”Berhenti atau kucekik lehernya...”, dia kembali berteriak sambil memegang lehernya sendiri. Mencekiknya semakin kuat.
Takut keselamatannya terancam, akhirnya kami pun terpaksa menghentikan bacaan kami. Al Quran diletakkan, dengan susah payah, akhirnya kami pun berhasil melepaskan tangan dari lehernya, memegangnya kuat-kuat. Pelan-pelan akhirnya dia pun kehilangan tenaga. Tubuhnya melemah.... Diam, tidak meronta lagi. Hati kami sedikit tenang.
Sebut saja namanya Ipeh (nama sengaja disamarkan)... Sudah hampir tiga tahun kami tinggal satu atap, bersama dengan teman-teman lain. Seorang gadis yang ceria dan supel dalam bergaul, jarang bersedih. Hingga tiba sore itu, kost kami tiba-tiba dihebohkan oleh peristiwa aneh.
Setengah
”Tadi kami lagi ngumpul-ngumpul di ruang tengah, Mbak. Ipeh waktu itu lagi dikamar, dengerin musik dari MP3, disambungin ke speaker. RnBan jedug-jedug disetel keras-keras. Trus lagunya ganti, tiba-tiba aja jadi murotal-an gitu. Nah tiba-tiba aja anaknya langsung teriak-teriak. Waktu itu kami pikir ya lagi becandaan gitu. Tapi kok lama-lama tambah histeris, ditambah lagi dia teriak-teriak minta tolong.”
“Trus ???” Rasa ingin tahuku memuncak.
”Trus kami langsung ke kamarnya. Kaget, ternyata dia sedang tidak becanda. Ipeh kesurupan.”
Dua kali berarti Ipeh kesurupan. Sebelumnya dia juga pernah mengalami hal serupa tapi ditempat lain. Dia juga sering mengalami hal-hal aneh lain, seperti dilihatin makhluk-makhluk ghaib.
Panik, akhirnya kami memutuskan untuk menyetel kaset ruqyah, tapi semakin bertambah parah. Kamipun berkumpul dikamarnya bersama-sama membaca Al Quran. Hingga yang barusan terjadi ini tadi. Dia mengancam mencekik leher sendiri. Semua kegiatan terpaksa harus kami hentikan. Kondisinya semakin melemah, dia sedikit sadar, sudah bisa diajak komunikasi. Kami menuntunnya ke kamar mandi untuk berwudlu, karena dia belum sempat sholat asyar.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya, Ipeh berdiri menghadap kiblat, hendak bertakbir waktu itu. Tiba-tiba saja, dia jatuh pingsan. Iya.... Ipeh kesurupan lagi. Dia menangis berteriak-teriak. Setengah sadar setengah kesurupan, dia meminta kami menghubungi Mas Paijo (nama disamarkan juga). Ipeh bilang, katanya mas itu bisa menolong. Tanpa berpikir panjang salah seorang diantara kami menghubunginya. Selang waktu sekitar setengah jam-an, Mas Paijo datang. Kami tidak curiga sama sekali awalnya. Mas Paijo diantar masuk kamar Ipeh. Begitu masuk, dia langsung memegang kepala Ipeh, tidak tahu dengan ritual apa yang dia lakukan, tiba-tiba Ipeh berteriak histeris, sangat keras, sangat cukup keras untuk membuat para tetangga berdatangan. Teriakannya seperti kesakitan yang teramat sangat, seperti tanaman tumbuh diatas batu dicabut paksa hingga akarnya membuat batu itu terbelah, tanah rusak. Sangat mengerikan.
Melihat gelagat Mas Paijo, timbul curiga di hati kami, Melihat caranya ... aku dan teman-teman kost tidak rela. Tidak ikhlas hati kami melihat Ipeh dipegang-pegang. Bukannya jadi lebih baik, tapi malah semakin menjadi kesurupannya. Meski mungkin niatnya baik, kami tidak rela melihat Ipeh diperlakukan seperti itu. Bagaimana pun Mas Paijo bukan muhrimnya.
”Ini ga bener, Kita menghubungi orang yang salah, aku ga suka, ga rela....” kataku.
”Iya, ini sudah jelas, cara dia salah...”, temenku pun menyetujui pendapatku.
Berdasarkan musyawarah kilat, akhirnya kami memutuskan untuk mencari bantuan lain. Aku dan salah seorang temanku mencari bantuan ke teman-teman lain yang sekiranya bisa menolong. Kami ke asrama putri, trus ke Mujahidin, alhamdulillah ada beberapa akhwat dan ikhwan yang bisa datang.
Mbak-mbak akhwat mujahidin berusaha membujuk Mas Paijo untuk keluar. Meminta supaya diberi kesempatan mencoba membantu Ruqyah. Diminta dengan cara halus, Mas Paijo tetap tidak mau melepaskan Ipeh, dia sendiri seperti setengah kesurupan. Menjawab Mbak-mbak akhwat sambil tertawa-tawa, seperti anak kecil lagi dapet mainan baru. Susahnya dia dibujuk keluar, membuat Mas-mas ikhwan harus beraksi, dengan nada keras dan sedikit paksaan akhirnya Mas Paijo berhasi dikeluarkan. Meski diluar kamar dia malah beraksi aneh-aneh, bak seorang pemulung mendapatkan harta karun. Kamar-kamar kosong di belakang dimasukinya, dibawah kawat jemuran dia berbicara sendiri, tertawa sendiri, beraksi seakan sedang menaklukan sesuatu, memasukkannya ke dalam sesuatu yang tak bisa kami lihat. Tidak tahu kemudian apalagi yang dia lakukan, setahu kami dia akhirnya keluar, menunggu di depan kost kami.
Kembali ke Ipeh.....
Di dalam kamar, dua orang mbak-mbak dari Mujahidin meruqyahnya. Sedangkan kami duduk di lantai, memenuhi ruangan bersama-sama membaca Al Quran. Surat Al Baqarah dan Al-Jin berulang kali kami baca. Tanpa kompromi Mbak-mbak yang meruqyah terus memaksa jin-jin yang merasuki tubuh Ipeh untuk keluar, bahkan sampai menggunakan sapu lidi yang biasa dipakai untuk membersihkan kasur. Beberapa kali Ipeh muntah, begitu cara paling aman bagi mereka para jin untuk keluar katanya. Ipeh terus mengigau tidak karuan, suaranya kadang berubah menjadi suara perempuan sangat centil. Bahasa gaulnya minta ampun. Padahal kami tahu bukan begitu
”Aku tidak mau keluar, di atap ada banyak, aku takut sama mereka. Lagipula sudah lama aku disini, kenapa disuruh keluar. Aku disini jauh lebih lama dari kalian. Aku tidak mau keluar....”
”Zrrraaattt.....” Suara sabetan sapu kembali terdengar. Ipeh kembali mengerang kesakitan. Si Mbak menjelaskan, jin tidak boleh diajak kompromi, kalau dituruti mereka akan semakin menjadi. Bukan tempat mereka ditubuh manusia, jadi mau ga mau mereka harus dipaksa keluar. Hal yang sangat berlawanan dengan yang dilakukan Mas Paijo yang waktu menangani Ipeh malah mengajak ngobrol, merayu, menggoda mbak-mbak jin.Beberapa kali Ipeh muntah kembali.
Saking banyaknya jin yang masuk, akhirnya Ruqyah dihentikan, karena Ipeh sangat lemah waktu itu. Dia lebih tenang sekarang, hanya bisa menangis, dituntun berdzikir. Kami tahu dia berusaha keras mengikuti, tapi sepertinya sangat berat lidahnya digerakkan. Dia kembali menangis....
Waktu itu sudah masuk waktu magrib, kami bergantian sholat. Mas-mas Ikhwan sholat di masjid, Mas Paijo tetap di depan kost. Beberapa kali kami menyuruhnya untuk sholat magrib dulu, tapi dia menolak. Bahkan waktu Ipeh lepas dari penjagaan kami, tiba-tiba saja Mas Paijo kembali masuk. Langsung saja seketika itu Ipeh histeris lagi...
Lemes.... Terasa sia-sia usaha yang telah kami lakukan....
Mengusir manusia yang satu itu teramat susah, jauh lebih susah daripada mengusir sebagian jin yang merasuki Ipeh. Akhirnya musyawarah kilat kedua pun dilakukan. Bukan main-main, ibu kost dan tetangga sebelah ikut membantu. Kami menghubungi seorang ustadz yang ahli di bidang ruqyah. Saking banyaknya orang yang kesurupan malam itu, akhirnya kami harus menghubungi ustadz lain yang direkomendasikan.Alhamdulillah ustadz pengganti bisa datang, itu juga kami harus antri, giliran ke sekian karena ada kasus juga ditempat lain. Belum lagi waktu itu Pak Ustadz pake acara kesasar.... wah benar-benar perjuangan....
Satu setengah jam lebih kami menunggu... Masih sibuk rebutan Ipeh, pihak kami dan pihak Mas Paijo, sangat merepotkan karena dia tidak mau mengalah. Baru kami sadar, Mas Paijo bertahan disitu mungkin karena apa yang masuk ke dalam tubuh Ipeh adalah aset besar bagi dia yang suka mengumpulkan makhluk-makhluk seperti itu. Dugaan kami bukanlah tidak beralasan sama sekali, melihat gerak-gerik yang dia lakukan, melihat dia yang tidak mau sholat, mendengar komunikasi yang dilakukannya dengan makhluk-makhluk tersebut dengan perantara Ipeh, juga mendengar kabar dari teman-teman Ipeh yang lain. Semakin kuat dugaan kami tentangnya. Dia mengusir jin dengan jin lain yang lebih kuat. Merasa bisa menguasai jin padahal sebenarnya dirinya sendiri lah yang dikuasai. Astaghfirullah hal’adziim. Ampuni kami... Jika benar begitu, salah besar kami menghubungi dan menyuruhnya datang...... Tapi jika salah.. ampuni prasangka kami Ya Allah.....
Alhamdulillah... Pak Ustadz pun datang... Begitu beliau masuk, kami menceritakan permasalahan kami. Sekali gertak Mas Paijo ketakutan, akhirnya dia mau mendengarkan juga. Panjang lebar ceramah & nasehat diberikan Ustadz padanya, pada kami semua. Bahkan Ipeh pun yang masih belum sepenuhnya sembuh terlihat jauh lebih tenang. Mas Paijo berhasil dikeluarkan.... meski akhirnya diluar pun dia masih berulah... Alhamdulillah dengan bantuan Bapak Kost sebelah kost kami, berhasil diusir....lega.... meski agak ga enak juga ada keributan.
Lagi-lagi kembali ke Ipeh.....
Untuk ke sekian kali Ipeh di Ruqyah, kali ini ditangani oleh orang yang ahli. Pak Ustadz memakai sarung tangan kulit tebal, Ipeh kembali dipakaikan mukena. Alunan ayat-ayat suci dan doa-doa terdengar sangat menenangkan saat itu. Memang ada beberapa kali pukulan kecil, tapi memang begitu cara menyembuhkannya. Saat dipukul, Ipeh selalu berteriak ”Ini Ipeh, Pak.... bukan yang lain.”
”Bener? Saya tahu kamu berbohong..... siapapun yang bukan Ipeh... Ayo sekarang keluar !!! Bugg......” Kembali Pak Ustadz memukulkan tangannya.... sampai beberapa kali.
”Bener.... ini Ipeh... demi Allah... ini Ipeh”.
Akhirnya Ruqyah dihentikan, Ipeh tidak lagi berteriak-teriak, sudah bisa mengendalikan diri.Tidak lagi mengigau ga karuan, alhamdulillah juga sedikit-sedikit dia bisa berdzikir. Ustadz menyarankan Ipeh supaya melakukan Ruqyah mandiri, banyak berdzikir, dzikir Al Ma’tsurat, menjaga pergaulan dan ibadahnya. Mengajak kami untuk berani, tidak boleh menjadi seorang penakut. Karena sebenarnya tipu daya setan itu lemah. Nasehat yang bermanfaat bagi kami semua tentunya....
Alhamdulillah sekitar jam 21.00 semua akhirnya kembali tenang....
Ustadz, mbak-mbak dari Mujahidin,ibu kost dan para tetangga akhirnya pamit pulang ke rumah masing-masing. Lega.....
Seusai sholat isya, tiba giliran kami mendengar cerita versi Ipeh.... Ternyata saat itu dia sedang ada masalah berat, stress tapi pikiran kosong. Dia cerita sebenernya dia sadar waktu memaki, waktu berteriak-teriak, waktu mengigau ga karuan, dia sadar.... tapi dia benar-benar tidak bisa mengendalikan. Semua diluar kendalinya.... Ada kalanya dia yang muncul, adakalanya orang lain yang menguasai. Perang di dalam dirinya, tapi dia kalah... untung ada banyak bantuan dari luar.
Alhamdulillah semua bisa diatasi...
Satu pelajaran yang sangat berharga bagi kami semua.... Sampai kapan pun.. semoga tidak akan terulang lagi... tidak pada Ipeh.. tidak pada semua.... amiin...
Satu pengalaman sudah cukup untuk diambil hikmahnya bagi semua.....
Semoga kita selalu menjadi hamba-hamba-Nya yang terjaga dan selalu dilindungi-Nya... amiin....
Dikutip dari :
http://rinimaru.multiply.com/journal/item/47/Ipeh_Kesurupan_Lagi
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...