya meruqyah salah seorang warga Sorawolio, jin yang merasuki sampai mengancam saya. Katanya jangan main-main di Sorawolio. Tapi saya sih tidak takut,” jelasnya. Bahkan saya yakin, paling tidak 70% dari pasien yang sakit di Sorawolio, biasanya ada keterlibatan klenik,” tambahnya. “Dokter harus hati-hati, karena biasanya orang baru selalu jadi percobaan. Jangan lupa sholat, berdoa, dan baca Quran,“ pesannya.


Setelah ngobrol-ngobrol, barulah saya tahu bahwa Ustadz Salam ini masih temannya Pakdheku. Lho kok bisa? Iya, kebetulan Ustadz Salam ini pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Bau-Bau. Nah, Pakdheku itu perintis sekaligus pengasuh Ponpes Hidayatullah Balikpapan. Ponpes Hidayatullah memang merupakan suatu jaringan ponpes berskala nasional. Jadi ada di seluruh Indonesia. Dulu waktu saya mau berangkat PTT, saya sebenarnya sudah dipesan sama Pakdhe untuk menghubungi Ponpes Hidayatullah di Bau-Bau. Namun saya belum sempat.


Nah, setelah ngobrol panjang lebar, kami sepakat untuk terus menjalin komunikasi dan kerja sama. Tak lama kemudian, ada kabar bahwa ibu di Kompi yang belum lama diruqyah kemarin ternyata kesurupan lagi. Maka jadilah malam itu kami mengunjungi si ibu. Ustadz Salam mengajakku ikut meruqyah. “Mari kita terapi luar-dalam Dok. Ruqyah iya, medis juga. Supaya lebih bagus lagi hasilnya,” tukas Ustadz Salam.


Tak lama setelah masuk rumah, Ustadz Salam memulai proses ruqyah. Ia duduk di samping si ibu yang terbaring lemah.


“Ibu, ibu siapa ini?” tanya Ustadz Salam.

Si ibu bergeming tak menjawab.

“Oh, kalau begitu ini pasti bukan Ibu ya. Siapa ini?”

si ibu tetap bergeming.

“Oh, baiklah kalau tidak mau mengsaya. Mau disiksa saja ya?”

Mendengar kata-kata itu, seketika si ibu memberontak.

Maka sejurus kemudian, Ustadz Salam pun mengaktifkan suara Adzan di HP-nya. Si ibu makin memberontak dan berteriak-teriak. “Itu jinnya yang kepanasan,” jelas Ustadz Salam kepadsaya.

Makin diperdengarkan Adzan, makin memberontak tubuh si ibu, sambil berteriak-teriak. Ustadz Salam pun tak mau ketinggalan. Ia terus mengingatkan jin yang merasuk di tubuh si ibu untuk segera bertaubat.

“Ayo, bertaubatlah. Jin tidak boleh masuk di tubuh manusia. Jin dan manusia tidak boleh saling mengganggu. Kita punya alam masing-masing. Jin dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah,” kata Ustadz Salam mengingatkan.


Makin lama, tubuh si ibu makin memberontak.


Mau terus disiksa ya?”

“Tidak mau! Tidak mau! Ampun, ampun!!” kemudian meluncurlah suara itu dari mulut si ibu.

“Kalau begitu, keluarlah dari tubuh si ibu!” hardik Ustadz Salam.

Tidak mau!” sahut si jin.

“Oh, jadi mau terus disiksa ya? Mau terus dibakar sampai mati ya?” ancam Ustadz. Maka bacaan Adzan pun makin diintensifkan. Kemudian lengan si ibu ditepuk-tepuk dengan telapak tangan. Walau hanya ditepuk-tepuk, tapi reaksi yang keluar sungguh mengejutkan. Tubuh si ibu makin memberontak, berteriak-teriak kesakitan seiring dengan tepukan telapak tangan. Saya dan beberapa orang keluarganya membantu menepuk-nepuk lengan dan tungkainya. Si jin makin meronta-ronta kesakitan. Malah sekarang pakai acara garuk-garuk tubuh segala.

Hingga akhirnya jin yang bersarang menyatakan menyerah dan mengatakan mau keluar. Ia mulai menangis tersedu-sedu. Tapi yang mengherankan, tidak keluar air mata dari mata si ibu. “Begitulah menangisnya jin yang merasuk di tubuh manusia,” jelas Ustadz. Hanya saja, kata si jin, dia tidak bisa keluar karena ada psaya-psaya gaib yang menancap.

Oh, jadi kau siksa ibu ini pakai psaya ya? Dimana psaya-psayanya kau tancapkan heh?” tanya Ustadz Salam. “Pantas habis mi psaya di toko-toko itu. Rupanya habis kau pakai semua,” tukas Ustadz sambil mesam-mesem setengah bercanda. Di tengah keadaan begini, masih bisa juga ya bercanda. Iya lah, supaya nggak terlalu tegang.

Maka kemudian tangan si ibu pun menunjuk beberapa bagian di perut dan di kepala.

Psaya apa yang kamu pakai? Berapa panjangnya?” hardik Ustadz.

Menggunakan jari-jari si ibu, jin menunjukkan bahwa psaya-psaya yang digunakan sepanjang jari telunjuk tangan.

Kalau begitu, kamu cabut sendiri psaya yang kamu pasang itu!” perintah Ustadz.

Si ibu menggeleng. “Tidak bisa!” katanya.

Pasti bisa! Masak kamu pasang sendiri, tidak bisa kamu cabut sendiri! Atau kalau tidak mau, saya yang cabut!” hardik Ustadz sambil menekankan jari telunjuknya pada salah satu bagian perut yang tadi ditunjuk si jin. Sontak si ibu meraung kesakitan. “Sakiiitt!!” teriaknya. “Tidak mau kalau kamu yang cabut, lebih sakit!!!” bentaknya.

Ya sudah, kalau begitu, cabut sendiri!” perintah Ustadz.

Maka kemudian menggunakan tangan si ibu, jin melakukan gerakan seolah-olah sedang mencabut psaya di perut si ibu. Dibantu Ustadz, satu psaya kemudian tercabut. Seiring tercabutnya psaya, sontak si jin berteriak histeris. Sejurus kemudian si ibu pingsan.

Tak lama kemudian, si ibu siuman. Namun masih dalam pengaruh si jin.

Ada berapa lagi psaya di perut?!” tanya Ustadz.

Dengan jarinya, si jin menunjukkan kalau ada 4 psaya di perut.

Untuk apa psaya-psaya itu kamu tanam di perut ibu?” tanya Ustadz.

Supaya dia tidak bisa hamil,” jawab si jin.

Ayo, cabut lagi psaya-psaya itu!” perintah Ustadz.

Maka berturut-turut, dicabutlah psaya-psaya di perut. Setiap kali psaya tercabut, si jin selalu berteriak histeris kesakitan dan kemudian si ibu pingsan, namun tak lama kemudian siuman lagi.

Proses pencabutan psaya pun berlanjut dengan yang di kepala. Menurut jin, ada 5 psaya juga di kepala. Maka prosesnya pun sama. Si ibu harus berkali-kali pingsan setelah psaya tercabut.

Setelah semua psaya tercabut, “Apa lagi yang kamu gunakan pada si ibu?” tanya Ustadz.

Serbuk gatal,” jawab si jin.

Kalau begitu, kau bersihkan serbuk-serbuknya,” perintah Ustadz.

Maka kemudian si jin (menggunakan tangan si ibu) melakukan gerakan-gerakan mengibas-ngibaskan rambut kepala, menyapu-nyapu kepala, muka, badan, lengan, dan tungkai.

Sudah bersih?” tanya Ustadz.

“Sudah,” jawab si jin.

Kamu jin laki-laki atau perempuan?” tanya Ustadz.

Perempuan,” jawab si jin.

“Siapa yang mengirim kamu?” tanya Ustadz.

“Orang,” jawab si jin.

“Di mana dia?”

Di kota”

Berapa kamu dibayar?”

“Tiga ratus ribu,”

Sudah lama kau ikut orang itu?”

Belum,” jawab si jin.

Maka kemudian Ustadz pun menasihati si jin supaya taat kepada Allah, tidak mengganggu manusia, dan agar tidak diperdaya oleh dukun-dukun. Si jin berjanji untuk bertaubat.

“Baiklah, kalau begitu, sekarang kamu keluarlah. Dari mana tadi kamu masuk tubuh ibu?”

Kaki kanan,” jawabnya.

Ya sudah, sekarang kamu keluar lewat kaki kanan juga,” perintah Ustadz.

Maka tubuh si ibu terlihat gelisah, tapi kemudian langsung terkulai lemas.

Ibu, ibu siapa ini?” tanya Ustadz.

Kristin, Pak Ustadz,” jawab si ibu.

Di mana ini Bu?”

Di rumah, Pak Ustadz,”

Alhamdulillah. Kalau begitu jinnya sudah keluar,” jelas Ustadz.

Kemudian Ustadz pun memberikan saran-saran kepada si ibu dan keluarganya, di antaranya agar si ibu terus berdoa kepada Tuhan agar tidak suka bengong atau melamun.

Sekitar satu jam kami meruqyah. Sejak saat itu, saya dan Ustadz Salam bersahabat baik. Saya bahkan mendapat kaset dan buku pedoman ruqyah darinya.

Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan bagiku, ikut meruqyah orang yang kemasukan jin.

KEterangan :

Kesaksian ini saya ambil dari web blog Dotoro


No comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...