Berikut ini kutipan konsultasi dan jawaban Dicky mengenai kesurupan jin :
kerasukan jin
Penulis: masih awam (61.94.112.---)
Tanggal: 04-03-04 05:41
langsung aja kang, saya ada pertanyaan, saya masih bingung dengan fenomena kesurupan/kerasukan, apakah si jin tsb masuk keraga kita atau si jin hanya mempengaruhi gelombang otak kita saja, jika jawabannya si jin tersebut masuk keraga kita lalu bagaimana dengan ruh yang ada di raga kita.
Membalas pesan ini
Re: kerasukan
Penulis: jawaban Kang Dicky (202.155.87.---)
Tanggal: 09-05-04 11:25
jadi sebetulnya jin itu menjammed gelombang kita,.. otak kita di jam ..dikendalikan oleh jin... otak yang biasanya otak-otak yang ber IQ rendah trus stress.. jadi dikendalikan oleh si jin. bukan si jin masuk ke tubuh kita karena roh kita tetap lebih kuat, pengobatannya langsung ke kesurupannya ..jadi kendalikan otaknya itu jadi oksigen ke otaknya mesti lebih lagi jadi kesadarannya muncul, kuncinya disana.. jadi mereka mengendalikannya dari luar seperti pocket monster .. seperti wayang ..misalnya si wayang tidak terkoneks dengan dalanya..ya kita harus memutuskan koneksinya jadi si jalurnya itu kita ikuti .. jadi si jinnya ikut terbawa.... nah gitu..
- kalau kesurupan orangnya kehilangan kesadaran jadi si jin itu menguasai berikut kesadarannya.
- kalau kerasukan orangnya sadar tapi tidak bisa mengendalikan badannya jadi jin mengendalikan otaknya nah ini yang lebih berbahaya daripada kesurupan.
untuk autis (jawaban untuk joko nugroho)ada produk untuk anak autis yaitu BA(Brain Activator).. dan terapinya mesti diotak menggunakan pengaktif sel-sel otak .. nah kalau BA alatnya di pasang di anaknya,. udah banyak perkembangan anak autis yang pake ini, perkembangannya sudah bagus... kapan aja bisa pake..
bisa dilihat di http://kumaraqulmi.multiply.com/journal/item/1
Sebelum kami bahas dan tanggapi kelucuan dan kenyelenehan pemikiran Yoddy dan gurunya ini, ada baiknya juga para pembaca sekalian membaca terlebih dahulu bantahan yoddy terhadap Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah :
BANTAHAN TERHADAP IBNU TAIMIYAH MENGENAI KERASUKAN JIN
"Ibnu Taimiyyah yang menyatakan:"Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya jin kedalam tubuh orang kesurupan.barang siapa mengingkari hal itu dan mengaku bahwa syara' mendustai hal kejadian itu,maka ia telah berdusta terhadap syara',tidak ada dalil syar'i yang menafikan hal itu."Allah SWt berfirman,"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila (QS.Al- baqarah:275).Rasulullah saw bersabda"Sesungguhnya setan menjalar dalam tubuh bani adam seperti menjalarnya darah dalam tubuhnya."(HR.al-Bukhari Muslim)"
pendapat Ibnu taimiyyah ini bertentangan dengan Al qur'an kalau kata "syetan" itu diartikan jin sedangkan syetan itu sifat atau perilaku manusia yang jelas berada di dalam tubuh manusia "menjalar dalam tubuh bani adam seperti menjalarnya darah dalam tubuhnya", jadi sangat wajar Allah di QS.Al-Baqarah:275 mengatakan Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila.
QS. An Nas : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [1] Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. [2] Raja manusia. [3] Sembahan manusia. [4] dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, [5] yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. [6] dari (golongan) jin dan manusia.
Kita pun bisa menjadi syaitan yang berwujud manusia apabila melakukan kejahatan kejahatan , malah sering terjadi mungkin kejahatan manusia jauh lebih jahat dari iblis.
JADI QS.Al-Baqarah:275 DAN HADIST DIATAS AMAT SANGAT LEMAH BILA DIJADIKAN LANDASAN SYARIAH BAHWA YANG DIMAKSUDKAN DENGAN Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan dan setan menjalar dalam tubuh bani adam seperti menjalarnya darah dalam tubuhnya
Yoddy Hendrawan
081319240442
kumaraqulmi@gmail.com
Bisa dilihat di http://dunialain.multiply.com/notes/item/107
Mari kita lihat sekilas latar belakang Yoddy Hendrawan :
a. sepak terjangnya :
- Yoddy anggota perguruan tanaga dalam Hikmatul Iman.
- Yoddy penjual VCD yang berisi tata cara menjadi paranormal (bisa dilihat di http://pengobatan-alternatif.blogspot.com/, http://kumaraqulmi.multiply.com/market, http://paranormal2007.blogspot.com/ )
- Yoddy adalah seorang yang sangat membenci Ruqyah Syar'iyyah (bisa dilihat tulisannya)
- Penggemar Ramalam Shio (lihat di www.kesaktian.blogspot.com)
- Menyukai batu kristal yang bertuah (bisa dilihat di www.kesaktian.blogspot.com/2006/11/batu-kristal-untuk-penyembuhan.html
b. Keilmuannya :
- Menyukai Ilmu tenaga dalam dan ilmu metafisika yang jelas kesyirikannya
- Bukan Ulama (yang bisa menafsirkan Al-Qur'an dan hadits dan masuk dalam kategori bisa memberikan fatwa)
- Bukan Ahli hadits (masuk dalam kategori bisa memberikan fatwa)
- Tidak dikenal oleh umat Islam
- Bukan orang alim
Secara garis besar tulisan Yoddy ini sama sekali tidak ilmiah, Yoddy bukan ulama yang bisa memberikan fatwa, Yoddy sebetulnya hanya seorang yang jahil tidak mengerti agama dan suka terhadap yang berbau syirik. Namun untuk memberi pelajaran kepada Yoddy, guru besarnya dan orang-orang yang mengingkari masuknya jin dalam tubuh manusia marilah kita bahas secara khusus dalil masuknya jin dalam tubuh manusia menurut pendapat para ulama. Selain itu Yoddy termasuk orang yang mempopulerkan pemahaman reinkarnasi yang sangat melenceng dari Islam yang anda bisa lihat di sini
Yoddy Murid Hikmatul Iman mengatakan :
"Ibnu Taimiyyah yang menyatakan: "Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya jin kedalam tubuh orang kesurupan.barang siapa mengingkari hal itu dan mengaku bahwa syara' mendustai hal kejadian itu,maka ia telah berdusta terhadap syara',tidak ada dalil syar'i yang menafikan hal itu."Allah SWt berfirman,"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila (QS.Al- baqarah:275).Rasulullah saw bersabda"Sesungguhnya setan menjalar dalam tubuh bani adam seperti menjalarnya darah dalam tubuhnya."(HR.al-Bukhari Muslim)"
Pendapat Ibnu taimiyyah ini bertentangan dengan Al qur'an kalau kata "syetan" itu diartikan jin sedangkan syetan itu sifat atau perilaku manusia yang jelas berada di dalam tubuh manusia "menjalar dalam tubuh bani adam seperti menjalarnya darah dalam tubuhnya", jadi sangat wajar Allah di QS.Al-Baqarah:275 mengatakan Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantara penyakit gila Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila.
Kesimpulan :
Syetan itu adalah prilaku manusia (bukan jin) yang berada dalam tubuh manusia sesuai dengan ayat QS.Al-Baqarah:275
Yoddy menyatakan : INILAH SALAH SATU BUKTI BAHWA LANDASAN SYARIAH RUQYAH ITU AMAT SANGAT LEMAH TERNYATA DEFINISI - DEFINISI HUJJAH - HUJJAH RUQYAH MENGENAI KERASUKAN JIN BERTENTANGAN DENGAN DEFINISI - DEFINISI AL QUR'AN. MASIHKAN PARA PERUQYAH MENGGEMBAR - GEMBORKAN RUQYAH SYARIYAH SEBAGAI PENGOBATAN SESUAI SYARIAH ISLAM DAN PENGOBATAN - PENGOBATAN GANGGUAN JIN DAN SIHIR LAINNYA SESAT DAN SYRIK!!!!
Kesimpulan :
Ternyata ujung-ujungnya ketahuan, dia sangat membenci Ruqyah Syar'iyyah lalu mencari-cari dalil menurut akalnya sendiri (yang betul-betul tidak berilmu) dan "menyeruduk" juga melangkahi pendapatnya para ulama yang sekiranya "mengena" untuk sekali lagi menjatuhkan sunnah Rasul yaitu ruqyah syar'iyyah. Na'udzubillah!!!!!!
Bantahan kami :
Penjelasan ini juga untuk menanggapi pernyataan Dicky Zainal Abidin (guru Besar Hikmatul Iman) yang mengatakan jin tidak bisa masuk dalam tubuh manusia sebab roh manusia lebih kuat melainkan mempengaruhi manusia dari luar tubuh (dianalogikan seperti wayang).
Jika mereka masih tidak mau rujuk dan bertaubat atas ingkarnya mereka pada Firman Allah, hadits rasulullah juga penjelasan para ulama mengenai masuknya jin dalam tubuh manusia setelah membaca berbagai penjelasan para ulama dibawah ini maka dikhawatirkan mereka sesungguhnya sudah termasuk golongan Ingkar Sunnah.
Dalil masuknya jin dalam tubuh manusia :
Allah Ta'ala berfirman :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”(QS.al-Baqarah (2) : 275)
Berikut ini akan kami sampaikan perkataan para ahli tafsir (mufassir) tentang pengertian atau tafsir dari ayat di atas (jangan lihat tafsiran 'nyeleneh' Yoddy yang jelas 'jauh panggang dari api') :
Al-Hafizh Ibnu Katsir ad-Dimasyqi mengatakan, “Maksudnya adalah bahwa mereka tidak akan berdiri dari kubur mereka pada hari Kiamat melainkan seperti berdirinya orang-orang yang sedang digilakan oleh setan.” Kemudian ia berkata, “Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, ‘Auf ibn Malik, Sa’id ibn Jabir, Rabi ibn Anas, Qatadah, Muqatil ibn Hiyam, dan lain-lain.”[1]
Al-Qurthubi, di dalam kitab tafsirnya, mengatakan, “Ayat ini menjadi dalil atas kelirunya pendapat yang mengingkari adanya kerasukan jin dan mengklaim bahwa hal itu hanyalah sebuah kewajaran dan bahwa setan tidak dapat menganggu manusia sama sekali.”
Al-Hafizh Ibnu Jarir ath-Thabari, di dalam kitab tafsirnya, mengatakan, “Maksudnya adalah bahwa mereka dijadikan gila di dunia oleh setan. Kata “mass” maksudnya adalah gila”. Al-Baqhawi juga berpendapat demikian.
Abu Ja’far ibn Jarir, tentang tafsir ayat ini, mengatakan, “Mereka akan dibuat gila di dunia ini oleh setan.”Kata Baghawi juga mengatakan demikian.
Ibnu ‘Athiyyah menerangkan, “Ini adalah sebuah perumpanan, dimana orang-orang yang memakan riba di dunia ini adalah bagaikan orang gila akibat gangguan jin, sebagaimana dikatakan kepada orang yang berkelakuan aneh (tidak karu-karuan), ‘Sungguh ia telah dirasuki oleh jin.”
Dalam tafsir al-Khazin disebutkan, “Maksud dari kata ‘yatakhabbathussyaithan” di dalam ayat itu adalah bahwa itu terambil dari kata “khabath” yang berarti “memukul” dan “menusuk” dari segala arah. Misalnya, unta yang khabbuth (kata khabbuth ini segala arah. Misalnya, unta yang khabbuth (kata khabbuth ini terambil dari kata khabath) adalah unta yang memukul-mukulkan kakinya ke tanah dan menusuk (menendang) siapa pun yang ada disekitarnya. Orang yang bertindak sembrono dan asal-asalan terhadap suatu urusan disebut juga dengan khabath. Jadi makna ayat tersebut adalah bahwa pemakna riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat seperti orang gila yang tidak bisa bertindak atau berprilaku seperti orang normal.” Imam Fakhrurrazi, di dalam kitab tafsirnya Mafath al-Ghaib, juga menyebutkan demikian.
Imam Muhammad ibn ‘Ali asy-Syaukani, mengatakan, “Ayat ini telah ditafsirkan oleh kebanyakan ahli tafsir. Mereka mengatakan, ‘Bahwasannya para pemakan riba itu dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan seperti orang gila adalah sebagai pembalasan dan kemurkaan bagi mereka pada saat itu ditengah-tengah sekalian makhluk. Dikatakan bahwa ini adalah sebuah perumpamaan, dimana orang yang ingin beruntung dalam perdagangannya namun dengan cara yang tidak halal (yakni dengan riba) sama seperti orang gila yang tidak sadar apa-apa yang sedang dan akan diperbuatnya. Dan ayat ini menjadi dalil atas kelirunya pendapat yang mengingkari adanya kerasukan jin dan mengklaim bahwa hal itu hanyalah sebuah kewajaran, dan bahwa setan tidak dapat mengganggu manusia sama sekali. Padahal Nabi Muhammad saw sendiri telah berlindung kepada Allah dari gangguan setan tersebut.”[2]
Al-Alusi menyebutkan, “Maksud dari kata ‘mass’ di dalam ayat itu adalah gila. Disebut demikian adalah lantara pikiran dan perangainya menjadi tidak karuan sebab telah dikuasai oleh setan. Dan ini tidak bertolak belakang dengan kesimpulan para dokter jiwa yang menyatakan bahwa faktor utama penyebab kegilaann adalah depresi mental, sebab depresi mental itu adalah faktor internal, sedangkan yang diisyaratkan oleh ayat ini adalah faktor eksternal, yang kedua-duanya tidak bertentangan. Terkadang seseorang diganggu oleh setan, namun ia tidak menjadi gila karenannya, atau sebaliknya, yakni ia menjadi gila dengan sendirinya tanpa ada gangguan sedikitpun dari setan itu. Dan ada juga yang menjadi gila semata-mata akibat gangguannya, yang tanda-tandanya dapat diketahui oleh dokter-dokter ‘mahir’. “ [3]
Muhammad ‘Ali ash-Shabuni’ mengatakan, “Maksudnya adalah bahwa mereka akan dibangkitkan dari dalam kubur kelak di akhirat dalam keadaan tidak dapat berdiri dengan lurus, mereka berjalan sempoyongan dan akhirnya terjatuh ke lantai, dan ia kembali berdiri namun jatuh kembali. Ini adalah sebagai ciri khas mereka nanti di Akhirat, sehingga orang-orang lain dapat mengenalnya.” [4]
Ibnu Hiyan mengatakan, “Secara tersurat, ayat ini menjelaskan bahwa setan diberi kemampuan oleh Allah untuk mencelakakan sebagian orang sehingga mereka menjadi gila karenanya, dan ini dapat diterima oleh akal manusia. Namun ada yang mengatakan bahwa hal itu bukanlah perbuatan setan, melainkan perbuatan Allah terhadap mereka lantaran telah teramat jatuh ke dalam kegelapan, sedangkan penisbahan perbuatan ini kepada setan hanyalah sekadar majaz (perumpamaan), bukan hakiki (sebenarnya).”[5]
Dan di dalam kitab ath-Thibun-Nabawi, karya Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman adz-Dzahabi, disebutkan, “Sesungguhnya jin itu adalah makhluk halus yang tidak diragukan lagi dapat menyusup ke dalam roh manusia. Sungguh banyak hikayat dan riwayat yang membuktikan kebenaran perkara ini, yang tidak muat disebutkan semuanya dalam bab ini.”
1. Imam Ahmad Menyuruh Jin
Diriwayatkan dari ‘Ali ibn Ahmad ibn ‘Ali al-‘Abkari bahwa kakeknya bercerita kepada ayahnya :
Ketika aku sedang berada di tempat ‘Abdullah Ahmad ibn Hambal (Imam Ahmad), datanglah seorang utusan kepadanya dari Khalifah Mutawakkil. Utusan itu memberitahukan kepadanya tentang seorang perempuan muda di istana yang sakit gila akibat gangguan jin, dan memintanya untuk mendoakan perempuan itu agar sembuh dari penyakitnya. Maka ia menyerahkan bakiaknya kepada utusan tersebut seraya berkata kepadanya, “Kembalilah engkau ke istana, lalu duduklah di dekat perempuan itu dan katakan kepadanya yakni kepada jin yang berada di tubuhnya bahwa Imam Ahmad bertanya, ‘Manakah yang lebih engkau sukai, keluar dari tubuh perempuan ini atau dipukul dengan bakiak ini sebanyak tujuh puluh kali ?”
Maka kembalilah utusan itu ke istana dan melaksanakan apa-apa yang disampaikan Imam Ahmad kepadanya. Lalu berkatalah jin itu kepadanya melalui lisan perempuan tersebut,’Aku patuh kepada Imam Ahmad. Bahkan, sekiranya ia memerintahkan agar kami tidak bermukim lagi di Irak ini, tentu kami akan keluar dari kota ini, sebab, ia adalah seorang yang taat kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada-Nya, maka ia akan ditaati oleh siapa saja.”
Kemudian, keluarlah jin itu dari tubuhnya, dan perempuan itu kembali normal seperti biasa, bahkan ia sempat melahirkan beberapa orang anak setelah itu. Namun, setelah Imam Ahmad meninggal dunia, jin itu datang lagi kepadanya sehingga Khalifah Mutawakkil memanggil lagi seseorang untuk mengobatinya, namun ketika Abu Bakar al-Marwazi untuk mengobatinya, namun ketika Abu Bakar al-Marwazi ini mencoba menyuruh jin itu untuk keluar darinya, jin itu berkata, “Aku tidak mau keluar dari tubuh perempuan ini dan aku tidak mau taat kepadamu. Kami mau keluar darinya karena yang menyuruhku waktu itu adalah Ahmad ibn Hanbal yang taat kepada Allah .”
2. Ibn Taimiyah Mengobati Orang Gila Karena Gangguan Jin
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Aku sendiri menyaksikan guruku yakni Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyuruh jin yang berada di dalam tubuh seseorang untuk keluar darinya, dengan mengatakan kepadanya, Keluarlah kamu dari tubuh orang ini, karena tidak halal bagimu bercokol di sana.’ Karena jin itu tidak mau keluar, maka ia memukulnya dengan cara memukul tubuh orang itu dengan sebuah tongkat. Setelah itu, barulah jin itu keluar darinya, dan sembuhlah orang itu dari sakitnya, ia tidak merasakan sakit sama sekali sewaktu tubuhnya dipukul oleh Ibn Tamiyyah. Kami dan orang-orang lain selain kami, telah beberapa kali menyaksikan kejadian itu secara langsung darinya. Dan bacaan yang paling banyak ia ucapkan di telinga orang yang sakit itu adalah firman Allah SWT yang berbunyi,
รณ“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami ?” (QS. al-Mu’minum [23] : 115)
Dalam riwayat lain, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Ketika Ibn Taimiyah memukul jin itu dengan cara memukul tubuh orang yang ditempatinya dengan sebuah tongkat, berkatalah jin itu kepadanya, ‘Janganlah engkau suruh aku pergi dari orang ini, sebab aku mencintainya.’ Dijawab oleh Ibn Taimiyah, ‘Sungguh ia tidak cinta kepadamu.’ Ia berkata lagi,’Baiklah!’ Aku akan keluar dari tubuh orang ini karena menatati Allah dan Rasul-Nya.’ Maka keluarlah jin itu dari tubuhnya. Setelah itu, orang itu duduk dari tidurnya dan menoleh ke kiri dan ke kanan sambil bertanya kepada yang hadir, ‘Dimanakah aku ? Mengapa aku sampai berada di tempat ini ? Apakah yang telah terjadi pada diriku ?” Dari perkataannya itu, jelaslah bahwa ia tidak merasakan sakit sewaktu tubuhnya dipukul tadi oleh Ibn Taimiyyah.”
Ibn Taimiyyah juga berkata,”Jin itu berbicara melalui lisan orang yang dirasukinya, sedang orang tersebut tidak menyadarinya sama sekali. Jika ia telah sembuh, ia tidak mengetahui apa-apa yang telah terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, terkadang orang yang gila karena jin itu dipukul dengan pukulan yang keras dan berulang-ulang agar jin itu keluar darinya. Sebab, betapa pun kerasnya pukulan yang diberikan kepadanya, ia tidak akan merasa sakit sedikit pun, karena merasakan sakit adalah jinnya, bukan dia.”
3. Syaikh Muhammad Rasyid Ridha Mengobati Kesurupan Jin
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha menceritakan, “Pada suatu malam, seorang nelayan di negeri al-Qalmun, Syiria, pergi ke laut untuk mencari ikan. Namun tidak seperti biasanya, pada malam itu ia mendengar sebuah suara aneh dan merasa bahwa sekelompok jin telah menyerangnya lantaran ia, menurut tuduhan mereka, telah memperkosa salah seorang jin perempuan dari mereka. Setelah itu ia jatuh sakit dan menjadi seperti orang yang kesurupan. Maka datanglah keluarganya meminta bantuan kepadaku untuk mengobatinya, dan aku pun pergi ke tempatnya. Sesampainya di sana, aku perhatikan ia dalam ke tempatnya. Sesampainya di sana, aku perhatikan ia dalam keadaan tidak sadar sama sekali dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tapi anehnya, waktu itu ia berkata, ‘Sungguh Syaikh Muhammad Rasyid Ridha telah datang. ‘Melihat keadaan seperti itu, dengan penuh ikhlas dan khusyu’ karena Allah, aku usap kepadanya sambil membacakan, “Bismillahirrahmanirrahim. Fa sayakfikahumullahu wa Huwas-Samiul-‘Alim (maka Allah akan memelihara kamu dari mereka, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).” (QS. al-Baqarah [2] : 137) Tiba-tiba, ia membuka kedua matanya lalu bangkit dari tidurnya setelah sudah kembali normal seperti biasa.
4. Beberapa Pendapat Para Ulama Kontemporer
Dr. al-Husaini Abu Farhah, dosen Pasca Sarjana di Universitas al-Azhar, Mesir, berkata, “Jin itu dapat mempengaruhi sebagian orang, baik laki-laki maupun perempuan, dan menyusup ke tubuhnya. Kemudian, kadang-kadang ia memaksa orang itu untuk melakukan apa-apa yang diinginkannya, kadang-kadang merasukinya. Sampai saat ini, masih tetap ada orang yang kerasukan jin, dari semua kalangan.”
Dr. Abdul Ghaffar ‘Aziz, kepala Bidang Da’wah di Universitas al-Azhar, Mesir, berkata, “Kebanyakan dari ulama, khususnya ulama yang ternama, seperti Ibn Taimiyah dan lain-lain, telah mengakui bahwa sebagian jin dapat mempengaruhi sebagian orang dengan jalan menyusup ke tubuhnya. Bahkan ia bisa sampai ke taraf menguasai orang itu, dan memaksanya untuk melakukan apa-apa yang diinginkannya, baik berupa hal-hal yang bertentangan dengan syari’at maupun hal-hal yang tidak terpikir sama sekali oleh akal sehat. Biasanya, orang yang dapat dipengaruhi dan dikuasainya ini adalah orang yang dapat dipengaruhi dan dikuasainya ini adalahorang yang berjiwa lemah, yang tidak mampu melawannya.”
Ia (Dr.Abdul Ghaffar ‘Aziz) menceritakan, “Salah seorang dari kerabatku telah diganggu oleh jin beberapa kali. Jin yang mengganggunya itu amat jahat, dimana ia sering membangunkan kerabatku itu dari tidurnya, lalu menyuruhnya untuk membakar rumah, membuka tutup gas, memecahkan perabot, atau membunuh suaminya sekalipun. Akan tetapi, ia mampu melawannya dengan jalan menentang seluruh perintahnya itu, meninggalkan rumah tersebut (pindah ke rumah lain), dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga jin itu tidak pernah lagi datang mengganggunya.”
Ia juga berkata, “Aku sendiri pernah mengalaminya, yaitu ketika aku berada di tanah suci, Makkah al-Mukarramah, tahun 1408 H. Di mana, pagi suatu pagi, ketika aku sedang berpakaian ihram di rumah sewaanku yang tak jauh dari Masjidil Haram, tiba-tiba seorang jin berusaha mencekik leherku dan mendorong dadaku dengan kuat. Aku tidak merasakan melainkan hanya dua buah tangan raksasa yang sedang menekanku. Jin itu baru pergi meninggalkanku setelah aku bacakan kepadanya beberapa ayat al-Qur’an, membalas serangannya, mengatakan kepadanya, ‘Enyahlah engkau, wahai musuh Allah,’ sebanyak tiga kali, dan mengancamnya akan mendoakannya agar dibakar oleh Allah SWT jika belum juga pergi dariku. Setelah itu, ia tidak pernah lagi dating kepadaku.”Katanya lagi, “Di Kairo pun aku pernah mengalami kejadian yang serupa, yaitu saat aku tidur sendirian di balkon rumahku, di Nasr City dan ia tidak pergi dariku pada waktu itu melainkan setelah aku bacakan beberapa doa dan ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya surah al-Falaq dan an-Nas.”
Bantahan terhadap mengingkaran masuknya jin dalam tubuh manusia
Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada Yoddy dan Guru Besarnya yang mengingkari masuknya jin dalam tubuh manusia.” Sebenarnya dalil-dalilnya sangat jelas dan banyak yang di antaranya adalah sebagai berikut :
Pertama : Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)
Imam Al-Qurtubi berkata, “Pada ayat ini terdapat dalil atas kesalahan penolakan orang-orang yang menolak adanya kerasukan jin dan menganggap bahwa setan itu tidak akan dapat memasuki tubuh manusia.”[6]
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Orang-orang yang memakan riba” yaitu mereka tidak dapat berdiri kecuali sebagaimana berdirinya orang-orang yang kerasukan setan.”[7]
Imam Ath-Thabari berkata, “Mereka tidak berdiri di akhirat nanti dari kubur-kubur mereka, kecuali sebagaimana berdirinya orang-orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Maksudnya adalah, setan membuatnya gila di dunia. Dan orang yang dirasukinya akan jatuh karenannya yaitu karena kegilaan.”
Kedua : Dalil-dalil dari As-Sunnah (hadits)
1. Dari Utsman bin Abi Al-Ash Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Ketika aku bekerja untuk Rasulullah di Thaif, tiba-tiba aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa. Maka, setelah itu aku pergi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan Rasul berkata, “ Ibnu Abi Al-Ash ?”Aku menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Rasul bertanya, “apa yang membuatmu datang kemari ?” Aku berkata, “Wahai Rasulullah aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu aku sedang shalat apa.” Nabi bersabda, “Itu adalah setan, mendekatlah kemari !” Aku pun mendekat kepada Nabi, lalu aku duduk di atas, telapak kakiku.” Ibnu Abi Al-Ash berkata, “Lalu Nabi memukul dadaku dengan tangannya dan meniup mulutku sambil berkata, “Keluarlah musuh Allah,” Nabi melakukannya sebanyak tiga kali.”Dan selanjutnya beliau berkata, ‘Teruskanlah pekerjaanmu.” [8]
2. Utsman bin Basyar menuturkan,“aku mendengar Utsman bin Abi Al-Ash Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku mengadu kepada Rasulullah Shalllahu Alaihi wa Sallam karena sering lupa akan ayat-ayat Al-Qur’an, lalu Rasul memukul dadaku dengan tangannya seraya berkata “Wahai setan, keluarlah dari dada Utsman.” Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.” Lalu Utsman berkata, “Setelah itu aku tidak pernah lagi lupa akan Al-Qur’an dan selalu suka (senang) mengingatnya.”[9]
Ketiga : Pendapat para Ulama
Al-Allamah Al-Albani ketika mengomentari hadits ini berkata, “Di dalam hadits ini terdapat dali yang jelas, bahwa setan bisa memasuki tubuh manusia sekalipun dia seorang mukmin yang saleh. Hal ini juga terdapat pada banyak hadits, dan aku telah menerangkan salah satunya pada pembahasan yang lalu pada nomor 485 dari riwayat Ya’la bin Murrah yang mengatakan, “Aku bepergian bersama Rasulullah, dan aku melihat sesuatu yang sangat ajaib dari beliau.” Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa seorang perempuan datang kepada Rasul dan berkata, “Anakku ini terkena penyakit gila sejak tujuh tahun yang lalu dan selalu kambuh dua kali sehari.” Rasulullah berkata, “Dekatkanlah ia kepadaku.” Wanita itupun segera mendekatkan anaknya kepada Rasul. Beliau lalu menyenbur dengan ludahnya seraya berkata, “Keluarlah musuh Allah, aku adalah Rasulullah.” (HR.Al-Hakim)[10]
Al-Asyari berkata, bahwa menurut mereka bangsa jin dapat memasuki tubuh manusia, sebagaimana Allah berfirman,“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)[11]
Abdullah bin Ahmad bin Hambal menuturkan : “Aku berkata kepada ayahku,”Sesungguhnya beberapa kaum menganggap bahwa bangsa jin tidak dapat memasuki badan manusia.” Maka ayahnya menjawab, “Wahai anakku, mereka itu dusta. Beliau mengucapkan hal tersebut dengan lisannya sendiri”[12]
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Adanya jin terbukti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kesepakatan umat terdahulu, begitu juga dengan dapatnya jin masuk ke dalam tubuh manusia sudah menjadi kesepakatan ulama Ahlussunnah wal jama’ah. Masalah ini merupakan perkara yang dapat disaksikan dan dirasakan oleh siapa pun yang memperhatikannya. Jin dapat masuk ke tubuh seseorang dan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dipelajarinya, bahkan tidak ia mengerti. Terkadang ia memukul-mukul hingga apabila mengenai seekor onta, maka onta tersebut akan mati, sementara orang yang kerasukan tidak merasakannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” Dan Nabi bersabda, “Sesungguhnya setan itu mengalir di dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah,” dan sabda-sabda Rasulullah yang lain.”
Syaikh Utsaimin berkata, “Di antara permusuhan jin dan manusia adalah bahwa jin merasuki manusia lalu mendorongnya dan membiarkannya kejang-kejang hingga pingsan, atau membawanya kepada sesuatu yang membahayakan, seperti melemparkannya ke dalam lubang atau air hingga tenggelam, atau api hingga terbakar. Allah telah menyamakan orang-orang yang memakan harta riba ketika bangkit dari kuburan dengan orang yang kerasukan jin. Allah berfirman. “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”(Al-Baqarah : 275)
Ibnu Jarir berkata, “Ia juga yang membuatnya gila dan merasukinya.”
Ibnu Katsir berkata, “Melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan ketika dia dirasuki setan.”
Al-Baghawi berkata, “Setan merasukinya maksudnya adalah, bahwa orang yang memakan riba dibangkitkan pada Hari Kiamat seperti orang yang kerasukan.”
Ilmu Qayyim berkata dalam bukunya Zad Al-Ma’ad tentang penyakit kerasukan. Ia berkata, “Kerasukan itu ada dua jenis ; Kerasukan roh-roh kotor yang ada di bumi yaitu jin, dan kerasukan yang berasal dari percampuran berbagai hak yang hina. Yang kedua inilah yang banyak dibicarakan oleh para dokter tentang sebab dan cara penyembuhannya. Sedangkan kerasukan roh-roh, maka para dokter spesialis dan para ahli, mereka mengakui hal ini dan tidak menolak keberadaannya. Mereka juga mengakui bahwa cara penyembuhannya adalah dengan cara menjumpakannya dengan roh-roh yang baik, hingga ia menolak pengaruhnya dan melawan perbuatannya serta menghentikannya.”
Kemudian Ibnu Qayyim berkata, “Jenis kerasukan seperti ini tidak diingkari keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak punya kesempatan untuk mengetahui rahasia-rahasia ruh (bodoh). Aku akan mengemukakan beberapa hadits yang terjadi pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan pengaruh kekuatan ruh serta kemauan yang kuat untuk menyembuhkannya. Demikianlah, kalaulah sekiranya kerasukan itu mempunyai sebab-sebab, di antaranya bersifat materi, kejiwaan dan ruhani atau pun yang lainnya, maka tidak selayaknya kita mengingkari apa-apa yang tidak kita ketahui.
Bumi ini dengan rahasia-rahasia (misteri) alam. Ilmu telah mulai membuka sebagian rahasia tersebut dan pada waktu yang bersamaan, hal itu janganlah dapat dijadikan kesempatan oleh para Dajjal dan tukang sihir untuk mempergunakan kebodohan manusia atau kepolosan mereka. Maka, hendaklah kita terlebih dahulu merujuk kepada hal-hal yang bersifat material yang sangat banyak dan mudah didapat.
Dan apabila makhluk itu lemah dan tidak dapat membuka tabirnya, maka hendaklah kita menghadap kepada Pencipta dengan cara mengimani-Nya , memohon kepada-Nya dengan cara yang benar, dan mempercayai-Nya sebagaimana para Nabi meminta tolong kepada-Nya hingga Allah menghilangkan bahaya dari mereka dan menyelamatkan mereka dari kesedihan. Dan Al-Qur’anlah sebaik-baik saksi atas kebenaran ini. Wallahu a’lam.[13]
Ibnu Qayyim juga mengatakan, “Merupakan suatu kewajiban untuk orang yang bisa mendatangkan jin supaya tidak mempergunakannya pada hal-hal yang buruk sebagaimana yang dilakukan para Dajjal dan para dukun. Meskipun demikian, merupakan kewajiban, agar semangat kita melawan Dajal dan para dukung tidak sampai para taraf mengingkari keberadaan jin. Karena mereka benar-benar ada dan mereka juga mukallaf (mendapat beban syariat) sebagaimana manusia, serta dapat memberi bahaya kepada manusia dengan seiring Allah sebagaimana manusia dapat memberi bahaya pada manusia yang lain. Adapun bahaya ini bukan hanya sebatas gangguan dan godaan saja, akan tetapi bisa juga dalam hal-hal yang bersifat materi yang berkaitan dengan manusia seperti pada makanan, minuman dan pakaiannya bahkan pada badannya. Jadi, tidak ada dalil yang mengingkari keberadaanya.[14]
Ya’la bin Murrah Radhiyallahi Anha ia berkata, “Dari Nabi, bahwa beliau didatangi oleh seorang perempuan dengan anaknya yang terkena penyakit gila, maka Nabi berkata kepadanya, “Keluarlah musuh Allah, aku adalah Rasulullah, “Ya’la berkata, “Lalu anak itu pun sembuh dan wanita tersebut memberi hadiah kepada Nabi berupa dua ekor domba dengan sedikit makanan dan minyak samin. Rasulullah berkata, “Wahai Ya’la, ambil makanan, minyak samin dan satu ekor domba, lalu selebihnya kembalikan kepada wanita itu.” [15]
Rasulullah bersabda,“sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia pada pembuluh darah.” [16]
Ketika mengomentari hadits ini, Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi berkata, “Kita harus tetap memunculkan hadits Rasulullah yang mengatakan, “Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia pada pembuluh darah”karena sebagian orientalis berusaha membuat keraguan seputar hadits ini.”
Kita katakan kepada mereka yang membuat keraguan-raguan, dan berusaha mendapatkan celah untuk tempat mereka meniupkan racun, “Sesungguhnya darah itu terdiri dari banyak unsur yang mengalir di dalamnya, seperti besi, fosfat, kalsium dan unsur-unsur lainnya sebagaimana yang telah diperlihatkan kepada kita oleh penelitian-penelitian modern. Bahkan, mikroba dan kuman-kuman yang merupakan bentuk materi, bisa melubangi kulit dan masuk ke darah dan bertahan di dalamnya selama masa perkembangannya sampai menjadi banyak hingga akhirnya terjadi peperangan antara kuman-kuman tersebut dengan sel darah putih. Sedangkan setan tidak tercipta dari sebuah materi, akan tetapi dia tercipta dari bahan yang lebih halus, bahkan merupakan sesuatu yang sangat halus. Lalu, bagaimana kita mengingkari bahwa ia mampu menembus kulit dan berjalan di dalam darah sebagaimana mengalirnya puluhan benda keras, sedang kita tidak merasakannya ?[17]
Adapun orang yang mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh manusia, karena manusia berasal dari tanah sedangkan jin tercipta dari api, jadi jika ia menyentuh manusia, maka ia akan membakarnya, kepada mereka saya katakan bahwa manusia diciptakan dari tanah, namun sekarang ia bukanlah tanah. Demikian juga dengan jin yang diciptakan dari api, namun sekarang mereka bukanlah api.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian kaum bidah yakni mu’tazilah dan lainnya, mengingkari bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Alasan mereka adalah karena alam jin berbeda dengan alam manusia. Jin diciptakan dari api sedangkan manusia diciptakan dari tanah. Adalah salah sama sekali.
Al Qadhi Badruddin mengatakan bahwa dalil yang menunjukkan bahwa jin tidak selamanya tetap berada dalam unsur api adalah sabda Nabi saw “Musuh Allah, iblis, datang dengan membawa meteor dari api untuk ditaruh pada mukaku.” (HR. Muslim dan an-Nasa’I)
Penjelasannya adalah bahwa andai jin tetap dalam kondisinya yaitu unsur keapiannya maka tidak perlu setan atau ifrit membawa nyala api lagi karena mereka menimbulkan api, dan jika tangan setan atau ifrit atau bagian tubuhnya menyentuh anak Adam, sungguh akan membakarnya.
Jadi, menjadi sebuah ketetapan bahwa jin dapat berubah dari unsur keapiannya. Oleh karena itu, ada alasan bagi mereka untuk mengingkari bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh karena adanya perbedaan alam dan apabila memang ada riwayat yang mengatakan bahwa jin memiliki tubuh yang “lembut” sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka, maka tidak ada yang menghalangi bercampur zat lembut (jin) dengan zat yang padat seperti tubuh manusia.
Imam adz-Dzahabi mengatakan bahwa jin memang bertubuh lembut. Dan tidak dapat diingkari pula adanya pencampuran jin dengan roh manusiawi, sebagaimana halnya bercampurnya antara darah dan dahak, meskipun ia berbentuk padat. Banyak contoh lain mengenai pencampuran zat yang lembut dengan zat padat. Roh merupakan sesuatu yang lembut yang dapat masuk ke dalam jasad sarat dengan kehendak Allah Ta’ala.
Disebutkan dalam As-Sunnah bahwa roh para muhajirin berada di dalam kantong burung hijau yang berkicau di dalam surga, dengan izin Allah, berada di jasad yang bukan jasad aslinya. Ia memiliki etika dan aksi yang khusus.
Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Masruq, “Aku bertanya kepada Abdullah mengenai ayat, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Ali Imran : 169)
Abdullah menjawab, “Sesungguhnya kami telah bertanya tentang itu, lalu beliau bersabda, “Ruh mereka berada dalam rongga burung hijau yang memiliki kantornya tergantung di Arsy, mereka pergi dan datang dari surga kapan saja mereka kehendaki.” (HR. Muslim)
Malaikat merupakan roh yang berakal dan jasad-jasad yang hakiki. Meskipun berbeda alam dengan manusia, ada malaikat yang Allah wakilkan untuk masuk ke dalam rahim wanita dan berada pada mani, menuliskan rezeki, qadar, dan ajal calon manusia.
Hudzaifah bin Asid meriwayatkan bahwa Nabi saw, menyampaikan, “Malaikat masuk ke mani setelah mani itu berada dalam rahim selama 40 atau 45 malam, lalu (malaikat) bertanya, ‘wahai rabb! Apakah ia sengsara atau bahagia ?’Maka ia pun menulisnya, menulis amalnya, pengaruhnya, ajalnya dan rezekinya, kemudian dilipat lembaran (shahifah), tidak ada yang ditambah dan tidak pula dikurang.” (HR. Muslim)
Dalam As-Sunnah disebutkan mengenai keluarnya malaikat ini dari rahim wanita setelah sempurna penciptaan mani dan pembentukannya, dengan membawa catatan qadar di tangannya.
Amir bin Watsilah berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Apabila mani sudah berumur 42 malam, maka Allah mengutus malaikat lalu membentuknya, menciptakan pendengaran dan penglihatannya, kulit dan dagingnya, tulangnya, kemudian (malaikat itu) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Apakah laki-laki atau wanita ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya. Kemudian (malaikat itu) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Ajalnya ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya. Kemudian (Malaikat) bertanya, ‘Wahai Rabbi ! Rezekinya ?’ Maka Rabbmu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, lalu malaikat menulisnya, kemudian malaikat keluar dengan (membawa) lembaran (catatan) di tangannya, ia tidak menambah terhadap apa yang diperintahkan dan tidak pula mengurangi.” (HR.Muslim)
Inilah kenyataannya, bahwa malaikat masuk ke dalam jasad wanita sebagaimana dijelaskan dalam hadits pertama. Ia membentuknya, menulisnya, lalu setelah itu keluar dengan membawa catatan di tangannya sebagaimana dijelaskan pada hadits kedua padahal ia merupakan makhluk yang memiliki ruh dan jasad. Tidak ada yang menghalangi untuk melaksanakan perintah Allah azza wa jalla, termasuk, masuknya jasad lembut seperti jin ke dalam badan manusia, dan menimbulkan penyakit dan mudharat ?
Masuknya materi padat ke dalam badan manusia merupakan suatu hal yang nyata, misalnya makanan dan minuman, sebagian zat kecil hidup seperti bakteri, dan cacing yang masuk ke dalam badan lalu hidup di dalamnya.
Semua alasan yang mereka kemukakan dalam menolak masuknya jin dalam tubuh manusia adalah keliru sehingga tidak dapat dijadikan pegangan. Alasan mereka yang mengatakan bahwa tidak ada dalil syariat yang membuktikannya, maka telah kami bantah di panjang lebar pendapat para ulama yang terpercaya dan perkataan-perkataan para ahli tafsir dan ahli hadits yang menyatakan kebenaran merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.
Perkataan mereka bahwa materi jin dan manusia sungguh berlainan sehingga keduanya tidak mungkin bersatu kami bantah dengan menyatakan bahwa perbedaan materi tidak mesti menyebabkan demikian. Perhatikanlah roh manusia, dimana ia bisa masuk ke dalam jasadnya ketika ia masih berada di dalam rahim ibunya, yang dengannya ia bisa hidup, padahal materi roh tidak sama dengan materi jasad. Oleh sebab itulah para ulama Ahlussunah menyepakati akan adanya peristiwa kerasukan jin ini. Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah juga membantah para pengingkar ini dengan mengatakan, ‘Pernyataan itu jelas-jelas tidak benar dari banyak sisi, di antaranya adalah bisa masuknya air ke dalam tumbuhan, api ke dalam besi, saripati makanan ke dalam tubuh manusia, dan jin ke dalam tubuh manusia. Jadi, roh itu, sekali pun halus dapat masuk ke dalam jasad.” Nah, demikian pulalah jin.
Ada yang mengatakan, “Sesungguhnya makna dari masuknya jin ke dalam tubuh seseorang hanyalah sekadar membayang-bayanginya saja, dan itulah yang dimaksud dengan kerasukan jin.” Perkataan ini memang masuk akal, namun kita sering mendengar masuknya ia ke dalamnya, bahkan sampai menguasai hatinya.
Adapun alasan mereka bahwa jin itu adalah berasal dari api sedangkan api itu jelas-jelas akan membakar tubuh manusia sehingga keduanya tidak mungkin akan bisa bersatu, maka telah kami bantah pernyataan ini pada penjelasan kami yang lalu.
Yang jelas, hendaklah kita menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah, perkataan para imam Ahlussunnah wal jama’ah dan para ulama yang terpercaya sebagai rujukan. ***
Mari kita baca bersama sekelumit biografi Ibnu taimiyyah yang dibantah fatwanya oleh Yoddy :
Ibnu Taimiyah menduduki tempat yang sangat terhormat diantara ulama di zamannya disebabkan banyaknya kenangan, intelektual yang cemerlang, pengetahuan bak ensiklopedi dan keberaniannya. Ia digambarkan sebagai seorang orator ulung, pemberani, tegas, disiplin, sangat alim, suka mengalah, pejuang, berbudi pekerti mulia dan pemaaf, dan berpendirian teguh.
Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah)
2. Memberantas kepercayaan pantheis dan budaya
3. Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah.
4. Memberantas kepercayaan anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5. Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya
Jumlah Total Karya Ibnu Taimiyah 621 yang mana banyak hasil karyanya telah hilang. Beberapa karya Ibnu Taimiyah berhubungan dengan tema sebagai berikut:
1. Al-Jawab Ash-Shahih Liman Baddala Din Al-Masih (jawaban atas kritik terhadap Islam oleh Kristen)
2. Radd ala al-Mantiqyyin (bantahan terhadap filsafat)
3. Kitab As-Siyasah As-Sar’iyyah (berhubungan dengan teori politik dan pemerintahan Islam)
4. Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah (bantahan terhadap keyakinan Syi’ah ditulis sebagai jawaban atas Minhaj Al-Karamah oleh Ibnu Al-Mutahhir Al-Hilli).
5. Ziyarah Al-Qubur (kritik terhadap pengagungan para wali, tawasul dan kepercayaan tahyul)
6. Majmu’at ar-Rasa’il al-Kubra (mencakup risalah dari berbagai disiplin ilmu)
7. Majmu’at al-Fatawa (kumpulan fatwa dalam berbagai perkara)
8. Majmu’at ar-Rasa’il wa Majmu’at al-Masa’il (kumpulan risalah dan fatwa dalam berbagai perkara)
9. Majmu’at Syaikh al-Islam Ahmad Ibnu Taimiyah (berisi pemaparan jurispudensi Islam dan fatwa yang diucapkan Ibnu Taimiyah)
Maulana Abu Al-Hasan ‘Ali Nadwi yang telah yang telah memberikan penghormatan kepada Ibnu Taimiyah:
“Ibnu Taimiyah menafsirkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, menegakkan superioritas Islam atas kebid’ahan, konsep filsafat dan keyakinan lainnya dan memberikan kontribusi bagi pembaharuan agama yang murni, setelah melalui penelitian yang mendalam dan pertimbangan yang diperlukan bagi penerangan atas penyimpangan agama dan intelektual pada masa itu. Dalam rangka untuk mengalahkan musuh-musuhnya, ia menguasai metodologi yang digunakan mereka (musuh-musuhnya – pent.) untuk menyerang Islam. Bahkan, pembelajrannya, karya ilmiahnya, pencapaian intelektual dan ketabahan mentalnya membuat musuh-musuhnya mendapatkan serangan balik.(*)
Tidaklah mengherankan ketika para ulama pada zamannya dan setelahnya(2) menyatakan pujian terhadapnya sebagai: “Pemimpin spirit sepanjang masa”, “Mahkota para Ulama”, “Seorang Ulama Penerang”, “Sebuah tanda diantara Tanda-tanda Allah.”
Berikut Ini para ulama yang mengakui keluasan ilmu beliau :
- Ibnu Sawar As-Subki
Ibnu Sawar As-Subki pernah mengatakan kepada sebagian orang yang ditemuinya, “Demi Allah, tidak membenci Ibnu Taimiyah melainkan orang yang bodoh atau orang yang menurut hawa nafsunya, Orang bodoh tidak mengerti apa yang diucapkannya dan orang yang menuruti hawa nafsunya akan terhalang baginya kebenaran setelah ia mengetahuinya.
2. Ibnu Hariri Al-Hanafi
Ibnu Hariri Al-Hanafi berkata, “Jika Ibnu Taimiyah bukan syaikhul Islam, lantas siapa lagi yang disebut Syaikhul Islam itu?” Pada saat sidang penghakiman Ibnu Taimiyah ia menulis, “Sejak tiga ratus tahun silam, saya belum pernah melihat/menyaksikan ulama sekaliber Ibnu Taimiyah.”
- Kamaluddin Az-Zamlakani
Kamaluddin Al-Zamlakani berkata: “Sejak
Lanjut Al-Zamlakani, “Ia merupakan guru kami, teladan kami, ulama yang cerdas, al-hafizh, ahli zuhud, wira’i, teladan yang sempurna. Taqiyuddin Syaikhul Islam, pemimpin para ulama, teladan bagi ulama-ulama terdahulu, pembela As-Sunnah, pembasmi bid’ah, hujjah Allah bagi hamba-hamba-Nya, orang yang membantah kelompok-kelompok yang menyimpang, orang yang memuji para ulama, Mujahid kontemporer, Abu Al-Abbas Ahmad Ibnu Abdul Halim Ibnu Abdussalam Ibnu Taimiyah Al-Harani. Semoga Allah memuliakan derajatnya dan mengokohkan ajaran-ajaran agama-Nya melalui perantaraannya.
4. Ibnu Daqiq Al-Ied
Ibnu Daqiq Al-Ied ketika berjumpa dengan Ibnu Taimiyah berkata, “Saya tidak pernah mengira kalau Allah masih menciptakan orang sehebat kamu.”
5. I bnu Al-Wardi
Ibnu Al-Wardi berkata: “Saya pernah menghadiri forum-forum pengajian Ibnu Taimiyah.
“Ibnu Taimiyah, dalam semua bidang ilmu, adalah orang yang paling pakar
Wahai Ahmad (Ibnu Taimiyah), Engkau telah menghidupkan kembali
Agama dan syari’at yang dibawakan oleh Ahmad (Nabi Muhammad)”
6. Abu Al-Hajjaj Yusuf Ibnu Az-Zakki Al-Mizzi Asy-Syafi’i
Beliau pernah berkata, “Saya belum pernah menjumpai orang yang sehebat Ibnu Taimiyah, dan dia sendiri belum pernah menjumpai orang yang sehebat dirinya. Saya belum pernah menjumpai orang yang paling mengetahui tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah dan orang yang paling patuh dengan keduanya, selain Ibnu Taimiyah.
7. Syaikh Ibrahim Ar-Raqqi
Beliau berkata, “Syaikh Taqiyuddin Ahmad Ibnu Taimiyah adalah ulama yang dapat diserap/diambil ilmunya dan diteladani di berbagai disiplin ilmu. Seandainya umurnya panjang niscaya ia akan mengisi bumi ini dengan ilmu. Dia selalu menegakkan kebenaran sehingga ada sebagian orang memusuhinya, dan dia adalah ulama yang tergolong pewaris para nabi.
8. Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar berkata, “Popularitas Ibnu Taimiyah lebih bersinar daripada matahari. Pemberian gelar “Syaikhul Islam” kepada Ibnu Taimiyah tetap abadi sampai sekarang dan gelar itu akan selalu abadi di masa yang akan datang, sebagaimana gelar itu abadi di masa yang silam. Tidak ada orang yang akan mengingkari gelar itu kecuali orang yang tidak mengetahui tentang kapasitas dirinya.
9. Syaikh Imaduddin Al-Wasithi
Al-Wasithi menguraikan tentang pesan para murid Ibnu Taimiyah: “Ketahuilah wahai saudara-saudaraku tentang nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian semua! Ketahuilah jalan yang benar untuk mencapainya. Dan bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia yang telah dianugerahkannya! Allah telah mengutus kepada kita di zaman sekarang ini seorang ulama yang membuka pintu-pintu hati yang tertutup, dan menegakkan agama dari segala syubhat dan penyelewengan! Ketahuilah hak dan kehormatan orang ini (Ibnu Taimiyah) dan orang tidak akan mengetahui hak dan kapasitas/ukuran dirinya kecuali ia mengetahui ajaran agama Rasulullah, hak dan kehormatannya. Hendaklah kalian menjaga etika terhadapnya, mengerjakan apa yang diperintahkannya, menjaga kehormatannya, mencintai orang yang dicintainya dan membenci orang yang dibencinya! Jika kalian telah mengetahui semua itu, mudah-mudahan Allah mengokohkan pendirian kalian. Dengan demikian jagalah hatinya, sebab orang seperti dia merupakan orang yang agung di kerajaan langit.”
(dikutip dari buku terjemahan: Ibnu Taimiyah, Pembaharu Salafi dan Dakwah Reformasi karya Syaikh Dr. Said Abdul Azhim, Cetakan Pertama, 2005; Penerbit: Pustaka Al-Kautsar)
FOOTNOTE :
[1] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim
[2] Tafsir Fath al-Qadir al-Jami’baina ar-Riwayah wa ad-Dirayah min ‘Ilm at-Tafsir.
[3] Di dalam Ruh al-Ma’ani
[4] Di dalam Shafwau at-Tafasir
[5] Di dalam al-Bahr al-Muhith
[6] Tafsir Al-Qurthubi (3/355)
[7] Tafsir Ibnu Katsir (1/236)
[8] HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (2/273)
[9] HR. Ath-Thabarani yang dihasankan dan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah (6/2918)
[10] HR. Ath-Thabarani yang dihasankan dan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah (6/2918)
[11] Dalam Maqalah Ahlussunnah wal Jamaah
[12] Majmu’ Al-Fatawa (12/19)
[13] Ahsan Al-kalam fi Al-Ftawa wa Al-Ahkam hlm. 459
[14] Ahsan Al-kalam fi Al-Ftawa wa Al-Ahkam hlm. 281
[15] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/171-172)
[16] HR. Al-Bukhri (4/203) dan Muslim (An-Nawawi:7/18-19)
[17] Kitab Asy Syaithan wa Al-Insan karya Sya’rawi hlm. 107-108
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...