ruqyah-online.blogspot.com-Ritual-ritual sesat seperti ini dapat kita saksikan pada acara-acara malam 1 Syuro (Muharram). Diantara mereka ada yang mengadakan acara ritual di pantai laut selatan, mereka ramai-ramai melepaskan bermacam-macam sesajen seperti hewan yang masih hidup, aneka makanan, bunga-bungaan dan kemenyan sambil memanggil-manggil arwah,memohon dan meminta pertolongan pada Rasulullah,Nabi Khidir, Syekh Abdul Qodir Jailani dan memanggil Nyi Roro Kidul.
Tujuan mereka melakukan ini agar Nyi Roro Kidul yang "katanya" menjadi penguasa di pantai laut selatan itu tidak minta korban atau minta rizki dan keselamatan pada tahun ini. Sesungguhnya tawwasul yang mereka lakukan adalah suatu kesesatan dan kesyirikan yang nyata.
Berikut ini akan saya jelaskan kesesatan-kesesatan dalam bertawwasul yang sama sekali tidak dituntunkan Rasulullah dan juga akan saya jelaskan tawwasul yang di syari’atkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, diteladankan oleh Rasulullah dan dipraktekkan oleh para sahabat.
1. Tawwasul Sesat.
Tujuan mereka melakukan ini agar Nyi Roro Kidul yang "katanya" menjadi penguasa di pantai laut selatan itu tidak minta korban atau minta rizki dan keselamatan pada tahun ini. Sesungguhnya tawwasul yang mereka lakukan adalah suatu kesesatan dan kesyirikan yang nyata.
Berikut ini akan saya jelaskan kesesatan-kesesatan dalam bertawwasul yang sama sekali tidak dituntunkan Rasulullah dan juga akan saya jelaskan tawwasul yang di syari’atkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, diteladankan oleh Rasulullah dan dipraktekkan oleh para sahabat.
1. Tawwasul Sesat.
v Tawassul dengan orang-orang mati, meminta hajat dan memohon pertolongan kepada mereka,
Sebagaimana banyak kita saksikan pada saat ini,ada sebagian umat islam meminta pertolongan,petunjuk,kepada orang-orang yang telah meninggal yang dianggap mempunyai keutamaan atau kesucian atau pada makhluk-makhluk sebangsa jin atau setan dengan membakar kemenyam bahkan memberikan sesajen.Mereka menamakan perbuatan tersebut sebagai tawassul, padahal sebenarnya tidak demikian. Sebab tawassul adalah memohon kepada Allah dengan perantara yang disyari'atkan. Seperti dengan perantara iman, amal shalih, Asmaa'ul Husnaa dan sebagainya.
Berdo'a dan memohon kepada orang-orang mati (seperti para Nabi atau Wali Allah) dan pada jin atau setan (seperti Nyi Roro Kidul) adalah berpaling dari Allah. Ia termasuk syirik besar. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim". (Yunus: 106)
Orang-orang zhalim dalam ayat di atas berarti orang-orang musyrik yang melakukan syirik besar karena menyekutukan Allah.
v Tawassul dengan kemuliaan Rasulullah,Para Nabi atau Wali-Wali Allah yang telah wafat.
Seperti ucapan mereka, "Wahai Tuhanku, dengan kemuliaan Muhammad, dengan kemuliaan Nabi Khidir,dengan kemuliaan Syaikh Abdul Qadir Jailani sembuhkanlah aku." Ini adalah perbuatan bid'ah. Sebab para sahabat tidak melakukan hal tersebut. Adapun tawassul yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab dengan do'a paman Rasulullah , Al-Abbas adalah semasa ia masih hidup. Dan Umar tidak ber-tawassul dengan Rasulullah setelah beliau wafat. Sedangkan hadits, "Bertawassullah kalian dengan kemuliaanku." Hadits tersebut sama sekali tidak ada sumber aslinya. Demikian menurut Ibnu Taimiyah.
Tawassul bid'ah ini bisa menyebabkan pada kemusyrikan. Yaitu jika ia mempercayai bahwa Allah membutuhkan perantara. Sebagai-mana seorang pemimpin atau penguasa. Sebab dengan demikian ia menyamakan Tuhan dengan makhlukNya. Abu Hanifah berkata, "Aku benci memohon kepada Allah, dengan selain Allah." Demikian seperti disebutkan dalam kitab Ad-Durrul Mukhtaar.
v Meminta agar Rasulullah Mendo'akan Dirinya Setelah Beliau Wafat
v Meminta agar Rasulullah Mendo'akan Dirinya Setelah Beliau Wafat
Seperti ucapan mereka, "Ya Rasulullah do'akanlah aku", ini tidak diperbolehkan. Sebab para sahabat tidak pernah melakukannya. Juga karena Rasulullah bersabda, "Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo'akan kepada (orang tua)-nya." (HR. Muslim)
2. Tawasul Yang Disyari’ahkan.
v Tawassul dengan iman
Seperti yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an tentang hamba-Nya yang ber-tawassul dengan iman mereka. Allah berfirman, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu', maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193)
v Tawassul dengan mengesakan Allah
Seperti do'a Nabi Yunus, ketika ditelan oleh ikan Nun. Allah mengisahkan dalam firmanNya: "Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim. Maka Kami telah memperkenankan do'anya, dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Al-Anbiyaa': 87-88)
v Tawassul dengan Nama-nama Allah
Sebagaimana tersebut dalam firmanNya, "Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu." (Al-A'raaf: 180) Di antara do'a Rasulullah dengan Nama-namaNya yaitu:"Aku memohon KepadaMu dengan segala nama yang Engkau miliki." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)
v Tawassul dengan Sifat-sifat Allah
Sebagaimana do'a Rasulullah, "Wahai Dzat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), dengan rahmatMu aku mohon pertolongan." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)
v Tawassul dengan amal shalih
Seperti shalat, berbakti kepada kedua orang tua, menjaga hak dan amanah, bersedekah, dzikir, membaca Al-Qur'an, shalawat atas Nabi, kecintaan kita kepada beliau dan kepada para sahabatnya, serta amal shalih lainnya.
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat riwayat yang mengisahkan tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya, berupa memelihara hak buruh. Orang kedua dengan baktinya kepada kedua orang tua. Orang yang ketiga bertawassul dengan takutnya kepada Allah, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak ia lakukan. Akhirnya Allah membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghalanginya, sampai mereka semua selamat.
v Tawassul dengan meninggalkan maksiat
Misalnya dengan meninggalkan minum khamr (minum-minuman keras), berzina dan sebagainya dari berbagai hal yang diharamkan. Salah seorang dari mereka yang terperangkap dalam gua, juga bertawassul dengan meninggalkan zina, sehingga Allah menghilangkan kesulitan yang dihadapinya.
Adapun umat Islam sekarang, mereka meninggalkan amal shalih dan bertawassul dengannya, lalu menyandarkan diri bertawassul dengan amal shalih orang lain yang telah mati. Mereka melanggar petunjuk Rasulullah dan para sahabatnya.
v Tawassul dengan memohon do'a kepada para nabi dan orang-orang shalih yang masih hidup.
Tersebutlah dalam riwayat, bahwa seorang buta datang kepada Nabi. Orang itu berkata, "Ya Rasulullah, berdo'alah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku (sehingga bisa melihat kembali)." Rasulullah menjawab, "Jika engkau menghendaki, aku akan berdo'a untukmu, dan jika engkau menghendaki, bersabar adalah lebih baik bagimu." Ia (tetap) berkata, "Do'akanlah." Lalu Rasulullah menyuruhnya berwudhu secara sempurna, lalu shalat dua rakaat, selanjutnya beliau menyuruhnya berdo'a dengan mengatakan, "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dan aku menghadap kepadaMu dengan (perantara) NabiMu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafa'at kepadaku, dan berilah aku syafa'at (pert-longan) di dalamnya." la berkata, "Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga ia sembuh." (HR. Ahmad, hadits shahih)
Hadits di atas mengandung pengertian bahwa Rasulullah berdo'a untuk laki-laki buta tersebut dalam keadaan beliau masih hidup. Maka Allah mengabulkan do'anya. Rasulullah memerintahkan orang tersebut agar berdo'a untuk dirinya. Menghadap kepada Allah untuk meminta kepadaNya agar Dia menerima syafa'at Nabi-Nya . Maka Allah pun menerima do'anya.
Do'a ini khusus ketika Nabi masih hidup. Dan tidak mungkin berdo'a dengannya setelah beliau wafat. Sebab para sahabat tidak melakukan hal itu. Juga, orang-orang buta lainnya tidak ada yang mendapatkan manfa'at dengan do'a itu, setelah terjadinya peristiwa tersebut.
No comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel, diharapkan kepada para pembaca untuk menuliskan kesan/komentarnya. Terimakasih...