Ruqyah-online.blogspot.com-Akhir-akhir ini telah terbit buku dengan judul, “Istihalatu Dukhuli Al-Jan fi Badani Al-Insan,” dan saya kira kita tidak perlu mengomentari judul buku ini hingga kita mengetahui apa yang dibahas oleh buku ini. Pengarang buku ini mengingkari kemungkinan masuknya jin ke dalam tubuh manusia, bahkan dia menyebutnya dengan sesuatu yang mustahil. Pengarang buku ini telah mengirimkan surat kepada Syaikh Al-Allamah Nashiruddin Al-Albani. Beliau lalu menetapkan hukum syar’iyyah dalam posisinya sebagai pemuka ulama kontemporer, dan ternyata beliau membantah buku ini.
Adapun jawaban dari Syaikh Al-Albani, adalah sebagai berikut :
Al-Allamah Al-Albani Hafizhahullah berkata, “Saya telah mengamati kitab yang aneh ini yang barusan saja ditertibkan dengan judul yang controversial, “Istihalatu Dukhuli Al-Jan fi Badani Al-Insan” hasil karya Abu Abdurrahman Ihab Ibnu Husain Al-Atsari. Seorang pembaca yang cerdas, tentu akan merasa tidak perlu membaca isi kitab ini yang mengandung kebodohan dan kesesatan serta penyimpangan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah atas nama Al-Quran dan As-Sunnah, dan atas kewajiban untuk kembali kepada keduanya.
Di dalam buku ini, ia membuat satu pasal tentang hal itu, sedangkan pasal lainnya berkaitan dengan bid’ah dan mencelanya, dimana dia mengira bahwa siapa yang tidak mengikuti perkataannya dan apa yang disampaikannya dari perkataan para ulama untuk menguatkan pendapatnya, berupa kemustahilan masuknya jin termasuk pendapat salaf dan sesuai dengan pendapat yang terdahulu. Padahal kenyataannya, yang ditampilkan buku ini adalah menggambarkan sebuah keterbelakangannya dan menuruti hawa nafsu semata, disamping itu, dia tidak mengetahui sunnah dan hadits, dan juga memiliki pengetahuan Bahasa Arab yang sangat lemah, sampai-sampai dia seperti orang yang buta huruf.
Meskipun demikian dia tetap terbuai oleh ilmunya, bangga atas dirinya, tidak membuat studi perbandingan dengan para ulama salaf yang mengatakan kebalikan dari judul yang ia tulis, seperti Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim, Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Imam Asy-Syaukani, Shadiq Hasan Al-Qanuji, dan bahkan ia menuduh mereka bertaklid. Masalah ini menegaskan kepada kita, bahwa kita sekarang berada pada zaman di mana telah terlihat tanda-tanda Hari Kiamat, yang di antaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Nabi dalam sabdanya, “Akan datang pada manusia tahun di mana ada penipuan-penipuan ; orang-orang akan mempercayai pembohong dan orang akan mengatakan pembohong pada orang yang benar, dan orang-orang yang khianat akan dipercayai, sedang orang-orang terpercaya dikhianati. Di dalamnya, Ar-Ruwaibidhah juga berbicara. Kemudian dikatakan, “Apa itu Ar-Ruwaibidhah ?”Beliau menjawab, “Yaitu orang bodoh yang berbicara tentang permasalahan umat.”
Contoh yang lain adalah perkataan Umar Radhiyallahu Anhu, “Rusaknya agama apabila ilmu itu datang dari anak kecil dan diingkari oleh orang yang sudah besar. Sedangkan baiknya suatu masyarakat adalah, apabila ilmu itu datang dari orang-orang besar lalu diikuti oleh orang yang kecil (anak-anak atau orang-orang yang keilmuannya di bawahnya).
Dalam buku “Istihalatu Dukhuli Al-Jan fi Badan Al-Insan,” penulis juga tidak mengutarakan dalil dari Al-Qur’an ataupun As-Sunnah atas pendapatnya tentang kemustahilan masuknya jin ke dalam tubuh manusia, bahkan secara keseluruhan dia berusaha menakwilkan firman Allah, yang dibantahnya. Firman Allah tersebut adalah,“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)
Ia menakwilkan ayat ini dengan sesuatu, yang intinya mengingkari kemungkinan jin memasuki tubuh manusia yang ditafsirkan para ulama dengan penyakit gila dan ia cenderung sepakat kepada pendapat Asy-ariyah dan Mu’tazilah yang menafsirkan kata al-mass dengan gangguan setan yang menyakiti. Ini merupakan penafsirannya, yaitu dengan menggunakan majaz yang bertentangan dengan makna sebenarnya.
Di antara kebodohan pengarang buku ini dalam bantahannya adalah, bahwa setelah dia menafsirkan ayat tersebut dengan majaz yang intinya bahwa setan benar-benar tidak dapat merasuki manusia, dia kembali mengatakan hal itu pada halaman 93. Meski para ahli bahasa sepakat bahwa al-massu bermakna kerasukan, akan tetapi ia menafsirkannya menurut hawa nafsunya dengan berkata, “Yaitu dari luar dan bukan dari dalam” lalu berkata, “Tidaklah kamu melihat kepada listrik bagaimana ia menyambar orang yang menyentuhnya dari luar”.
Ini adalah perbuatan mengada-ngada. Ia telah masuk ke dalam penjelasan yang berhubungan dengan masalah yang ghaib dengan menggunakan perumpamaan berupa hal-hal yang nyata. Ini bertentangan dengan manhaj salafi yang telah dinukil sebelumnya. Jadi, sebenarnya secara logika tidak ada yang menghalangi masuknya jin ke dalam tubuh manusia dan menyakitinya dari dalam, baik itu dengan sebab ataupun tanpa penyebab. Kedua hal ini telah jelas dalam hadits dan kita mempercayainya dan tidak menyangkalnya seperti yang dilakukan oleh Mu’tazilah dan yang lainnya dari orang-orang yang mengedepankan hawa nafsunya, termasuk pengarang buku ini.” [*]
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...